1. Hajar Aswad, Batu Surga yang Asalnya Putih
Perlu diketahui bahwa hajar aswad yakni watu yang diturunkan dari surga. Asalnya itu putih menyerupai salju. Namun alasannya dosa insan dan kelakukan orang-orang musyrik di muka bumi, watu terseb
Perlu diketahui bahwa hajar aswad yakni watu yang diturunkan dari surga. Asalnya itu putih menyerupai salju. Namun alasannya dosa insan dan kelakukan orang-orang musyrik di muka bumi, watu terseb
ut akibatnya berubah jadi hitam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari nirwana padahal watu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang menciptakan watu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih berdasarkan Syaikh Al Albani)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad yakni watu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyampaikan bahwa lafazh ‘hajar Aswad yakni watu dari surga’ shahih dengan syawahidnya. Sedangkan bab hadits sehabis itu tidak mempunyai syawahid yang sanggup menguatkannya. Tambahan sehabis itu dho’if alasannya kelirunya ‘Atho’)
Keadaan watu mulia ini di hari tamat zaman sebagaimana dikisahkan dalam hadits,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus watu tersebut pada hari tamat zaman dan ia mempunyai dua mata yang sanggup melihat, mempunyai verbal yang sanggup berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi menyampaikan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
2. Keutamaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani
Apa saja keistimewaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani? Kenapa setiap orang yang berthowaf dianjurkan untuk mengusapnya? Simak klarifikasi Yahya bin Syarf An Nawawi Asy Syafi'i rahimahullah berikut ini.
An Nawawi rahimahullah menjelaskan:
Ketahuilah bahwa Ka'bah itu mempunyai empat rukun. Pertama yakni rukun Hajar Aswad. Kedua yakni rukun Yamani. Rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani disebut dengan Yamaniyaani. Adapun dua rukun yang lain disebut dengan Syamiyyaani.
Rukun Hajar Aswad mempunyai dua keutamaan, yaitu: [1] di sana yakni letak qowa'id (pondasi) Ibrahim 'alaihis salam, dan [2] di sana terdapat Hajar Aswad. Sedangkan rukun Yamani mempunyai satu keutamaan saja yaitu alasannya di sana yakni letak qowa'id (pondasi) Ibrahim. Sedangkan di rukun yang lainnya tidak ada salah satu dari dua keutamaan tadi. Oleh alasannya itu, Hajar Aswad dikhususkan dua hal, yaitu mengusap dan menciumnya alasannya rukun tersebut mempunyai dua keutamaan tadi. Sedangkan rukun Yamani disyariatkan untuk mengusapnya dan tidak menciumnya alasannya rukun tersebut hanya mempunyai satu keutamaan. Sedangkan rukun yang lainnya tidak dicium dan tidak diusap. Wallahu a'lam.
Sumber: Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya' At Turots, cetakan kedua, 1392, 9/14
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari nirwana padahal watu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang menciptakan watu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih berdasarkan Syaikh Al Albani)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad yakni watu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyampaikan bahwa lafazh ‘hajar Aswad yakni watu dari surga’ shahih dengan syawahidnya. Sedangkan bab hadits sehabis itu tidak mempunyai syawahid yang sanggup menguatkannya. Tambahan sehabis itu dho’if alasannya kelirunya ‘Atho’)
Keadaan watu mulia ini di hari tamat zaman sebagaimana dikisahkan dalam hadits,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus watu tersebut pada hari tamat zaman dan ia mempunyai dua mata yang sanggup melihat, mempunyai verbal yang sanggup berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi menyampaikan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
2. Keutamaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani
Apa saja keistimewaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani? Kenapa setiap orang yang berthowaf dianjurkan untuk mengusapnya? Simak klarifikasi Yahya bin Syarf An Nawawi Asy Syafi'i rahimahullah berikut ini.
An Nawawi rahimahullah menjelaskan:
Ketahuilah bahwa Ka'bah itu mempunyai empat rukun. Pertama yakni rukun Hajar Aswad. Kedua yakni rukun Yamani. Rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani disebut dengan Yamaniyaani. Adapun dua rukun yang lain disebut dengan Syamiyyaani.
Rukun Hajar Aswad mempunyai dua keutamaan, yaitu: [1] di sana yakni letak qowa'id (pondasi) Ibrahim 'alaihis salam, dan [2] di sana terdapat Hajar Aswad. Sedangkan rukun Yamani mempunyai satu keutamaan saja yaitu alasannya di sana yakni letak qowa'id (pondasi) Ibrahim. Sedangkan di rukun yang lainnya tidak ada salah satu dari dua keutamaan tadi. Oleh alasannya itu, Hajar Aswad dikhususkan dua hal, yaitu mengusap dan menciumnya alasannya rukun tersebut mempunyai dua keutamaan tadi. Sedangkan rukun Yamani disyariatkan untuk mengusapnya dan tidak menciumnya alasannya rukun tersebut hanya mempunyai satu keutamaan. Sedangkan rukun yang lainnya tidak dicium dan tidak diusap. Wallahu a'lam.
Sumber: Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya' At Turots, cetakan kedua, 1392, 9/14
0 komentar
Posting Komentar