Senin, 14 Desember 2015

Staycation: Hotel Harris Gubeng Surabaya

Staycation: Hotel Harris Gubeng Surabaya




Terus terang kami bertiga (tanpa Si Ayah) staycation di Harris Hotel ini karena saya tergoda SALE Harbolnas, hahaha. Masa di Hari Belanja Nasional (12 Desember) yang bertabur diskon nggak beli apa-apa? Akhir pekan ini kami ditinggal Si Ayah yang bertugas ke luar kota. Malam minggu kami memang harus ke luar rumah menghindari tetangga yang berisik. Daripada bete... yo wes staycation aja.

Saya booking hotel Harris via apps Hotel Quickly di handphone. Saat Harbolnas, HQ memberi tambahan diskon 75 ribu. Saya sendiri sudah punya kredit HQ lumayan. Total diskonan HQ saya waktu itu Rp 495.000. Kalau mau nginap di hotel bintang 3 yang kini menjamur di Surabaya, saya nggak perlu nambah biaya lagi. Tapi anak-anak pengennya hotel yang ada kolam renangnya. Dan saya pun pengennya hotel yang gratis sarapannya. Tarif Hotel Harris bulan Desember ini Rp 713.788, termasuk pajak. Dipotong kredit HQ, saya tinggal bayar USD 15,72, pakai kredit paypal. Hore... gak perlu keluar uang. Saya anggap aja hadiah ultah (acaranya diada-adain).

Yang pengen diskonan hotel juga, coba install apps Hotel Quickly di hp (android atau iOS). Masukkan kode dari The Emak: AKUMA 72. Nanti kalian dapat kredit IDR 130 ribu untuk pemesanan pertama. Lumayan kan? Apps ini cocok untuk pesan hotel secara mendadak, untuk malam ini sampai seminggu berikutnya. HQ sudah memilihkan beberapa hotel dengan tarif last minute terbaik. Kalau rajin mengumpulkan poin/kupon, bisa nginep gratis juga. Saya pernah memakai apps HQ ini untuk mengungsi staycation di Hotel Swiss Belinn ketika musuh tetangga tiba-tiba mendirikan terop di depan rumah saya tanpa izin.





Lokasi Hotel Harris Gubeng Surabaya di Jl. Bangka 8-18, dekat dengan stasiun Gubeng (iyaaaa). Waktu kami cek in, suasana cukup ramai. Sepertinya sedang ada acara di hotel ini. Saya sudah suudzon aja kalau hotel ramai begini biasanya pelayanannya tidak begitu bagus.

Kami dapat kamar 917. Saya minta kamar double dengan ranjang besar, tapi mereka cuma punya kamar twin. Resepsionis bilang kalau mau, ranjang twin-nya bisa digabungkan. Saya bilang, "Iya, Mbak, saya mau ranjangnya digabungkan. Tolong ya." Resepsionis bilang, "Lihat-lihat dulu kamarnya Bu, nanti bisa telpon housekeeping dari kamar." Lho?

Kamar kami cukup lega, dekorasinya minimalis dengan warna kesukaan saya, oranye. Kesannya cerah dan ceria. Ranjang cukup nyaman, dan ada gulingnya (jarang lho ada guling di hotel). Jadi seperti di rumah. Amenities lainnya standar: teh, kopi, krimer, gula, dan dua botol air mineral. Ada juga kulkas kecil seperti show case tapi nggak ada isinya. Ada safety box. Kamar mandi cukup luas, dengan pancuran besar di atas. Perlengkapan mandi juga lengkap: sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, dll.

TV ada saluran untuk anak-anaknya. Ini penting, kalau nggak, Little A dan Big A bakal bete karena mereka nggak punya TV di rumah. Bisanya nonton TV di hotel atau pas di rumah Kakek Nenek. Wifi bisa nyambung tanpa perlu password, tapi kecepatannya biasa-biasa saja, sama seperti wifi di rumah. 

Masalah muncul ketika saya sadar cuma diberi satu kunci kamar. Little A maunya lihat kolam renang, sementara Big A maunya di kamar aja. Padahal untuk naik lift harus bawa kunci kamar. Saya berhasil menyeret duo precils ke resepsionis untuk minta kunci tambahan. Ternyata tidak ada kunci tambahan. Resepsionis minta maaf karena tidak bisa memberi saya room card ekstra. "Shouldn't you have enough room cards for everyone?" tanya saya. Petugas hotel menawarkan akan mengantar kami kalau pas keluar tanpa kunci. Ya repot Mas. Kami kan juga perlu ke kolam renang dan resto. Ribet kalau harus minta antar-antar segala. Di sini saya merasa disepelekan. Entah mereka beneran kehabisan kunci atau tidak mau memberi saya kunci karena kami dianggap tamu yang tidak penting (mulai dramaaaa...) *nangis di pojokan*

Di resepsionis, saya juga menanyakan adanya shuttle gratis ke pusat-pusat perbelanjaan, seperti yang diiklankan di website mereka. "Tolong saya pesan untuk nanti malam jam 6 ke Grand City, untuk 3 orang," kata saya. Mas resepsionis bisik-bisik di HT, buka catatan di meja, terus bilang kalau shuttle sudah penuh. Oh... Baiklah, mungkin shuttle memang sudah penuh, atau mungkin memang tidak ada. Untuk yang ini saya maklum, mungkin seat memang terbatas. Tapi kalau kunci kamar... *masih dendam*

Kalau mau makan enak, di dekat hotel ini ada Restoran Steak terbaik di Surabaya: Boncafe. Tinggal menyeberang jalan dari hotel. Tapi harganya lumayan premium ya. Kami memilih makan malam di Mal Grand City, yang cukup dekat dengan hotel. Sekalian kami mau nonton The Good Dino di sana. Karena tidak ada shuttle, kami naik taksi, pesan dari concierge di depan. Dua perusahaan taksi di Surabaya yang cukup bagus pelayanannya dan selalu pakai argo adalah Orenz Taxi dan Blue Bird. Dari hotel ke Mal Grand City, saya cukup membayar tarif minimal, kalau naik Blue Bird Rp 25.000, sementara kalau naik Orenz cukup Rp 15.000.






Tidur nyaman, bangun pagi pun bisa segar. Kami sarapan di resto hotel di lantai 5, satu lantai dengan kolam renang dan spa. Restorannya cukup luas, meski tamunya banyak, tidak terasa sumpek atau ramai. Kami memilih duduk di bangku yang desainnya seperti bangku piknik. Sebenarnya pengen duduk di luar sambil melihat pemandangan kota, tapi ternyata outdoor-nya smoking area. Huh, no way

Menu sarapannya sangat beragam, menu Western, Asia dan masakan Indonesia. Bisa ditebak, lidah bule Little A memilih roti panggang dengan selai. Big A memilih sushi dan salad. Sementara saya merasa wajib mencicipi sajian bubur ayam di setiap hotel. Parahnya, saya salah ambil ketika menata menu bubur. Kebetulan sajian bubur disandingkan dengan menu rawon. Saya terlanjut mengambil kecambah yang sebenarnya untuk rawon. Bubur ayam dengan kecambah? Arrrrgghhh... Anak-anak malah ngakak menertawakan Emaknya.

Makanan di sini enak-enak, pelayanannya juga bagus. Sushinya enak, sayuran untuk saladnya segar, buahnya segar, salad dressing juga enak. Kopinya enaaaak pakai mesin kopi. Alhamdulillah yah. Kalau kopinya nggak enak dan nggak ada susunya, mungkin saya bisa ngomel-ngomel lagi, hahaha. Yang istimewa, ada counter jamu Iboe di resto ini. Saya minta dibuatkan kunyit asam dan kulit manggis (biar kulitnya mulus dong). Ternyata anak-anak nggak doyan, sampai saya harus bertanggung jawab minum jamu dua gelas!

Enaknya di hotel Harris, anak-anak usia di bawah 12 tahun boleh menginap dan sarapan gratis, nggak perlu bayar extra. Asal mau tidur empet-empetan dikit, hotel ini bisa muat 2 dewasa dan 2 anak di bawah usia 12 tahun tanpa membayar extra bed.














Setelah kenyang, kami lanjutkan dengan berenang di sebelah restoran. Big A cuma mau baca buku dan leyeh-leyeh sampai ketiduran di pinggir kolam. Di kolam renang ini ada kolam kecilnya untuk anak-anak, tapi ya cuma bisa untuk main-main saja, kedalamannya cuma 60 cm. Little A yang ingin berenang beneran minta langsung nyemplung di kolam dewasa. Untung kedalamannya cuma 120 cm, saya masih bisa berdiri tanpa kelelep :p

Dino Club atau tempat bermain anak ada di sebelah kolam renang ini. Selesai bilas, Little A sempat bermain-main di sini. Mainannya cukup lengkap, tapi tidak ada penjaga/petugas di sini. Kalau anaknya masih kecil harus dijaga sendiri.

Kami lumayan senang sih staycation di Harris, despite the room key problem. Happy ending karena saya dan Little A cukup lama berenang sampai puas dan pegal-pegal. Big A juga puas tidur-tiduran di tepi kolam. Hotel Harris ini bisa jadi pilihan untuk keluarga dengan dua anak di bawah 12 tahun yang mau ngirit tanpa extra bed. Tapi memang bed-nya kecil, lebih kecil daripada di Swiss Belinn yang muat untuk berempat. Hotel Harris ini juga bersebelahan dengan hotel Pop yang tarifnya lebih murah, tapi tanpa fasilitas kolam renang. Dari kolam renang Harris, kami bisa melihat jendela-jendela kamar Pop Hotel. Mungkin suatu saat kami akan mencoba menginap di sana. Little A menyarankan, kalau menginap di Pop Hotel dan ingin berenang, tinggal lompat dari jendela aja, Ma. Hahaha.









~ The Emak 

Rabu, 09 Desember 2015

Cara Gampang Mengurus Bebas-Visa Jepang

Cara Gampang Mengurus Bebas-Visa Jepang


Saya mendapatkan bebas-visa atau visa waiver Jepang ini secara tidak sengaja. Sampai saat ini saya belum punya rencana pasti, kapan akan ke Jepang. Pengen sih pengen, tapi belum ada rencana dan belum beli tiket. Dalam waktu dekat saya dan Si Ayah malah akan pergi ke Taipei. Saya mengajukan bebas-visa Jepang karena 'tertipu' postingan sebuah blog yang mengatakan bahwa kita bisa mengajukan visa Taiwan secara online kalau kita punya visa Jepang. Saya kurang teliti mencari konfirmasi, ternyata yang bisa mengurus visa Taiwan online adalah WNI yang sudah punya VISA Jepang (stiker besar yang ada fotonya), bukan VISA WAIVER yang hanya tempelan stiker kecil doang. Tapi ya sudah lah, tetap ada hikmahnya. Gara-gara postingan itu saya dan suami jadi punya visa waiver Jepang. Jadi kalau ada yang sedekah tiket ke Jepang, saya tinggal berangkat, hahaha. Ada?

Bebas visa Jepang sudah diberlakukan bagi WNI mulai 1 Desember 2014. Tapi tentu ada syaratnya. Yang bisa mengajukan bebas visa adalah pemegang e-paspor (paspor yang sudah ada chip elektroniknya). Sebelum berangkat, pemegang e-paspor wajib mendaftarkan diri dulu di kedutaan atau konsulat Jepang di Indonesia.
Kiri: paspor Biasa. Kanan: e-paspor (ada gambar chip)

Formulir Aplikasi Bebas Visa Jepang
Syarat-syarat untuk mendapatkan bebas visa Jepang (Japan Visa Waiver) sudah tertulis jelas di website Japan Embassy: http://www.id.emb-japan.go.jp/news14_30.html. Syaratnya cukup sederhana: cukup bawa e-paspor dan mengisi formulir aplikasi. Formulirnya pun sangat sederhana, tinggal mengisi data diri dan alamat yang ditempati sekarang. Jangan lupa tanda tangan :) Formulir aplikasi bisa diunduh di tautan ini. Biayanya GRATIS.

Saking sederhananya, saya malah jadi sangsi. Beneran nih segampang ini?? Nggak pakai pasfoto? Nggak pakai buku tabungan, slip gaji? Tapi berdasar cerita teman-teman travel blogger, syaratnya memang cuma dua itu. Ya udah, pokoknya saya berangkat. Saya masih menyisakan pertanyaan: bisa nggak diwakilkan? Karena yang bisa mengurus visa waiver di hari kerja cuma saya, sementara Si Ayah sibuk mengabdi pada bangsa dan negara. Ya udahlah, pokoknya saya mintakan tanda tangan Si Ayah di formulir, bawa paspornya dan berangkat!

Lokasi konsulat jendral Jepang di Surabaya ada di daerah Gubeng. Dengan satu klik di Google Map, langsung ketahuan alamat lengkapnya di Jl Sumatra No. 93. Saya naik taksi ke sana dan masuk lewat jalan Jawa. Perlu dicatat, konjen Jepang ini tidak menyediakan tempat parkir. Yang bawa mobil atau motor, bisa parkir di pinggir jalan Sumatra yang cukup sepi ini di seberang konjen, tapi tidak boleh terlalu dekat dengan bangunan konsulat. Atau... bisa titip di warung/toko di Jl. Jawa. 

Jam kerja konjen Jepang adalah Senin sampai Jumat. Pengajuan visa atau bebas visa dilayani pagi hari pukul 8.15 sampai 11.30. Sementara pengambilan dilayani siang jam 13.15 sampai sore jam 15.30.

Sebelum masuk gedung, kita harus lapor satpam terlebih dahulu, keperluannya apa. Kita juga diminta mengisi buku tamu, menunjukkan KTP atau SIM dan menitipkan barang-barang elektronik, dalam kasus saya cuma handphone saja. Kemudian satpam akan membukakan pintu setelah kita melewati metal detector. 

Ketika saya datang Senin pagi untuk mengurus bebas visa, konjen Jepang tampak sepi, hanya ada dua orang selain saya. Saya mengambil nomor antrean dari mesin dan duduk menunggu. Tidak lama kemudian, saya dipanggil dan segera saya serahkan dokumen ke loket: e-paspor saya dan suami beserta dua formulir registrasi yang sudah ditanda tangani. Petugas mengecek sebentar kemudian membuatkan tanda terima. "Besok bisa diambil," katanya. Hah, gitu doang? Saya senyum-senyum ajaib dan bilang terima kasih.

Peta lokasi Konjen Jepang di Surabaya

Keesokan siangnya, saya kembali ke konsulat jendral Jepang di Surabaya di Gubeng. Kembali menjalani pemeriksaan satpam dan masuk ke gedung. Kali ini tidak ada orang sama sekali. Saya mengambil nomor antrean dan menunggu. Ternyata harus menekan bel untuk memberi tahu kalau ada tamu. Akhirnya petugas muncul di loket, saya menyerahkan tanda terima dan petugas mengambilkan e-paspor kami berdua. Saya cek, stiker bebas visa sudah bertengger manis di paspor saya dan Si Ayah. Alhamdulillah.

Petugas mengingatkan kalau bebas visa saya hanya berlaku untuk kunjungan singkat maksimal 15 hari di Jepang (dalam satu waktu). Masa berlaku visa waiver selama 3 tahun sejak tanggal diberikan atau sesuai masa berlaku paspor, mana yang terjadi lebih dulu. Artinya saya bisa bebas wira-wiri ke Jepang sampai 8 Desember 2018. Tentu kalau punya tiket dan sangu :D


Dari pengalaman saya, mengajukan bebas visa Jepang ternyata mudah sekali, asal sudah punya e-paspor. Saya sarankan untuk yang pengen ke Jepang, mending membuat atau memperpanjang e-paspor daripada membuat visa Jepang yang membutuhkan syarat macam-macam. Selisih paspor biasa dan e-paspor adalah 300 ribu. Sementara visa Jepang biayanya 330 ribu untuk single entry dan 660 ribu untuk multiple entries. Lebih murah bikin e-paspor dan mengajukan bebas visa kan? Coba baca pengalaman kami memperpanjang e-paspor di Kantor Imigrasi Surabaya.
 
Good luck ^_^

~ The Emak


Lampiran: 
Alamat Kedutaan dan konsulat Jepang di Indonesia dan wilayah kerjanya.
Sumber: http://www.id.emb-japan.go.jp

Bagian Konsuler Kedutaan Besar Jepang di Jakarta


Jl. M.H. Thamrin No. 24, Jakarta 10350, INDONESIA
Telephone: (021) 3192-4308
FAX : (021) 315-7156

Wilayah Yurisdiksi (wilayah kerja) :
Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung


Kantor Konsuler Jepang di Makassar


Gedung Wisma Kalla Lantai 7
Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 8-10, Makassar, INDONESIA
Telephone : (0411) 871-030
FAX : (0411) 853-946
Website : http://www.surabaya.id.emb-japan.go.jp/makassar/

Wilayah Yurisdiksi (wilayah kerja) :
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua (Irian Jaya), Papua Barat


Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya


Jl. Sumatera No. 93, Surabaya, INDONESIA
Telephone : (031) 503-0008
FAX : (031) 503-0037, 502-3007 (Visa)
Website : http://www.surabaya.id.emb-japan.go.jp/

Wilayah Yurisdiksi (wilayah kerja) :
Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan


Konsulat Jenderal Jepang di Denpasar


Jl. Raya Puputan No.170, Renon, Denpasar, Bali, INDONESIA
Telephone : (0361) 227-628
FAX : (0361) 265-066
Website : http://www.denpasar.id.emb-japan.go.jp/

Wilayah Yurisdiksi (wilayah kerja) :
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur



Konsulat Jenderal Jepang di Medan


Sinar Mas Land Plaza (Wisma BII), 5th floor
Jl. Pangeran Diponegoro No. 18, Medan, Sumatera Utara, INDONESIA
Telephone : (061) 457-5193
FAX : (061) 457-4560
Website : http://www.medan.id.emb-japan.go.jp/

Wilayah Yurisdiksi (wilayah kerja) :
Aceh Nangroe Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Kepulauan Riau