Taqabbalallahu minna wa minkum. Wa ja'alana minal 'aidin walfaizin.
Selamat untuk kita semua yang telah berpuasa dengan dogma dan nrimo lantaran Allah. Karena hari ini kita telah mendapat komitmen Allah berupa ampunan dari dosa yang telah berlalu. Sehingga hari ini kita disebut kembali kepada kondisi tanpa dosa sebagaimana layaknya seorang bayi yang gres lahir, suci tanpa dosa, Idul fitri.
Sebagian juga menyebutkan, selamat berhari raya. Selamat merayakan kemenangan. Menang bukan lantaran kita telah bebas dan merdeka dari rasa haus dan lapar yang kita lalui selama satu bulan. Kita menang alasannya sudah berhasil melawan musuh terbesar yang ada dalam diri kita, yaitu keinginan/ nafsu.
Dulu mungkin ada program hiburan di kampung yang digagas dan dipersiapkan dengan baik oleh para perjaka pemudi kampung. Ada pertunjukkan drama. Juga ada pentas seni tari yang diisi oleh bawah umur sekolah. Ada juga pertandingan bola kaki. Lomba balap karung dan permainan tradisional lainnya. Bahkan juga ada buayan ka[li]liang, ibarat wahana bianglala. Uniknya ia tidak digerakkan oleh mesin, tapi diputar bersama memakai tenaga para pemuda. Uang THR tetap berputar dan beredar di kampung.
Perubahan zaman terjadi dengan cepat. Tradisi usang itu sudah susah ditemukan. Yang ada kini kita temukan hiburan dan pasar malam yang acaranya digagas bukan lagi oleh perjaka kampung. Tapi, ini yakni bisnis yang tiba dari luar kampung. Uang THR sudah beredar luas hingga ke tangan pengusaha pasar malam.
Ada juga masyarakat berpesta merayan idul fitri dengan dentuman musik hingar-bingar. Menampilkan penyanyi yang tidak menutup aurat. Lalu program itu ditonton oleh masyarakat umum. Bergabung menontonnya ayah, anak, mamak dan kemenakan. Hilang rasa malu. Hilang basa basi, hilang raso jo pareso.
Tidak jarang, program hiburan itu dikunjungi oleh pemuda-pemudi dari luar kampung. Terkadang juga terdengar kerusuhan kecil berupa pertengkaran pemuda. Tapi ini tidak sering terjadi. Tidak diketahui juga apa penyebabnya. Entah lantaran bersenggolan ketika berjoget. Atau lantaran mereka lupa diri disebabkan efek minuman memabukkan. Tidak ada yang tahu niscaya apa penyebabnya. Informasi niscaya juga susah didapat. Yang ada hanya sisa botol bekas minuman keras di lokasi acara.
Ada juga yang mengikat hiburan musik ini dengan program 'amal' menggalang dana dengan program lelang kue, lelang singgang ayam atau bahkan lelang kambing guling. Acara ini juga memanfaatkan momen para perantau pulang kampung. Dana yang terkumpul biasanya diperuntukkan untuk pembangunan kampung, minimal membangun posko pemuda.
Kembali ke topik pembicaraan. Idul fitri bukanlah hari merayakan kemenangan nafsu yang sudah dipuasakan sebulan penuh. Idul fitri juga bukan hari raya untuk berpesta dengan melupakan silaturahim dan kekeluargaan. Idul fitri bukanlah hari kemenangan dengan melupakan ibadah yang sudah dilatih dan dibiasakan sebulan penuh. Idul fitri yakni hari raya membesarkan Allah (wa li tukabbirullah).
Idul fitri yakni hari raya kembali kepada kondisi fitri, kembali kepada kondisi suci. Bukan kembali lagi berdosa dan kembali ke kubangan maksiat lagi. Idul fitri yakni bagaimana rasanya keluar dari masa karantina dan pelatihan. Maka usaha yang sungguh berat bergotong-royong bukan pada ketika latihan, tapi setelah latihan.
Idul fitri yakni layaknya waktu awal bagi para siswa, santri dan mahasiswa kembali ke masyarakat setelah menamatkan pendidikannya. Idul fitri bagaikan masa awal mempraktekkan ilmu dan training yang sudah didapat di dingklik pendidikan.
Contoh yang sering disampaikan oleh buya dan tengku di mesjid dan musalla ketika ceramah yakni bagaimana ayam yang gres dibeli dikenalkan pada kandangnya. Biasanya dalam masa tiga hari seekor ayam dikurung dalam kandangnya. Setelah itu jikalau dilepas, ia akan kembali ke kandangnya pada senja harinya.
Contoh lain bagaimana seekor beruk yang diajar dan dilatih memetik kelapa. Setelah selesai pelatihannya, beruk dihadapkan pada kenyataan memetik kelapa yang sesungguhnya. Berpindah dari satu pohon ke pohon berikutnya untuk melakukan tugasnya memetik kelapa. Ia tetap patuh dan tunduk pada arahan tuannya. Walau terkadang ada godaan dan kendala yang dilaluinya ibarat bertemu sarang semut atau bahkan hewan berbisa.
Kita selaku makhluk terpelajar tentu mustahil sama ibarat ayam dan beruk dalam pola di atas. Kita yang sudah dilatih sebulan mengendalikan hawa nafsu tentunya jauh lebih cerdas dari dua pola di atas. Kita yang sudah melatih diri kita salat ke masjid selama bulan berkat hendaknya tidak melupakan jalan ke masjid. Kita sudah melatih diri kita untuk salat malam selama Ramadan. Tentunya juga kita lanjutkan praktek latihan sebulan itu setelah Ramadan. Kita juga sudah latihan berinfak dan bersedekah selama Ramadan. Hendaknya juga melanjutkan tradisi itu setelah Ramadan. Kita yang sudah tadarus dan membaca Quran bahkan hingga khatam, hendaknya tidak berhenti membacanya di luar Ramadan.
Terkadang kita merasa iba lantaran bulan berkat hanya sebagai pemberhentian sementara dari dosa bagi sebagian orang. Kita juga duka ketika melihat masjid musalla hanya berisi di bulan Ramadan. Kita harusnya aib lantaran ibadah kita masih bersifat musiman.
Kita patutnya menangis jikalau ternyata sesudah 'Idul Fitri (kembali suci) kita menjadi 'Idul Ma'ashi atau 'Idul 'Ishyani (kembali berdosa lagi). Semoga tidak ada lagi saudara kita yang kembali berjudi, mabuk dan mencuri setelah Ramadan. Semoga tidak ada lagi perbuatan curang dan riba dalam jual beli pasca Ramadan. Semoga tidak ada lagi praktek suap, memotong hak orang lain dan korupsi mulai Syawal ini. Aamiin.
Kita bermohon kepada Allah supaya menjadi hamba yang istiqamah beriman dan bersedekah serta menghindari perbuatan dosa. Selamat Idul Fitri. Semoga Allah terima ibadah dan amal soleh kita. Semoga Allah ampuni dosa-dosa kita, sihingga benar-benar menjadi hamba yang kembali suci dan tetap suci hingga final hidup nanti. Aamiin.
#idmubarak
0 komentar
Posting Komentar