Rabu, 12 September 2018

Bismillah

 Dalam sebuah hadis Baginda Rasulullah bersabda

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أبتر 
Setiap masalah penting yang tidak dimulai dengan "bismillahirrahmanirrahim" maka masalah tersebut terputus (H.R. Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibn Majah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah) juga ditemukan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal)

Sanad hadis di atas dinilai dhaif oleh dominan ulama. Namun, ada juga yang menilai derajat hadis ini hasan di antaranya An-Nawawi dan Ibn Hajar. Abdul Aziz bin Baz menyampaikan hasan lighairihi.
Terlepas dari hadis di atas, dalam hadis lain ada banyak tawaran memulai sesuatu dengan nama Allah. Ketika mau tidur, kita membaca  doa bismika Allahumma ahya wa amutu. Ketika kita keluar rumah, kita berserah diri kepada Allah dengan membaca  Bismillahi tawakkaltu ala Allahi la haula wala quwwata illah billahi. Ketika memulai makan, kita membaca Bismillah. Bahkan kalau kita lupa, tetap dianjurkan membaca Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu. Hewan yang zatnya dihalalkan Allah menyerupai ayam, kambing dan sapi tetap tidak halal kalau disembelih tanpa menyebut nama Allah. Bahkan dikala hendak bekerjasama suami istri, diperintahkan berdoa Bismillahi Allahumma janibna al-syaithani. 

Begitu pentingnya memulai sesuatu dengan nama Allah, maka kita mulai bahan pengajian subuh kita dengan bismillah. Izinkan saya mengulang kaji ihwal makna bismillah. Lafal bismillah terdiri atas tiga kata yaitu bi, ismi, dan Allah. Kita temukan terjemahannya dalam Quran "dengan nama Allah".

Dalam makna "bi" tersirat ada makna "mulai". Ketika kita membaca bismillah setiap memulai kegiatan dan pekerjaan kita,  maka berarti "kita mulai pekerjaan kita dengan nama Allah". Makna lain yang juga tersirat dari kata "bi" yaitu "kekuasaan, izin dan dukungan Allah".

Ketika kita mulai pengajian ini dengan bismillah,  itu artinya pengajian ini sanggup terealisasi atas izin dan dukungan Allah. Allah-lah yang berkuasa mengakibatkan sesuatu perbuatan terwujud. Kita tidur tadi malam kemudian dikembalikan Allah ruh kita. Kita berangkat menuju masjid untuk menunaikan salat terjadi atas izin Allah. Apapun yang kita lakukan semuanya terjadi atas kekuasaan dan dukungan Allah.

Kata "ism" biasa diterjemahkan dengan "nama". Kata ini berasal dari akar kata السمو (assumuwwu) yang berarti "tinggi". Langit disebut dengan السماء (al-sama') alasannya ketinggiannya. Ada juga yang menyampaikan berasal dari kata السمة (assimatu) yang berarti tanda. 


Baca Juga:
Allah, Tuhan dan The God

Menurut Al-Thabathaba'i, nama ditujukan untuk dua tujuan. Pertama untuk mengekalkan sesuatu. Ketika nama seorang tokoh dijadikan sebagai nama jalan misalnya, diperlukan biar tokoh itu abadi dalam ingatan manusia. Hampir setiap kota memakai nama duo proklamator Soekarno-Hatta. Harapan dari penamaan itu yaitu biar keduanya tetap dikenang oleh setiap orang. Kedua, dengan nama sesuatu diperlukan memperoleh berkat/sifat terpuji. Ketika seseorang memberi nama anaknya dengan Muhammad misalnya, diperlukan biar anak meneladani sifat terpuji Nabi Muhammad Saw.

Al-Maraghi menyampaikan bahwa orang Arab pra-Islam biasa memulai pekerjaan mereka dengan nama berhala. Mereka biasa menyebut bismil lata, bismil uza. Bangsa-bangsa lain memulai pekerjaan mereka dengan nama raja mereka. Mereka menyebutkan nama berhala yang mereka agungkan dengan tujuan meninggikan berhalanya sekaligus berharap mendapat berkah yang akan diberikan oleh berhala yang mereka agungkan itu.

Selaku orang beriman, maka sepatutnya kita memulai segala perbuatan baik yang kita lakukan dengan ucapan bismillah. Orang yang mengucapkan bismillah berarti meninggikan Allah. Dalam konteks tauhid, memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah berarti kita yakin dan percaya bahwa perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan hanya sanggup terwujud atas izin dan dukungan Allah.

Semoga dengan ucapan bismillah kita berharap nilai pekerjaan itu abadi dan pekerjaan yang kita lakukan diberkahi oleh Allah. Jika pekerjaan tidak dimulai dengan menyebut bismillah, maka keberlanjutan dan berkah dari pekerjaan sulit diharapkan. Hadis di atas yang kita sampaikan di awal kajian ini paling tidak juga menyebutkan hal itu.
____
Disampaikan pertama kali dalam pengajian subuh di Masjid Taqwa Muhammadiyah Aceh Tengah pada hari Kamis, 24 Sya'ban 1439 H/ 10 Mei 2018

0 komentar

Posting Komentar