Minggu, 16 September 2018

Bahaya Bermuka Dua

Bahaya Bermuka Dua


Sedang ekspresi dominan di pemberitaan media ada kendaraan beroda empat bermuka dua di Kota Bandung. Mobil ini memang mempunyai tampilan muka dua. Tidak ada penggalan belakang kendaraan beroda empat ini. Jika dilihat di belakangnya tampak juga penggalan muka atau penggalan depan kendaraan beroda empat ini. Tidak terang kendaraan beroda empat ini maju atau mundur lantaran penggalan belakang dan depannya sama. Kondisi menyerupai itu membahayakan bagi pengemudi lainnya. Mobil ini kesudahannya ditilang oleh pihak berwajib. 

Demikian juga halnya dengan manusia. Jika ada insan bermuka dua, tentunya akan membahayakan bagi lingkungan sekitarnya. Orang menyerupai ini bagai musuh dalam selimut. Menohok mitra seiring, menggunting dalam lipatan. Serigala berbulu domba, musang berbulu ayam. Atau apapun istilah yang digunakan untuk orang yang bermuka dua. Ketika Sang muka dua berhadapan dengan dua pihak yang berbeda ia akan memberikan hal yang berbeda. Ketika bertemu dengan orang beriman, ia akan katakan kami beriman. Tapi saat bertemu dengan orang yang tidak beriman, ia menyampaikan bahwa ia bersama golongan orang yang tidak beriman. Dia hanya mengolok-olok orang beriman saja. Sesungguhnya olok-olok dan budi anyir yang mereka lakukan yaitu menipu diri mereka sendiri. Bahkan Allah menyebutkan tidak beruntung perniagaan mereka. 

Dalam al-Qur'an Allah sebutkan fenomena orang bermuka dua ini dengan istilah orang munafik. Firman Allah surat al-Baqarah ayat 14 hingga 16 Allah sebutkan demikian
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang beriman, mereka berkata, ”Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata, ”Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanya berolok-olok.” Allah akan (membalas) usikan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. 

Ayat di atas yaitu penggalan dari tiga golongan insan dalam konteks keimanan yang terdapat dalam penggalan awal surah al-Baqarah. Pada ayat 1 hingga 5 surah al-Baqarah ini menceritakan ihwal golongan orang-orang yang beriman. Orang-orang yang berimanlah yang akan mendapat petunjuk dari Allah. Ayat 6 dan 7 menceritakan ihwal orang yang kafir sebagai kebalikan orang yang beriman. Nah, ayat 8 hingga 22 bercerita ihwal orang munafik.
Mulai dari ayat delapan Allah berfirman. Di antara insan ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu bahu-membahu bukan orang-orang yang beriman. Ucapan kepercayaan itu hanya di verbal mereka saja. Pernyataan kepercayaan itu tidak berasal dari diri terdalam mereka. Dengan pernyataan kepercayaan palsu mereka itu, mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Hal itu mereka lakukan lantaran dalam hati mereka ada penyakit. yaitu penyakit nifak kemudian ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kau menciptakan kerusakan di muka bumi." yaitu dengan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang beriman. Mereka mengingkarinya. Bahkan mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Padahal kata Allah Ingatlah, bahu-membahu mereka itulah orang-orang yang menciptakan kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kau sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang telah beriman  yang justru mereka anggap sebagai orang yang kurang arif ?" Ingatlah, bahu-membahu merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

Dan di lain kesempatan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Lalu bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) usikan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. 

Lalu Allah umpamakan mereka orang-orang munafik itu seperti orang yang menyalakan api, maka sesudah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak sanggup melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau menyerupai (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, lantaran (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. Dan Allah mencakup orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, pasti Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Dalam hadis Rasulullah juga menjelaskan tanda orang munafik.
otzimjrVTpstkXzRXQyZgVpmOcpAqhcCACLcBGAs Bahaya Bermuka Dua
Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; kalau berkata ia bohong, kalau berjanji ia mengingkari, dan kalau dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaqun ‘alaih. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari hadis Abdullah bin Am’r disebutkan, Apabila ia bertengkar ia berbuat licik’). HR. Al-Bukhari no.33, 34 dan Muslim no. 58, 59.

Tiga hal di atas perlu menjadi perhatian bagi kita. Berbicara harus jujur, tidak boleh bohong. Berjanji harus ditepati, tidak boleh diingkari. Amanah harus dijalankan, tidak boleh dikhianati. Jika tidak, jatuhlah kita pada sifat orang munafik.

Di zaman Rasulullah, ada orang yang dikenal ketokohannya lantaran kemunafikannya yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul. Di hadapan Nabi Muhammad ia berusaha menampakkan keimanan dan  ikut beribadah bersama Nabi dan para sobat yang lain. Di belakang Nabi Muhammad Saw. ia berusaha menghancurkan pamor dan popularitas Nabi Muhammad Saw. Dia berusaha menciptakan propaganda semoga orang memusuhi Nabi Muhammad Saw. Dia menghasut orang semoga tidak mau ikut berjihad pada insiden perang Uhud. Dia juga pernah menciptakan dan mengembangkan informasi bohong (hoax) ihwal istri Nabi Muhammad yaitu Aisyah. Dibuatnya informasi Aisyah berselingkuh dengan sobat Nabi Shafwan bin Muaththil. Padahal tidak demikian adanya. Hal ini diabadikan Allah dalam surah An-Nur ayat 11.

Dalam surat al-Taubah ayat 80 Allah katakan "Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kau mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kau memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu yaitu lantaran mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."

Setelah insiden maut Abdullah bin Ubay bin Salul, Nabi Muhammad Saw. dihentikan oleh Allah untuk menshalatkan mayat orang munafik. Demikian disebutkan dalam surah al-Taubah ayat 84 “Dan janganlah kau sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kau bangkit (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik. Ini terjadi pada tahun 9 Hijriah. Semenjak itu Nabi Muhammad Saw. tidak pernah lagi menyolatkan mayat orang munafik.

Itulah di antara hukuman yang pernah ada terjadi bagi orang munafik. Sedangkan di alam abadi kelak mereka akan ditempatkan oleh Allah di neraka penggalan paling bawahnya. Dalam bahasa popoler kita kenal dengan istilah di kerak-kerak neraka. Dibakar di neraka saja sudah sangat tidak terperikan panasnya, apalagi di penggalan kerak-keraknya. Begitu firman Allah Surah al-Nisa ayat 145 menginformasikan
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang munafik ditempatkan di daerah paling bawah neraka. Kamu tidak akan pernah mendapat seorangpun penolong bagi mereka.

Semoga kita termasuk golongan yang beriman dan terhindar dari golongan kafir dan juga munafik. aamiin.
_____

Disampaikan pertama kali pada khutbah Jum'at 02 Jumadil Ula 1439 H/ 19 Januari 2017 M di Masjid al-Muslim Jalan Lintang Takengon Aceh Tengah

Keutamaan Dan Amalan-Amalan Bulan Sya'ban

Keutamaan Dan Amalan-Amalan Bulan Sya'ban

orang pada bulan tersebut biasa  berpisah Keutamaan Dan Amalan Keutamaan Dan Amalan-Amalan Bulan Sya'ban
  • Pengertian Sya’ban
Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisanul ArabSya’ban berasal dari kata asy-sya’b yang berarti mengumpulkan, memisahkan / berpisah (al-jam’u wat tafriq). Dinamakan bulan Sya’ban, lantaran orang-orang pada bulan tersebut biasa berpisah, bertebaran untuk mencari air. Menurut pendapat lain, dinamakan Sya’ban, lantaran pada bulan tersebut orang-orang berkumpul untuk melaksanakan penyerangan-penyerangan, sehabis pada bulan sebelumnya (bulan Rajab) mereka tidak melaksanakan peperangan lantaran berada dalam Bulan Haram.
Menurut Imam Tsa’lab, disebut Sya’ban, lantaran bulan tersebut berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan (sya’aba ai zhahara baina syahrai, Ramadhan wa Rajab). Hanya saja, berdasarkan Ibnu Hajar dalam Fathul Baary-nya, pendapat pertama lebih berpengaruh dan lebih tepat.  Bentuk jamak (plural) dari Sya’ban adalah sya’baanaat, atau sya’aabiin.
  • Keutamaan Bulan Sya’ban
Ada beberapa keutamaan dari bulan Sya’ban, di antaranya adalah:
1.      Bulan diangkatnya catatan amal perbuatan insan setiap tahunnya.
Catatan perbuatan insan diangkat dan disetorkan oleh para malaikat kepada Allah dalam tiga waktu; ada yang sifatnya harian, mingguan dan tahunan. Yang sifatnya harian, yaitu setiap pagi dan petang sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:
عن أبي موسى الأشعري قال: قام فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم بخمس كلمات, فقال: ((إن الله لا ينام, ولا ينبغي له أن ينام, يخفض القسط ويرفعه, يرفع إليه عمل الليل فبل النهار, وعمل النهار قبل الليل, حجابه النور….)) [رواه مسلم]
Artinya: “Abu Musa al-Asy’ari berkata, Rasulullah saw pernah memberikan lima kalimat, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan Allah tidak layak untuk tidur, Dia merendahkan dan meninggikan pertimbangan perbuatan manusia, amal perbuatan insan malam hari diangkat dan disetorkan kepadaNya sebelum siang hari, dan amal perbuatan siang hari diangkat dan disetorkan kepadaNya sebelum malam hari tiba, penghalangNya berupa cahaya….” (HR. Muslim).
Kapan sebelum malam dan sebelum siang sebagaimana tertera dalam hadits di atas itu? Dalam sebuah hadits di bawah ini, Rasulullah saw lebih tegas lagi, bahwa yang dimaksud sebelum siang dan sebelum malam tersebut yaitu waktu shalat Shubuh dan Ashar. Rasulullah saw bersabda:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل, وملائكة بالنهار, فيجتمعون في صلاة الصبح, وصلاة العصر, فيسأل الذين باتوا فيكم, وهو أعلم: كيف تركتم عبادي؟ فيقولون: أتيناهم وهم يصلون, وتركناهم وهم يصلون)) [متفق عليه]
Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Kalian akan selalu diawasi oleh malaikat malam dan siang, mereka akan berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan Ashar. Allah—dan Dia Maha Mengetahui—akan menanyakan orang-orang yang ditinggalkan ketika itu: “Bagaimana kalian wahai para malaikat meninggalkan hamba-hambaKu?” Para malaikat menjawab: “Kami mendatangi mereka, dan mereka sedang sholat, demikian juga kami meninggalkan mereka, mereka pun sedang sholat juga” (HR. Bukhari Muslim).
Oleh lantaran itu, Rasulullah saw menganjurkan untuk membaca dzikir pagi (setelah shalat Shubuh) dan dzikir  sore (setelah Ashar) mengingat pada kedua waktu tersebut catatan insan disetorkan oleh para malaikat kepada Allah swt, dan lantaran itu juga Rasulullah saw menegaskan orang yang melaksanakan shalat Ashar dan Shubuh berjamaah akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Hal ini sekali lagi, lantaran kedua waktu tersebut bertepatan dengan ketika diangkat dan disetorkannya amal perbuatan insan kepada Allah.
Imam ad-Dhahak, seorang tabi’in, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’rif, apabila sore hari tiba, ia menangis tersedu-sedu sambil berkata: “Saya tidak mengetahui, amal saya yang mana yang diangkat dan disetorkan kepada Allah.”

Adapun waktu penyetoran amal perbuatan mansuia kepada Allah yang sifatnya mingguan, yaitu setiap hari Senin dan Kamis, sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:
سأل أسامة بن زيد رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صيامه الإثنين والخميس, فقال صلى الله عليه وسلم: ((ذانك يومان تعرض فيهما الأعمال على رب العالمين, وأحب أن يعرض عملى وأنا صائم)) [رواه النسائى وأحمد والبيهقى)
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw wacana puasa Senin dan Kamis, ia menjawab: "Dua hari itu yaitu hari dimana amal perbuatan akan ditunjukkan (disetorkan) kepada Allah, dan saya menginginkan ketika amal saya disetorkan kepada Allah, keadaan saya sedang berpuasa" (HR. Nasai, Ahmad dan Baihaki).
Karena itu, lagi-lagi puasa yang dilakukan pada hari Senin dan Kamis pahalanya sangat luar biasa, dan karenanya pula Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan puasa di kedua hari tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:
عن عائشة قالت: ((كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يتحرى صوم الإثنين والخميس)) [رواه الترمذى والنسائى وابن ماجه]
Artinya: “Siti Aisyah berkata: “Rasulullah saw selalu berpuasa pada hari Senin dan Kamis” (HR. Turmudzi, Nasai dan Ibn Majah).
Imam Ibrahim an-Nakha’i, apabila hari Kamis tiba, ia selalu menangis kepada isterinya, dan isterinya pun menangis kepadanya sambil berkata: “Hari ini, amal perbuatan kita disetorkan kepada Allah”.
Sementara waktu penyetoran buku catatan insan kepada Allah yang sifatnya tahunan, yaitu pada bulan Sya’ban. Rasulullah saw dalam hal ini bersabda:
عن أسامة بن زيد قال: قلت: يا رسول الله, رأيتك تصوم فى شعبان صوما لا تصومه فى شيئ من الشهور إلا فى شهر رمضان, قال: ((ذاك شهر يغفل الناس عنه بين رجب وشهر رمضان, ترفع فيه أعمال الناس, فأحب أن لا يرفع عملى إلا وأنا صائم)) [رواه النسائى وصححه الألبانى فى صحيح سنن النسائى]
Artinya: “Usamah bin Zaid berkata: “Saya berkata kepada Rasulullah saw: “Ya Rasulullah, saya melihat anda banyak melaksanakan puasa pada bulan Sya’ban ini. Padahal anda tidak melaksanakan puasa satu bulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan”. Rasulullah saw bersabda: “Ini yaitu bulan di mana orang-orang umumnya lalai yaitu bulan di antara Rajab dan Ramadhan (maksudnya bulan Sya’ban=pent) di mana pada bulan Sya’ban itu amal perbuatan insan diangkat. Maka saya sangat menginginkan sekali tidak diangkat amal perbuatanku melainkan saya sedang berpuasa” (HR. Nasai dan hadits ini dipandang Hadits Shahih oleh Syaikh Albani dalam bukunya Shahih Sunan an-Nasa’i).
Karena itu juga, Rasulullah saw senantiasa memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan, ia puasa satu  bulan penuh, disambung dengan bulan Ramadhan (HR. Bukhari). Sekali lagi, semua itu lantaran bulan Sya’ban yaitu bulan mulia, di mana buku catatan amal insan disetorkan oleh para malaikat kepada Allah setiap tahunnya.
2.      Bulan Sya’ban bulan penentuan kematian manusia
Dalam hadits di bawah ini disebutkan, bahwa kematian insan untuk satu tahun ke depan ditentukan pada bulan Sya’ban. Dan tidak semata-mata Allah menentukan bulan Sya’ban melainkan lantaran bulan tersebut mempunyai keistimewaan tersendiri. Rasulullah saw dalam hal ini bersabda:
عن عائشة قالت: كان أكثر صيام رسول الله صلى الله عليه وسلم في شعبان, فقلت: يا رسول الله, أرى أكثر صيامك في شعبان, قال: ((إن هذا الشهر يكتب فيه لملك الموت من يقبض, فأنا لا أحب أن ينسخ اسمي إلا وأنا صائم)) [رواه أبو يعلى]
Artnya: “Aisyah berkata: “Puasa sunnat yang paling banyak dilakukan oleh Rasulullah saw dalam  adalah puasa pada bulan Sya’ban. Saya kemudian bertanya: “Ya Rasulullah, saya melihat Anda paling banyak berpuasa pada bulan Sya’ban”. Rasulullah saw menjawab: “Pada bulan Sya’ban ini malaikat pencabut nyawa menulis siapa saja yang akan dicabut pada tahun depan, dan saya tidak menginginkan ketika nama saya ditulis melainkan saya dalam keadaan berpuasa” (HR. Abu Ya’la).

Imam Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif (hal 194) memberikan komentar para ulama berkaitan dengan validitas hadits di atas. Sebagian ulama, menututnya, menghukumi hadits tersebut sebagai Hadits Mursal, dan yang lain menilainya sebagai Hadits Shahih. Hadits Mursal dengan beberapa persyaratan diterima oleh Imam Syafi’i dan juga madzhab Syafi’i termasuk para ulama lainnya. Ini artinya, sekalipun hadits di atas dinilai Mursal, masih sanggup diamalkan, mengingat sebagian besar para ulama mendapatkan dan mengamalkan Hadits Mursal.
Terlebih apabila mengambil evaluasi sebagian ulama lainnya yang menilai hadits di atas sebagai Hadits Shahih, tentu sudah terang sanggup diamalkan.
Dalam hadits Mursal lainnya, disebutkan:
عن عثمان ين مغيرة بن الأخنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((تقطع الآجال من شعبان إلى شعبان حتى إن الرجل ينكح ويولد له ولقد خرج اسمه فى الموتى)) [رواه الطبرانى, والبيهقى وقال ابن كثير فى تفسيره: والحديث مرسل]
 Artinya: “Dari Utsman bin Mugirah bin al-Akhnas, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Jatah umur, kematian seseorang itu sanggup dihapus dari bulan Sya’ban ke bulan Sya’ban yang lain, sehingga seseorang sanggup menikah, melahirkan, padahal namanya sudah tercantum dalam daftar orang-orang yang dicabut nyawanya (orang-orang mati)” (HR. Thabrani, Baihaki. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyampaikan bahwa hadits tersebut yaitu hadits Mursal).
      Hadits kedua ini—dan masih banyak hadits-hadits lainnya—menjadi penguat keberadaan hadits-hadits lainnya, sehingga sanggup dikatakan bahwa hadits-hadits yang berbicara bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan penentuan kematian insan setahun ke depan yaitu hadits-hadits yang sanggup diamalkan dan sanggup dipertanggungjawabkan validitasnya.
3.      Bulan Sya’ban yaitu bulan yang sering dilalaikan orang-orang pada umumnya.
Dalam hadits sebagaimana telah disebutkan di atas, Rasulullah saw menegaskan alasan mengapa ia sering berpuasa pada bulan Sya’ban, di antaranya yaitu lantaran bulan Sya’ban ini bulan  yang banyak dilalaikan oleh insan pada umumnya. Dan waktu yang umumnya dilalaikan, berat dilakukan oleh sebagian besar manusia, memberikan waktu itu mulia, dan apapun ibadah yang dilakukan pada waktu tersebut pahalanya lebih besar dari pada waktu-waktu lainnya.

Karena itu, mengapa shalat Tahajud lebih besar dan lebih utama dari yang lainnya? Karena waktu pelaksanaannya, umumnya dilalaikan oleh manusia. Karena itu juga para ulama salaf, seringkali mengisi dan menghidupkan malam di antara Isya hingga Shubuh dengan ibadah, baik berupa shalat, membaca al-Qur’an, dzikir atau yang lainnya. Ketika ditanya alasannya, para ulama salafunas shaleh menjawab: “Karena waktu tersebut yaitu waktu yang banyak dilalaikan oleh manusia” (hiya sa’ah ghaflah).

Demikian juga mengapa Rasulullah saw pernah bersabda: “Kalau tidak memberatkan kepada ummatku, akan saya perintahkan mereka untuk mengakhirkan pelaksanaan shalat Isya di selesai malam“, mengapa demikian? Karena waktu selesai malam yaitu waktu yang umumnya dilupakan manusia. Ketika waktu tersebut dilupakan dan dilalaikan manusia, maka waktu itu menjadi sangat mulia. Apapun ibadah yang dilakukan di dalamnya, pahalanya lebih besar dari pada pada waktu-waktu lainnya. Demikian juga dengan bulan Sya’ban.

4.      Bulan Sya’ban merupakan bulan Rasulullah saw.

Dalam sebuah hadits Mursal riwayat Imam as-Syuyuthi dalam kitabnya al-Jami as-Shagir, disampaikan ada tiga bulan berurutan yang masing-masing milik pihak-pihak tertentu; Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Rajab yaitu bulan Allah, Sya’ban bulan Rasulullah, dan Ramadhan bulan ummat Rasulullah. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:
عن الحسن البصري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((رجب شهر الله, وشعبان شهري, ورمضان شهر أمتي.
Artinya: “Hasan al-Bashri berkata, Rasulullah saw bersabda: “Bulan Rajab yaitu bulan Allah, Sya’ban yaitu bulanku, dan Ramadhan yaitu bulan ummatku”.
      Hemat penulis, bulan Rajab disebut bulan Allah, lantaran bulan Rajab termasuk Bulan Haram, di mana tidak diperbolehkan di dalamnya berperang. Bulan itu betul-betul bulan khusus untuk ibadah kepada Allah, berupa mengadakan upacara atau hari raya keagamaan. Sebagaimana sama-sama diketahui, ada empat bulan yang termasuk Bulan Haram, bulan mulia: Rajab, Dzulqa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram.

      Disebut Bulan Haram, lantaran pada keempat bulan tersebut tidak diperbolehkan insan berbuat aniaya, termasuk berperang, membunuh, satu sama lain. Dan kejahatan yang dilakukan pada bulan tersebut dosanya lebih besar dari pada pada bulan-bulan lainnya. Karena itu, orang-orang Arab semenjak dahulu sangat 
menghormati bulan-Bulan Haram ini. Bahkan, apabila ada seseorang yang membunuh ayahnya, saudaranya atau keluarganya pada bulan-bulan Haram ini, mereka tidak melaksanakan balas dendam.

      Ibnu Hajar dalam Fathul Bari demikian juga dengan Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, menuturkan di antara alasan mengapa bulan-bulan di atas termasuk bulan-Bulan Haram. Menurutnya, di antaranya lantaran bulan-bulan tersebut bersahabat kaitan dengan pelaksanaan ibadah haji yang dahulu kala pelaksanaannya memerlukan waktu yang sangat lama. Bulan Dzulqa’dah termasuk Bulan Haram, lantaran pada bulan tersebut orang-orang berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.

Bulan Dzulhijjah termasuk Bulan Haram, lantaran bulan tersebut yaitu waktu pelaksanaan ibadah haji. Muharram termasuk Bulan Haram, lantaran pada bulan tersebut jamaah haji pulang menuju kampung masing-masing. Sementara bulan Rajab termasuk Bulan Haram, lantaran orang-orang Arab dahulu menjadikannya sebagai bulan Hari Raya suci agama-agama. Karena itu, tidak diperbolehkan ada perbuatan-perbuatan yang mengganggu khidmatnya perayaan ibadah dan upacara suci dimaksud.

Dari sini sekali lagi kita sanggup mengetahui, bahwa secara umum bulan-Bulan Haram ini bersahabat kaitannya dengan pelaksanaan ibadah haji, dan karenanya, pantas jikalau disebut sebagai Bulan Allah.
Sementara mengapa Sya’ban disebut bulan Rasulullah saw, lantaran pada bulan ini Rasulullah saw melaksanakan aneka macam puasa sunnat. Bahkan, dalam sebuah riwayat disebutkan, sebagaimana akan penulis paparkan di bawah nanti, ia melaksanakan puasa pada bulan Sya’ban ini seluruh bulan atau sebagian besarnya. Karena itulah Rasulullah saw menyebutnya sebagai ‘Bulanku’.

Sementara Ramadhan disebut bulan ummatku, lantaran pada bulan ini ummat Rasulullah saw panen dengan pahala. Ibadah apapun yang dilakukan di dalamnya, pahalanya dilipatgandakan dari pada pada bulan-bulan lainnya. Umrah di dalamnya, pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji, shalat sunnat yang dilakukan pada bulan Ramadhan, pahalanya sama dengan pahala mengerjakan shalat Wajib, dan pahala shalat wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali lipat dari shalat wajib pada waktu-waktu lainnya. Karena itu, sangat pantas apabila bulan Ramadhan ini disebut dengan bulan ummatku, lantaran kita selaku ummat Rasulullah saw betul-betul panen pahala dan kebaikan.

5.      Bulan ditaburkannya kemulian (as-Syaraf), derajat yang tinggi (al-’Uluww), kebaikan dan keberkahan (al-Birr), kasih sayang (al-Ulfah) dan cahaya kebenaran (an-Nur).

Imam Abdurrahman bin Abdus Salam ash-Shafury asy-Syafi’i, seorang ulama pada kurun kesembilan Hijriyyah, menyampaikan dalam bukunya Nuzhatul Majalis wa Muntakhab an-Nafais, bahwa kata Sya’ban (شعبان) itu yaitu singkatan. Huruf Syin adalah kependekan dari kata asy-Syaraf  (الشرف)yang artinya kemuliaan. Huruf ‘ain singkatan dari al-’Uluww (العلو) yang artinya derajat dan kedudukan  yang tinggi, terhormat. Huruf ba singkatan dari al-Birr  (البر) yang berarti kebaikan dan keberkahan. Huruf alif berarti al-Ulfah (الألفة) yakni kasih sayang, dan huruf nun singkatan dari an-Nur (النور) yang artinya cahaya kebenaran.

Hal ini menegaskan, lanjutnya, bahwa siapapun yang sungguh-sungguh beribadah pada bulan Sya’ban ini, maka ia akan memperoleh lima hadiah dari Allah di atas, dan hal ini semua lantaran bulan Sya’ban termasuk bulan istimewa. Mungkin boleh jadi, lantaran kemuliaan bulan Sya’ban ini juga Siti Aisyah melaksanakan Qadha puasa Ramadhan di bulan Sya’ban, sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:
عن عائشة قالت: ((كان يكون علي الصوم من رمضان فما أستطيع أن أقضيه إلا فى شعبان)) [رواه البخارى ومسلم
Artinya: Siti Aisyah berkata: “Saya mempunyai hutang puasa bulan Ramadhan, dan saya tidak sanggup mengqadhanya melainkan hanya pada bulan Sya’ban” (HR. Bukhari Muslim).

6.      Bulan terjadinya beberapa insiden penting dalam Islam.

Bulan Sya’ban juga mempunyai keistimewaan lain, yaitu di dalamnya banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting dalam Islam. Di antaranya yaitu pengalihan kiblat. Menurut sebagian pendapat, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalamFathul Bari, Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, bahwa pengalihan kiblat dari menghadap Baitul Maqdis di Palestina menuju Ka’bah di Mekkah, terjadi pada bulan Sya’ban tahun 2 H (atau Pebruari 624 M).

Selain itu, sebaian ulama juga berpendapat, pada bulan Sya’ban juga turun perintah wajibnya puasa Ramadhan kepada Rasulullah saw. Dan pada bulan Sya’ban juga diturunkannya perintah jihad di jalan Allah. Juga pada bulan Sya’ban, berdasarkan sebagian pendapat, turunnya perintah membaca shalawat kepada Rasulullah saw (QS. Al-Ahzab: 56). Empat hal di atas merupakan di antara hal besar dalam pedoman Islam, dan tidak semata-mata Allah menurunkan perintahnya pada bulan tersebut, melainkan bulan dimaksud mempunyai keistimewaan tersendiri.

  • Amalan-amalan pada bulan Sya’ban
          Apabila memperhatikan hadits Rasulullah saw, ada satu perbuatan special yang ia lakukan pada bulan Sya’ban ini, yaitu melaksanakan puasa sunnat sebanyak mungkin. Namun demikian, mengingat bulan Sya’ban yaitu bulan mulia, maka apapun ibadah yang dilakukan di dalamnya, tentu pahalanya sangat besar dan lebih besar dari yang lainnya.

Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif pernah mengatakan, bahwa di antara lantaran dilipatgandakannya pahala perbuatan seseorang lantaran ada tiga, di antaranya yaitu lantaran kemuliaan waktu melaksanakannya (syarafuz zaman). Dan bulan Sya’ban termasuk waktu mulia dimaksud. Untuk itu, berikut ini di antara amalan yang sanggup kita lakukan di bulan Sya’ban:

1.      Berdoalah semoga diberkahi pada bulan Sya’ban dan sanggup mengikuti bulan Ramadhan

Adalah Rasulullah saw, apabila ia sudah hingga pada bulan Rajab, ia selalu berdoa semenjak bulan tersebut semoga sanggup bertemu dengan bulan Ramadhan. Hal ini tentunya sebagai rasa kecintaan dan penghormatan untuk bulan penuh berkah ini, Ramadhan. Doa yang biasa dilafalkan oleh Rasulullah saw semenjak bulan Rajab dan Sya’ban adalah:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَشَعْبَانَ, وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma baarik lanaa fi rojab wa sya’ban, wa ballignaa romadhan
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab, juga di bulan Sya’ban ini serta sampaikanlah usia kami ke bulan Ramadhan”.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
عن أنس بن مالك قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال: ((اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان, وبلغنا رمضان)) [رواه أحمد والطبرانى والبزار
Artinya: “Anas bin Malik berkata: “Adalah Rasulullah saw apabila ia memasuki bulan Rajab, ia suka berdoa: “Allahumma baarik lanaa fi rajab wa sya’ban, wa ballignaa ramadhan (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab ini, juga di bulan Sya’ban ini serta sampaikanlah usia kami ke bulan Ramadhan)” (HR. Ahmad, Thabrani dan al-Bazzar).
Menurut Imam Abdul Ghani bin Ismail an-Nablusi dalam bukunya, Fadhail al-Ayyaam was-Syuhuur (hal 29) mengatakan, bahwa hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus nya, diriwayatkan melalui tiga jalan dari Anas bin Malik. Dan hadits-hadits yang ada dalam kitab Musnad al-Firdaus adalah hadits-hadits dhaif, akan tetapi sanggup dilakukan dan diamalkan selama berkaitan dengan potongan keutamaan amal perbuatan, Fadhailul Amal.

Imam Nawawi pun dalam pendahuluan Syarah Muslim nya menegaskan, bahwa hadits Dhaif sanggup digunakan dalam potongan keutamaan amal perbuatan (bab Fadhailul a’maal). Oleh lantaran itu, sekalipun hadits wacana doa ini dhaif, akan tetapi sanggup diamalkan dalam kehidupan sehari-hari lantaran menyangkut keutamaan amal perbuatan.

Doa di atas sebaiknya dibaca berulang kali ketika kita memasuki bulan Rajab dan Sya’ban. Semakin banyak membacanya, tentu semakin besar  pahalanya. Keberkahan di bulan Rajab, keberkahan di bulan Sya’ban, dan sanggup menjumpai bulan Ramadhan, merupakan tiga hal yang sangat dibutuhkan oleh seluruh ummat Islam. Doa di atas juga sebaiknya di baca setiap selesai shalat wajib, atau pada waktu-waktu senggang sambil berdzikir atau selesai membaca al-Qur’an.

Selain doa tersebut, ada doa lain yang biasa dibaca oleh para sobat pada bulan Rajab dan Sya’ban, sebagaimana disampaikan oleh Yahya bin Abu Katsir, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif-nya (hal. 202) yaitu:
اللهم سلمنى إلى رمضان, وسلم لي رمضان, وسلمه منى متقبلا.
Allahumma sallimnii ilaa ramadhan, wa salllim lii ramadhan, wa sallimhu minni mutaqabbalaa.
Artinya: “Ya Allah, selamatkan dan sampaikanlah (usia) saya ke bulan Ramadhan, dan selamatkanlah Ramadhan kepada saya, serta selamatkanlah amalan-amalan saya pada bulan Ramadhan sehingga sanggup diterima”.
2.      Rajin berpuasa

Banyak berpuasa sunnat merupakan amalan special Rasulullah saw yang banyak ia lakukan pada bulan Sya’ban ini. Dalam hadits-hadits di bawah ini disebutkan, bahwa Rasulullah saw berpuasa sunnat pada bulan Sya’ban ini hamper satu bulan penuh:
عن عائشة قالت: ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان, وما رأيته فى شهر أكثر صياما منه فى شعبان [رواه البخارى ومسلم] . وزاد البخارى : كان يصوم شعبان كله
Artinya: “Siti Aisyah berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw melaksanakan puasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihatnya, sangat banyak melaksanakan puasa selain pada bulan Sya’ban (HR. Bukhari Muslim), dan dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan: “Beliau berpuasa pada bulan Sya’ban satu bulan penuh”.
عن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول: لا يفطر, ويفطر حتى نقول: لا يصوم, وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر إلا رمضان, وما رأيته أكثر صياما منه فى شعبان (رواه مسلم)
Artinya: “Siti Aisyah berkata: “Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: “Beliau tidak berbuka”. Dan apabila ia berbuka, kami berkata: “Sehingga ia tidak berpuasa”. Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat ia melaksanakan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya’ban” (HR. Muslim).
عن أم سلمة رضي الله عنها عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه لم يكن يصوم من السنة شهرا تاما إلا شعبان, يصله برمضان (رواه أبو داود)
Artinya: “Dari Ummu Salamah, bahwasannya Rasulullah saw tidak pernah berpuasa dalam satu tahun hamper satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban dan ia meneruskannya dengan bulan Ramadhan” (HR. Abu Dawud).
وفى رواية: ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهرين متتابعين إلا شعبان ورمضان (رواه الترمذى والنسائى)
Artinya: Dalam riwayat lain dikatakan: Ummu Salamah berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan” (HR. Turmudzi dan Nasai).
      Untuk itu sekali lagi, berpuasa pada bulan Sya’ban sangat sebaiknya dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak ditentukan tanggal dan harinya, tanggal berapa saja, hari apa saja, baik berurutan ataupun tidak, boleh-boleh saja untuk berpuasa. Bahkan, pahalanya sangat besar, lantaran bulan Sya’ban termasuk bulan mulia.

3.      Rajin membaca, menelaah dan mentadaburi al-Qur’an.

Membaca al-Qur’an yaitu ibadah. Bahkan, pahalanya sangat besar. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa pahala membaca al-Qur’an itu dihitung bukan persurat atau per ayat, akan tetapi perhuruf. Dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala bahkan lebih.
Ini artinya, apabila seseorang membaca lafadz basmallah, maka pahalanya bukan satu akan tetapi sembilan belas sesuai dengan jumlah hurufnya. Jika dilipatkan dengan bilangan sepuluh, maka dengan membaca basmallah saja pahala yang sudah dikantongi sebanyak seratus sembilan puluh. Apalagi membacanya setiap hari satu surat atau lebih, tentu pahalanya jauh lebih besar lagi. Dan tentu pahalanya akan lebih berlipat lagi apabila dilakukan pada bulan Sya’ban, lantaran termasuk bulan mulia. Berikut ini penulis ketengahkan keterangan-keterangan yang bersahabat kaitannya dengan pahala membaca ayat al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ* لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (فاطر: 29-30)
Artinya:  ”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan rahasia dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, semoga Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (QS. Fathir: 29-30).
Demikian juga dengan sabda-sabda Rasulullah saw di bawah ini:
عن عثمان بن عفان أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((خيركم من تعلم القرآن وعلمه)) [رواه البخارى ومسلم]
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian yaitu orang yang mencar ilmu al-Qur’an dan orang yang mengajarkan al-Qur’an” (HR. Bukhari Muslim).
عن أبي موسى الأشعرى أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((مثل المؤمن الذى يقرأ القرآن مثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذى لا يقرأن القرآن كمثل التمرة لا ريح لها وطعمها حلو)) [رواه البخارى ومسلم]
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin yang rajin membaca al-Qur’an itu menyerupai buah utrujjah, bau dan rasa buahnya enak, manis. Sedangkan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an itu menyerupai buah kurma, tidak ada wangi aromanya, namun rasanya tetap manis” (HR. Bukhari Muslim).
عن أبي أمامة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((اقرأوا القرآن فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا لأصحابه)) [رواه مسلم]
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Bacalah al-Qur’an, lantaran ia akan menjadi penyelamat bagi yang membacanya kelak di hari Kiamat” (HR. Muslim).
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسون بينهم إلا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنده)) [رواه مسلمٍ]
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada sekelompok orang pun yang berkumpul di dalam rumah Allah, kemudian mereka membaca al-Qur’an dan mengkaji serta menelaahnya di antara sesame mereka, kecuali mereka akan diberikan ketenangan, dicurahkan rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat, serta Allah akan mengingat orang-orang yang mereka ingat” (HR. Muslim).
عن عبد الله بن مسعود أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة, والحسنة بعشر أمثالهاو لا أقول (الم) حرف ولكن ألف حرف, ولام حرف, وميم حرف)) [رواه الترمذى]
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu karakter dari ayat al-Qur’an, maka pahalanya yaitu satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu akan dilipatkan lagi menjadi sepuluh kali lipat kebaikan. Saya tidak menyampaikan bahwa alif lam mim itu satu hurup, akan tetapi alif itu satu hurup, lam itu satu hurup dan mim itu juga satu hurup” (HR. Turmudzi).
      Para shahabat, tabi’in dan salafunas shaleh, biasa lebih memperketat membaca al-Qur’an semenjak bulan Sya’ban, bukan semata pada bulan Ramadhan. Begitu bulan Sya’ban tiba, mereka menutup rumah, merapatkan barisan anggota keluarga untuk lebih rajin membaca al-Qur’an. Karena itu, para ulama menyebut bulan Sya’ban ini sebagai Syahrul Qurra’, bulannya para pembaca al-Qur’an.

Salamah bin Kuhail sebagaimana dikutip oleh Ibnu Rajab, pernah berkata: “Bulan Sya’ban yaitu Bulan Para pembaca al-Qur’an (Syahrul Qurra’)”. Habib bin Abi Tsabit, apabila masuk pada bulan Sya’ban, ia berkata: ‘Ini yaitu bulannya para pembaca al-Qur’an”.

Amer bin Qais al-Mula’i, apabila masuk pada bulan Ramadhan, ia menutup rumahnya, dan menggiatkan membaca al-Qur’an. Al-Hasan bin Sahl berkata: ‘Bulan Sya’ban pernah berkata: “Ya Allah, Eukau jadikan saya berada di antara dua bulan rahmat (Rajab dan Ramadhan), bagaimana dengan aku?” Allah menjawab: ” Saya menyebabkan kau sebagai bulan membacanya al-Qur’an”.

Untuk itu, mari kita sama-sama semenjak bulan Sya’ban ini lebih menggiatkan membaca al-Qur’an, menggali isinya dan plus mengamalkan isi kandungannya.

4.      Mengisi malam Nishfu Sya’ban

Di antara hal yang dihentikan dilupakan dalam bulan Sya’ban yaitu menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan amalan-amalan ibadah, lantaran malam ini merupakan malam yang sangat istimewa. Dan untuk bahasan persoalan malam Nishfu Sya’ban ini berikut amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan pada malam tersebut, para pembaca sanggup melihat makalah saya yang berjudul: Mengenal Lebih Dekat Malam Nishfu Sya’ban.

5.      Melakukan amalan-amalan lainnya menyerupai shalat tahajud, Dhuha, Witir dan lainnya.

Hal ini sebagaimana di antara sabda Rasululullah saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ [رواه البخاري ومسلم]
Artinya: “Abu Hurairah berkata: ‘Kekasihku, Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku tiga perkara: pertama semoga selalu melaksanakan puasa tiga hari setiap bulan, kedua, semoga melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat dan ketiga, semoga saya selalu melaksanakan shala witir sebelum tidur” (HR. Bukhari).
 

Demikian di antara bahasan singkat wacana keutamaan dan amalan-amalan bulan Sya’ban, semoga kita semua diberikan kekuatan untuk melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan memohon ridhaNya, dan semoga Allah memberkahi kita selama bulan Sya’ban ini khususnya dan pada bulan-bulan lain pada umumnya, berkah rizki, berkah umur, berkah keturunan, dan berkah yang lainnya, aminn.

Qatamea, 05 Agustus 2008

Sabtu, 15 September 2018

Memperbaiki Kecepatan Respon Server Website

Memperbaiki Kecepatan Respon Server Website

 Menjaga kecepatan respon server tetap prima menjadi salah satu hal yang cukup penting di  Memperbaiki Kecepatan Respon Server Website
Menjaga kecepatan respon server tetap prima menjadi salah satu hal yang cukup penting di kurun SEO ketika ini. Hal itu alasannya ialah Google mengutamakan user experience dari website anda sebagai faktor SEO; dan semakin banyak pesaing di luar sana yang peduli dengan kualitas kecepatan server mereka.

Apa itu kecepatan respon server?

Kecepatan respon server ialah jumlah waktu yang diharapkan bagi sebuah server web untuk merespon sebuah undangan dari browser.

Halaman web mengirimkan request elemennya ke web server.

Tidak peduli seberapa jago meningkatkan secara optimal kecepatan halaman website yang anda lakukan, kalau masalahnya ada di server yang lemot, maka total waktu muat keseluruhan halaman anda tetap saja akan sangat lama.

Google sendiri sudah menentukan bahwa setiap pemilik website sebaiknya mengurangi kecepatan respon servernya di bawah 0,2 detik. Makara kalau server anda lambat merespon, apa saja masalahnya dan bagaimana cara mengatasinya?

Untuk mengatasi problem server yang lambat anda dapat melaksanakan 2 hal, yaitu:
  • Belajar menggunakan layanan hosting dengan lebih efisien.
  • Membayar lebih mahal untuk hosting yang sumberdaya-nya lebih besar

Faktor-Faktor Kecepatan Respon Server

Ada 4 hal yang berhubungan menghipnotis kecepatan respon server website anda:
  1. Trafik website; semakin besar, maka semakin berat
  2. Penggunaan Sumberdaya; kalau setiap halaman web menggunakan sumberdaya yang lebih sedikit, maka kecepatan menjadi lebih baik.
  3. Paket hosting website; menaikkan kapasitas dari sumberdaya hosting website anda dapat menaikkan kecepatan respon server.
  4. Software server; mengubah software atau konfigurasinya dapat menaikkan kecepatan respon server.

Trafik Website


Saat website mendapat lebih banyak trafik, maka akan lebih banyak sumberdaya yang dipakai dari server. Website kita yang sebelumnya kencang akan menjadi semakin lambat seiring pertambahan jumlah pengunjung.

Sekarang bayangkan anda ada di restoran dan memesan masakan anda. Jika di dalam restoran hanya ada anda dan 2-3 orang lain, maka masakan anda akan cepat datang. Tapi kalau di dalam restoran sudah antri 30 orang, maka anda dapat menunggu hampir sejam untuk mendapat masakan anda.

Itu alasannya ialah jumlah pengunjung naik tetapi jumlah juru masaknya tetap.

Solusinya? Masa iya mengurangi jumlah pengunjung website anda? Ngak mungkin kan?

Makara anda dapat main di penggunaan sumberdaya halaman-halaman web anda....

Penggunaan Sumberdaya.

Setiap kali kita menambahkan elemen di halaman website kita maka itu  akan menggunakan lebih banyak sumberdaya dari server.

Sebuah website wordpress biasanya menggunakan beberapa stylesheet, script, dan sumberdaya lainnya menyerupai gambar dari dalam server.

Itu berarti setiap kali ada yang membuka halaman website anda, dapat terjadi beberapa kali request bolak balik dari browser ke server untuk memuat keseluruhan halaman website kita....

Makara kalau server anda dapat melayani 100 request per detik; maka server anda hanya dapat melayani 4 orang setiap detiknya kalau setiap halaman website anda memiliki 25 request sumberdaya ke server.

Kalau begitu bagaimana mengurangi jumlah request dari halaman website anda? Ya semakin sedikit file yang ditampilkan dalam halaman web maka akan semakin sedikit juga requestnya....

Makanya website yang tampilannya sederhana itu jauh lebih kencang, kalau diberlakukan kondisi hosting yang sama.

Makara bagaimana mengatasi problem request ini?

Anda dapat melaksanakan beberapa hal, yaitu:
  • Menggabungkan beberapa file CSS yang dapat digabungkan
  • Menggabungkan file-file eksternal javascript
  • Menggunakan lazy load image (anda pernah tiba ke website yang gambarnya gres dimuat ketika anda melaksanakan scroll ke bawah kan?)
  • Penggunaan keep alive pada server yang dapat menciptakan halaman website anda membuka file yang lebih banyak.

Web Hosting

Pastikan anda menentukan web hosting yang sempurna dengan kebutuhan anda. Yang paling penting ialah memastikan kalau kapasitas yang kita beli tidak terlalu kecil untuk kelas website kita.

Tentunya kita mau menggunakan web hosting yang semurah mungkin, tapi kalau memang trafik semakin naik....maka jangan terlalu pelit untuk melaksanakan upgrade paket hosting.

Content Delivery Network
Sebuah Content Delivery Network atau biasa disingkat CDN akan menyimpan file-file kita di banyak sekali server di potongan dunia berbeda.

Ini akan membantu setiap orang di banyak sekali potongan dunia untuk mengakses halaman web anda lebih cepat, alasannya ialah lokasi penyimpanan yang lebih dekat. Makara CDN itu menjadi sangat penting untuk kecepatan respon server anda kalau pengunjung anda tiba dari banyak sekali potongan dunia.

Wordpress / Pengguna PHP
Setiap website wordpress menggunakan PHP. Kebanyakan website ini memiliki kecepatan respon server yang lebih lambat alasannya ialah bukan hanya menangani pembukaan file, tapi juga memproses undangan pengunjung dari fungsi-fungsi PHP yang tersedia.

Ini contohnya ditemukan pada server bisnis online yang menggunakan cart atau formulir online.

Makara pastikan setiap fungsi PHP yang ditambahkan ke halaman website anda memang penting, dan bukan hanya memperberat server tanpa manfaat sama sekali.

Pengguna wordpress sebaiknya menggunakan cache pada websitenya. Ini akan memperingan kerja server sehingga kecepatan respon server juga dapat bertambah. Pengguna wordpress dapat menggnakan w3 total cache atau wp super cache

Tapi hati-hati buat pengguna toko online dengan sistem CART, alasannya ialah banyak tema toko online wordpress yang sistem CART-nya tidak berfungsi dengan benar kalau menggunakan sistem cache ini.

Software Server Anda

Saat ini ada 3 software server yang sudah sangat dikenal, yaitu:
  • Apache
  • Nginx
  • Litespeed

APACHE
Apache ini gratis dan dipakai di banyak sekali web server di internet. Apache sangat gampang dipakai dan baik juga dalam dokumentasi. Banyak tutorial di internet mengasumsikan bahwa anda ialah pengguna apache, alasannya ialah paling banyak dipakai beberapa waktu yang lalu.

Apache bukan yang terbaik dalam hal performa, tapi memiliki banyak sekali modul dan add ons yang dapat kita pergunakan.

Sayangnya untuk problem kecepatan respon server Apache termasuk biasa saja, bahkan dengan konfigurasi yang sangat baik.

NGINX
Para pengembang website banyak yang menyukai Nginx alasannya ialah performanya lebih baik dari Apache bahkan dengan konfigurasi default. Nginx menggunakan sumberdaya yang lebih sedikit sehingga dapat menangani lebih banyak trafik dibandingkan Apache.

LITESPEED
Ini ada versi gratis dan ada versi berbayarnya. Litespeed bekerja lebih cepat dari Apache; dan untungnya litespeed ini kompatible dengan apache, jadi pengguna apache dapat beralih ke litespeed dengan sangat mudah. PHP berjalan lebih cepat di litespeed, kalau dibandingkan dengan Apache dan Nginx.

Dalam kondisi dasarnya; Apache dapat menangani 11 request per detik; Nginx menangani 12 request per detik; dan Litespeed menangani 13 request per detik.

Tapi dengan memasukkan sistem Cache, ternyata Apache dan Nginx hanya dapat 3x lebih cepat, sedangkan LiteSpeed dengan sistem cache dapat hingga hampir 40x lebih cepat.... Jumlah request dapat naik hingga 440 hingga 500-an request per detik....

KESIMPULAN
Makara kita kembali ke empat poin di atas. Kalau bicara problem kecepatan respon server; anda harus mempertimbangkan Trafik, sumberdaya, Software, dan Paket Hosting yang anda gunakan.

Makara setidaknya gunakan server dengan software LITESPEED; dan sehabis itu atur website anda semoga lebih ramping dalam penggunaan file; terakhir, sesuaikan paket web hosting anda dengan trafik yang masuk.
Mempersiapkan Generasi Yang Cinta Masjid Semenjak Dini

Mempersiapkan Generasi Yang Cinta Masjid Semenjak Dini

Kita patut gembira dengan semarak keagamaan secara global akhir-akhir ini. Bahkan, kita patut bersyukur dengan syiar agama berupa kemegahan dan keindahan masjid dan mushalla di sekitar tempat tinggal kita.  Namun, kita juga patut cemas dengan praktek pengamalan keseharian di lingkungan tempat tinggal kita. Di antaranya terkait shalat berjama’ah di masjid yang tidak penuh satu shaf. Tidak banyak masyarakat yang shalat di masjid. Kalaupun ada hanya orang tua-tua saja. Kalaupun agak ramai, itu mungkin hanya maghrib. Empat waktu yang lain, hanya diisi oleh generasi bau tanah saja.

Kita mungkin berhusnuzhon bahwa siang dan sore hari masyarakat kita beraktifitas di tempat yang berbeda sehingga tidak shalat berjama’ah di lingkungan tempat tinggalnya. Mari kita lihat juga di waktu Magrib, Isya dan Shubuh. Tepat kiranya apa yang disampaikan oleh Buya Hamka bahwa bila ingin melihat kaum muslimin, lihatlah ketika hari raya. Namun, bila ingin melihat orang mukmin, lihatlah waktu shubuh di masjid.

Agak kita perkecil standar mengukurnya, mari lihat kondisi ketika shalat Jum’at. Dari jumlah penduduk suatu kampung, berapa persentase jumlah generasi muda dibandingkan orang tua? Berapa persentase anak usia sekolah dibandingkan dengan bapak-bapaknya? Atau bila mau lihat data Badan Pusat Statistik, berapa persentase generasi muda dibandingkan bapak-bapak atau kakek-kakek yang sudah tua?  Pertanyaan kita, mana generasi muda yang akan kita harapkan menjadi generasi penerus kita ke depan, generasi yang akan jadi pemimpin kampung halamannya, pemimpin ummat dan pemimpin tempat ini. Kita patut khawatir meninggalkan generasi yang lemah di masa yang akan datang. Lemah akidah, lemah ibadah, lemah akhlak, lemah ekonomi, lemah dalam kepemimpinan dan lain-lain. Pendek kata, lemah dalam segala hal. Istilah lain yang mungkin juga sempurna dipakai yakni generasi yang krisis dalam banyak sekali bidang. 

Patut kita renungkan Firman Allah surat al-Nisa/4 ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا(9)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka bawah umur yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh lantaran itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa/4: 9)

Dalam ayat lain Allah menyuruh kita orang yang beriman untuk memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Hari esok dalam pengertian di dunia dan hari esok dalam pengertian kehidupan akhirat.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sebetulnya Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan. (Q.S. al-Haysr/ 59: 18)

Bagaimana Caranya?
1.    Mulai pendidikan dari rumah tangga
Ayat sembilan surah al-Nisa’ di atas menyebut istilah dzurriyah yang biasa diterjemahkan dengan anak-anak. Tanggung jawab mendidik bawah umur yakni tanggung jawab orang tua, bukan tanggung jawab guru di sekolah. Maka mulailah mendidik sebuah generasi dari ketika mereka masih anak-anak. Tanggung jawab pertama yakni tanggung jawab orang tua. "hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" begitu perintah Allah dalam surah al-Tahrim. Nabi mengatakan "setiap kau yakni pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawabnnya terhadap apa yang di pimpinnya". Jika setiap keluarga telah berhasil mendidik anggota keluarganya dengan menanamkan pedoman agama, maka tidak tidak mungkin satu kampung penduduknya yakni penduduk yang beriman. Demikian juga halnya satu kecamatan, kabupaten bahkan negara sekalipun. K.H. Abdullah Gimnastiar pernah menyampai rumus tiga M. Di antaranya, mulai dari hal terkecil. Keluarga yakni organisasi terkecil untuk membentuk generasi yang cinta mesjid.

2.    Mari ajak bawah umur kita untuk cinta ke masjid semenjak dini
Melanjutkan pendidikan di rumah tangga, maka kewajiban Ayah untuk mengajak dan membawa anak-anaknya ke masjid. Ayah pergi ke masjid juga membawa anak-anaknya. Tidak sempurna alasan kasihan kepada anak lantaran suhu yang hambar di malam dan waktu shubuh. Karena dinginnya angin malam di waktu Isya dan Shubuh hari belum seberapa dibandingkan panasnya api neraka. Ayah jangan pergi ke masjid sendiri. Ayah menjadi pola yang baik bagi anaknya. Bukan sebaliknya, menyuruh anak ke masjid tapi ayahnya tidak ke masjid. Harusnya menyerupai filosofi orang memandikan kuda, kuda dan tuannya sama-sama masuk ke air. Bukan menyerupai orang memandikan monyet. Tuannya menceburkan kera ke sungai, namun tuannya tidak masuk ke dalam air.

3.    Mari jadikan masjid sebagai tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi bawah umur dan generasi muda
Pernahkah kita bertanya mengapa bawah umur muda kita lebih nyaman di cafe, warung kopi, warnet, tempat nongkrong dan tempat berkumpulnya bawah umur muda lainnya. Mereka betah berlama-lama di warung kopi lantaran mereka merasa nyaman di sana. Maka tidak salah juga bila ada masjid yang menyediakan wifi gratis sehingga generasi zaman now mau ngumpul dan nongkrong di masjid. Ada baiknya juga masjid menyediakan perpustakaan dan taman bacaan sehingga anak muda berkunjung ke masjid. Jangan hingga ada bawah umur yang dihardik, diusir dan dikasari di madjid. Karena hal itu akan menjadikan bekas ketidaknyamanan bagi mereka sehingga menganggap masjid yakni tempat yang tidak ramah terhadap mereka.

4.    Mari kita jadikan masjid sebagai sentra acara masyarakat
Tidak hanya sebagai sentra acara keagamaan, tapi banyak sekali acara bisa dipusatkan di masjid sehingga masjid menjadi sentra acara kampung. Ketika tiba waktu shalat, maka masyarakat yang mengikuti acara di masjid tentunya akan ikut shalat berjamaah. Sebagai contoh, masjid bisa ramai ketika ada shalat mayit di masjid. Namun tentunya tidak sempurna kiranya kita berharap harus ada yang meninggal dunia setiap waktu shalat supaya shalat lima waktu selalu ramai di madjid.

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pertama, Imam yang adil, kedua seorang cowok yang tumbuh remaja dalam beribadah kepada Allah, ketiga seorang yang hatinya bergantung ke masjid, keempat dua orang yang saling menyayangi di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, kelima seorang pria yang diajak berzina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan lagi cantik, kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya saya takut kepada Allah. keenam seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, dan ketujuh seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi kemudian ia meneteskan air matanya.
Alhamdulillah. Kita telah berhasil membangun madjid yang bagus dan megah. Namun membangun masjid tidak hanya membangun fisiknya, tapi juga membangun isinya. Dengan segenap kemampuan kita, mari kita persiapkan pembangunan isi masjid. Kita jadikan masjid sebagai sentra acara kita. Pengurus masjid juga sebaiknya memikirkan pembangunan mental spiritual, tidak hanya fokus membangun fisik masjid. Sehingga sesudah berlalunya generasi tua, masih ada generasi selanjutnya yang akan memakmurkan masjid.

___

*) Materi ini pertama kali disampaikan ketika Khutbah Jum'at di Masjid Kenawat Aceh Tengah 24 Rabi'ul Akhir 1439 H/12 Januari 2018 M