Dunia Islam : Menata Hati Sebelum Mati
"Manusia tak luput dari salah" itu benar, tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk selalu berbuat kesalahan. Kesempurnaan itu yang harus k
ita cari. Mengerjakan sesuatu dengan tepat itu yang harus kita lakukan, meski tidak akan pernah dapat sempurna.
Allah tidak melihat kesempurnaan kita dalam menjalani sesuatu, akan tetapi niat nrimo yang disertai perjuangan untuk menjalankannya.Karena kita tidak dapat sempurna, maka biarkanlah Allah yang akan menyempurnakannya. Begitu pun dalam menata hati, kita harus senantiasa menatanya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sebagai teladan yang sering terjadi dalam kehidupan diera modern ini.....
Seorang artis perempuan bersama penulis novel (sekaligus sutradaanya) dan seorang aktor, tengah mempromosikan film terbarunya di sebuah masjid kampus di Jogja. Mereka mempromosikan film yang menceritakan wacana kisah asmara seorang muslimah dan lelaki muslim.
Artis itu nampak sangat manis dan anggun dengan balutan jilbab yang menutupi auratnya. Sayangnya, beliau menggunakan jilbab hanya pada ketika proses syuting dan promosi film tersebut.
Lalu pada ketika sesi tanya jawab, seorang perempuan bertanya padanya, “Mba, Mba terlihat begitu manis dengan jilbab. Apakah sesudah film ini, Mba akan terus menggunakan jilbab?”
“Aku masih mau menata hati dulu, gres pakai jilbab,” jawabnya.
Kenapa begitu banyak perempuan yang berpikiran ibarat itu? Sebelum menggunakan jilbab, mereka mau menata hati dulu. Atau "hati" dulu "dijilbabin", gres kemudian pakaiannya? Tidakkah mereka tahu bahwa jilbab itu wajib? Tidakkah mereka berpikir, kalau wanita-wanita yang berjilbab juga tengah menata hatinya? Atau mereka berpikir, jikalau sudah berjilbab maka hati sudah tak lagi ditata?
Sadarlah, saudariku! Jilbab itu suatu kewajiban yang diperintahkan pribadi dari Allah kepada hamba-Nya, sebagaimana yang tertera dalam kitab suci yang seharusnya menjadi aliran hidup kita.
“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudaralaki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayanlaki-laki yang tidak memiliki cita-cita (terhadap wanita) atau belum dewasa yang belum mengerti wacana aurat wanita.” (Q.S. An-Nur Ayat 31).
Ketahuilah wahai ukhti (saudariku).. Jilbab akan menjadi pelindung bagimu dan tidak akan menyusahkanmu. "Iman terletak di hati bukan pada pakaian", itu betul. Namun, pakaian merupakan cerminan dari iman. Oleh karenanya, jikalau kita beriman pada Allah, maka patuhilah perintah-Nya. Jilbab tidak akan merusak emansipasi wanita, bahkan akan menciptakan perempuan menjadi bebas.
Sara Bokker merupakan seorang model, instruktur fitness, sekligus artis di Amerika yang kehidupannya penuh dengan glamor. Ia menikmati hidup yang serba gemerlap. Kala itu, ia selalu menjaga penampilan biar menarik di mata orang banyak. Namun, sesudah bertahun-tahun,Bokker mulai mencicipi bahwa selama ini dirinya sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi tawanan dari penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagiaan diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamor. Dunia hiburan yang telah membesarkan namanya itu tidak membuatnya menjadi tenang dan mencicipi kedamaian di jiwa.
Sampai akhirnya, Sara Bokker menemukan sebuah Al-Qur'an dan membaca terjemahannya. Dan kata dia, isi Al-Qur’an telah menyentuh hati dan jiwanya yang paling dalam. Maka, tanpa ragu perempuan cantik, sekaligus salah satu figur publik di Amerika, itu pun tetapkan menjadi muslimah dan mengubah penampilannya. Dari yang sebelumnya seksi dan superketat, menjadi pakaian bersahaja yang longgar dan mengenakan jilbab.
Setelah mengenakan busana muslimah, untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar menjadi seorang perempuan. Ia mencicipi "rantai" yang selama ini membelenggunya sudah terlepas, dan jadinya menjadi orang yang bebas. Saat itulah, ia menemukan kebebasan.
Bagi Sara Bokker, jilbab justru membuatnya bebas. Dulu, ketika ia berjalan dengan pakaian mini, banyak lelaki yang menatapnya dengan penuh nafsu, kolam pemburu melihat mangsanya. Kini ia bebas, dan tak lagi ditatap ibarat itu.
Jika seorang mualaf yang gres mengenal Islam saja sudah ingin melaksanakan kewajibannya secara penuh, maka mengapa yang telah menjadi muslim dari lahir justru tidak? Itu merupakan sebuah hidayah dan hidayah itu harus dicari, saudariku.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d Ayat 11)
Teruntuk saudariku, jangan jadikan “ingin menata hati dulu” sebagai alasan, untuk terus menerus menjalani hari dengan berjuta mata yang selalu menatapmu tanpa hijab. Memakai jilbab juga bukan merupakan budaya orang Arab, sebab budaya disana jauh lebih keji sebelum datangnya Islam.
Tahukah kamu, wanita-wanita yang kini menggunakan jilbab pun mereka sedang menata hatinya. Hanya saja, mereka mendahulukan yang menjadi wajib bagi mereka. Mereka tahu bahwa menggunakan jilbab itu wajib selayaknya shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dsb.
Dalam menjalankan perintah Allah, akan ada berbagai onak dan duri yang menjadi penghalang. Akan ada orang yang mencemooh kita. Jangan takut, sebab yang kita cari ialah ridho Allah, bukan keridho’an manusia.
Orang yang senantiasa mencari keridho’an manusia, atau ingin dinilai manusia, itu akan membuatnya selalu stres. Keluar rumah, bila bedak belum dipoles, maka tidak bisa. Kulit kelihatan hitam, pribadi suntik vitamin C. Hidung kurang mancung, pergi ke Jepang untuk operasi plastik. Hingga yang ada, wajah yang tadinya terlihat indah secara alami, malah berubah.
Jika sesudah berjilbab kemudian ada orang yang mempermasalahkan akhlaknya, jelaskan pada mereka bahwa antara etika dan jilbab itu dua hal yang berbeda. Berjilbab itu murni perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh perempuan muslim yang telah baligh, tanpa memandang akhlaknya baik atau buruk. Sedangkan, etika ialah kebijaksanaan pekerti yang tergantung pada pribadi masing-masing. Jadi, jikalau seorang perempuan berjilbab melaksanakan dosa/pelanggaran, itu bukan duduk kasus jilbabnya, melainkan akhlaknya.
Wahai saudariku yang mengharap dicintai Allah, sudah seharusnya seorang muslimah menyadari akan kewajiban ini. Jangan menunggu sampai ajal menjemput. Jika masih sibuk "menata hati" sementara kewajiban masih belum terlaksana, apakah tidak takut pada malaikat ajal yang setiap ketika dapat tiba tiba-tiba? Apakah masih mengaku belum siap, sementara ajal tiba tanpa menentukan kita telah siap atau belum? Tidak menentukan pula mana yang bau tanah maupun muda. Bisa jadi, ajal itu tiba ketika kita belum siap dan penuh dengan dosa-dosa.
Kutuliskan ini sebagai rasa cintaku padamu, sebab saya telah mendengar bahwa yang lebih banyak menghuni neraka ialah dari kaum wanita. Dan saya akan berdo'a, semoga yang terbanyak itu bukanlah seorang muslimah (wanita muslim).
Saling mengingatkan dalam kebaikan ialah bukti cintamu pada saudaramu..
Semoga kita semua dapat dipertemukan di syurga cinta-Nya sampai kekal dan abadi disana.....marisambut hidayah itu dan jangan menunggu sebab hidayah tak akan pernah tiba bila kita hanya berpangku tangan tanpa berusaha menjemputnya.
Allah tidak melihat kesempurnaan kita dalam menjalani sesuatu, akan tetapi niat nrimo yang disertai perjuangan untuk menjalankannya.Karena kita tidak dapat sempurna, maka biarkanlah Allah yang akan menyempurnakannya. Begitu pun dalam menata hati, kita harus senantiasa menatanya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sebagai teladan yang sering terjadi dalam kehidupan diera modern ini.....
Seorang artis perempuan bersama penulis novel (sekaligus sutradaanya) dan seorang aktor, tengah mempromosikan film terbarunya di sebuah masjid kampus di Jogja. Mereka mempromosikan film yang menceritakan wacana kisah asmara seorang muslimah dan lelaki muslim.
Artis itu nampak sangat manis dan anggun dengan balutan jilbab yang menutupi auratnya. Sayangnya, beliau menggunakan jilbab hanya pada ketika proses syuting dan promosi film tersebut.
Lalu pada ketika sesi tanya jawab, seorang perempuan bertanya padanya, “Mba, Mba terlihat begitu manis dengan jilbab. Apakah sesudah film ini, Mba akan terus menggunakan jilbab?”
“Aku masih mau menata hati dulu, gres pakai jilbab,” jawabnya.
Kenapa begitu banyak perempuan yang berpikiran ibarat itu? Sebelum menggunakan jilbab, mereka mau menata hati dulu. Atau "hati" dulu "dijilbabin", gres kemudian pakaiannya? Tidakkah mereka tahu bahwa jilbab itu wajib? Tidakkah mereka berpikir, kalau wanita-wanita yang berjilbab juga tengah menata hatinya? Atau mereka berpikir, jikalau sudah berjilbab maka hati sudah tak lagi ditata?
Sadarlah, saudariku! Jilbab itu suatu kewajiban yang diperintahkan pribadi dari Allah kepada hamba-Nya, sebagaimana yang tertera dalam kitab suci yang seharusnya menjadi aliran hidup kita.
“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudaralaki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayanlaki-laki yang tidak memiliki cita-cita (terhadap wanita) atau belum dewasa yang belum mengerti wacana aurat wanita.” (Q.S. An-Nur Ayat 31).
Ketahuilah wahai ukhti (saudariku).. Jilbab akan menjadi pelindung bagimu dan tidak akan menyusahkanmu. "Iman terletak di hati bukan pada pakaian", itu betul. Namun, pakaian merupakan cerminan dari iman. Oleh karenanya, jikalau kita beriman pada Allah, maka patuhilah perintah-Nya. Jilbab tidak akan merusak emansipasi wanita, bahkan akan menciptakan perempuan menjadi bebas.
Sara Bokker merupakan seorang model, instruktur fitness, sekligus artis di Amerika yang kehidupannya penuh dengan glamor. Ia menikmati hidup yang serba gemerlap. Kala itu, ia selalu menjaga penampilan biar menarik di mata orang banyak. Namun, sesudah bertahun-tahun,Bokker mulai mencicipi bahwa selama ini dirinya sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi tawanan dari penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagiaan diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamor. Dunia hiburan yang telah membesarkan namanya itu tidak membuatnya menjadi tenang dan mencicipi kedamaian di jiwa.
Sampai akhirnya, Sara Bokker menemukan sebuah Al-Qur'an dan membaca terjemahannya. Dan kata dia, isi Al-Qur’an telah menyentuh hati dan jiwanya yang paling dalam. Maka, tanpa ragu perempuan cantik, sekaligus salah satu figur publik di Amerika, itu pun tetapkan menjadi muslimah dan mengubah penampilannya. Dari yang sebelumnya seksi dan superketat, menjadi pakaian bersahaja yang longgar dan mengenakan jilbab.
Setelah mengenakan busana muslimah, untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar menjadi seorang perempuan. Ia mencicipi "rantai" yang selama ini membelenggunya sudah terlepas, dan jadinya menjadi orang yang bebas. Saat itulah, ia menemukan kebebasan.
Bagi Sara Bokker, jilbab justru membuatnya bebas. Dulu, ketika ia berjalan dengan pakaian mini, banyak lelaki yang menatapnya dengan penuh nafsu, kolam pemburu melihat mangsanya. Kini ia bebas, dan tak lagi ditatap ibarat itu.
Jika seorang mualaf yang gres mengenal Islam saja sudah ingin melaksanakan kewajibannya secara penuh, maka mengapa yang telah menjadi muslim dari lahir justru tidak? Itu merupakan sebuah hidayah dan hidayah itu harus dicari, saudariku.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d Ayat 11)
Teruntuk saudariku, jangan jadikan “ingin menata hati dulu” sebagai alasan, untuk terus menerus menjalani hari dengan berjuta mata yang selalu menatapmu tanpa hijab. Memakai jilbab juga bukan merupakan budaya orang Arab, sebab budaya disana jauh lebih keji sebelum datangnya Islam.
Tahukah kamu, wanita-wanita yang kini menggunakan jilbab pun mereka sedang menata hatinya. Hanya saja, mereka mendahulukan yang menjadi wajib bagi mereka. Mereka tahu bahwa menggunakan jilbab itu wajib selayaknya shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dsb.
Dalam menjalankan perintah Allah, akan ada berbagai onak dan duri yang menjadi penghalang. Akan ada orang yang mencemooh kita. Jangan takut, sebab yang kita cari ialah ridho Allah, bukan keridho’an manusia.
Orang yang senantiasa mencari keridho’an manusia, atau ingin dinilai manusia, itu akan membuatnya selalu stres. Keluar rumah, bila bedak belum dipoles, maka tidak bisa. Kulit kelihatan hitam, pribadi suntik vitamin C. Hidung kurang mancung, pergi ke Jepang untuk operasi plastik. Hingga yang ada, wajah yang tadinya terlihat indah secara alami, malah berubah.
Jika sesudah berjilbab kemudian ada orang yang mempermasalahkan akhlaknya, jelaskan pada mereka bahwa antara etika dan jilbab itu dua hal yang berbeda. Berjilbab itu murni perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh perempuan muslim yang telah baligh, tanpa memandang akhlaknya baik atau buruk. Sedangkan, etika ialah kebijaksanaan pekerti yang tergantung pada pribadi masing-masing. Jadi, jikalau seorang perempuan berjilbab melaksanakan dosa/pelanggaran, itu bukan duduk kasus jilbabnya, melainkan akhlaknya.
Wahai saudariku yang mengharap dicintai Allah, sudah seharusnya seorang muslimah menyadari akan kewajiban ini. Jangan menunggu sampai ajal menjemput. Jika masih sibuk "menata hati" sementara kewajiban masih belum terlaksana, apakah tidak takut pada malaikat ajal yang setiap ketika dapat tiba tiba-tiba? Apakah masih mengaku belum siap, sementara ajal tiba tanpa menentukan kita telah siap atau belum? Tidak menentukan pula mana yang bau tanah maupun muda. Bisa jadi, ajal itu tiba ketika kita belum siap dan penuh dengan dosa-dosa.
Kutuliskan ini sebagai rasa cintaku padamu, sebab saya telah mendengar bahwa yang lebih banyak menghuni neraka ialah dari kaum wanita. Dan saya akan berdo'a, semoga yang terbanyak itu bukanlah seorang muslimah (wanita muslim).
Saling mengingatkan dalam kebaikan ialah bukti cintamu pada saudaramu..
Semoga kita semua dapat dipertemukan di syurga cinta-Nya sampai kekal dan abadi disana.....marisambut hidayah itu dan jangan menunggu sebab hidayah tak akan pernah tiba bila kita hanya berpangku tangan tanpa berusaha menjemputnya.