Kamis, 01 Desember 2016

Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean

Cruise 101: Pengalaman Pertama Naik Royal Caribbean

Ketika kapal pesiar berlabuh di Port Kelang, 1 jam berkendara dari Kuala Lumpur
Delapan tahun yang lalu, ketika masih tinggal di Sydney Australia, kami berkesempatan untuk 'naik' kapal pesiar karena teman saya yang bekerja sebagai kru kapal mengundang kami sekeluarga untuk mengunjungi kapal. Tapi ya cuma naik doang ketika kapal berlabuh, hehehe. Saya pun sempat foto-foto di restoran dengan piring kosong sambil berharap suatu saat bisa naik kapal pesiar beneran, bukan yang sedang parkir.

Alhamdulillah kesempatan itu akhirnya datang juga. Kami baru saja pulang dari cruise 4 malam bersama Royal Caribbean. Kami berlayar dari Singapura, pelabuhan yang paling dekat dengan Indonesia, yang dilayani oleh Royal Caribbean. Rute cruise kami selama 5D/4N adalah Singapura - Port Klang (KL) - Langkawi - Singapura

Selama cruising, saya sudah banyak mengunggah foto-foto di instagram, dan mendapat banyak banget pertanyaan dari teman-teman. Ngapain aja selama 5 hari di kapal? Bosen nggak? Mabok laut nggak? Family friendly nggak? Makanannya enak nggak? Habis duit berapa? Kalau mau ikut, gimana caranya? Dan... masih banyak pertanyaan lainnya. Moga-moga aja tulisan ini bisa menjawab penasaran teman-teman tentang liburan dengan kapal pesiar. Di sini akan saya tuliskan step-by-step naik kapal pesiar dan highlights apa saja yang bisa dilakukan di kapal maupun ketika kapal berlabuh. Biar yang masih ragu nyobain cruise jadi makin mantep. Kalau diminta merangkum dalam satu kata sih, pengalaman kami liburan kali ini: S-E-R-U!

CEK IN
Naik kapal pesiar sebenarnya sama saja dengan naik pesawat. Kita harus cek in dulu di terminal keberangkatan. Kalau naik pesawat cek in di airport (bandar udara), naik kapal pesiar cek in di port (bandar), hehehe. Untuk Royal Caribbean keberangkatan dari Singapura, cek innya di Marina Bay Cruise Centre. Kami berangkat dari Surabaya dengan pesawat pagi, sampai di bandara Changi sekitar jam 11 siang. Dari bandara langsung meluncur ke Marina Bay. Kapal akan berangkat jam 5 sore waktu setempat, tapi penumpang sudah boleh cek in sejak siang.

Kita akan mendapatkan boarding pass dan luggage tag dari agen travel, atau bisa dicetak sendiri ketika cek in online. Selain itu kita diminta mengisi surat keterangan sehat. Di luggage tag sudah ada nomor kamar (stateroom). Sebelum antre cek in di dalam terminal, kami memasang luggage tag pada koper besar kami (dibantu petugas), dan menyerahkannya pada petugas di bag drop. Nantinya koper ini akan langsung dikirim ke kamar, tidak perlu dibawa sendiri. Kami tinggal bawa ransel kecil saja. Kalau bingung caranya, bisa tanya petugas yang ramah dan helpful.

Setelah menitipkan koper besar, kami lanjut antre pemeriksaan keamanan melewati X-Ray. Benda-benda yang tidak boleh dibawa masuk ke kapal antar lain setrika dan steker colokan listrik. Setelah lolos x-ray, kami cek in untuk mendapatkan Sea Pass Card. Ini kartu sakti untuk keluar masuk kapal, kunci kamar, dan alat bayar ketika belanja di kapal. Semua orang dapat kartu ini termasuk anak-anak. Ketika cek in, petugas akan bertanya nantinya pengeluaran di kapal akan dibayar dengan kas atau kartu kredit. Mata uang yang digunakan adalah US$, dolar Amerika. Yang nggak punya kartu kredit boleh kok bayar pakai uang kas, jangan lupa tukar uang dari rupiah ke dolar sebelum berangkat. Kami juga difoto, dan data fotonya dimasukkan di Sea Pass Card. Nantinya kalau mau keluar masuk kapal bakal kelihatan ini orangnya beneran apa enggak. Jangan sampai kartu ini terbawa oleh orang lain.

Begitu dapat Seapass Card, kami langsung antre di imigrasi. Oh iya, waktu mendarat di bandara Changi, kartu penumpangnya kami isi sesuai data cruising. Alamat di Singapura ditulis nama kapal kami: Mariner of The Sea. Lama di Singapura ditulis 1 hari, dan next port ditulis Kuala Lumpur, sesuai itinerary cruise. Begitu lolos imigrasi, langsung deh naik ke kapal pesiar yang besarnya ternyata lebih dari yang saya bayangkan. Sebelum masuk deck, kartu seapass dipindai lagi dan paspor kami dititipkan ke petugas. Jangan khawatir, nanti akan dibalikin lagi kok menjelang berakhirnya cruise.


Marina Bay Cruise Centre Singapore

Luggage Tag
Bag Drop



Cek in untuk mendapatkan Sea Pass Card

SEA PASS CARD Ini kartu sakti yang kami gunakan selama cruise. Kartu sea pass ini bisa berfungsi sebagai kunci kamar, kartu belanja, kartu main di arcade, dan kartu identitas untuk keluar masuk kapal. Ketika turun di KL dan Langkawi, kami tidak perlu lewat pemeriksaan imigrasi dengan paspor seperti biasanya, tapi cukup dengan memindai kartu ini ketika keluar dari kapal. Paspor ditahan pihak kapal ketika kami melewati imigrasi, dan akan dikembalikan sore hari menjelang selesainya cruise. Sea pass dibuat dan diberikan ketika kami cek in di terminal keberangkatan (Marina Bay cruise center). Di dalamnya ada informasi foto, identitas, nomor kamar, nomor emergency meeting point, nomor meja fine dining beserta jadwal dan lokasi restorannya. Saat pembuatan sea pass, kita akan ditanya, nanti pengeluaran di kapal mau dibayar dengan kas atau kartu kredit. Ketika antre untuk main panjat dinding dan ice skating, kartu ini juga wajib dibawa. #rcisg #royalcaribbean #marinerofthesea #sgserubareng #singasik
A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on



Pertama melihat kapalnya dengan mata kepala sendiri, kami langsung barengan berseru, "whoa". Eh beneran gedhe banget lho, sampai susah kalau mau memotret tampak seluruh badan kapal. Begitu menginjakkan kaki ke kapal, kita bebas sih mau ngapain aja. Kami tentunya... makan duluuuu... laper :p

AKOMODASI
Mariner of The Sea, kapal kami ini mampu menampung 3800 penumpang dan 1300-an kru. Akomodasi standar adalah kamar dengan dua single bed yang bisa digabung menjadi king bed. Kalau mau berpesiar sendirian aja tetap bisa kok, tapi ada tambahan biaya suplemennya. Sementara kalau mau sekamar bertiga atau berempat juga bisa, malah ada diskon untuk orang ketiga dan keempat, berlaku juga untuk anak-anak.

Tipe-tipe kamar, atau stateroom bisa dipilih sesuai budget. Yang paling murah adalah stateroom interior yang terletak di tengah kapal. Ada yang tanpa jendela, ada yang dilengkapi balkon dengan pemandangan ke promenade (bisa nonton parade atau show dari balkon). Tipe berikutnya adalah ocean view, dengan jendela menghadap laut. Lalu stateroom yang kami tempati adalah tipe kamar dengan balkon menghadap laut. Ini asyik banget karena bisa untuk leyeh-leyeh melihat sunrise atau sunset, tergantung kamarnya menghadap ke mana. Tipe kamar yang paling mewah adalah suite room, yang punya balkon pribadi dan kamar mandinya dilengkapi bath tub. Kamu pilih yang mana? ;)


Stateroom kami di deck (lantai) 6. Ketika kami nengokin kamar, koper besar kami sudah ditaruh di depan pintu. Alhamdulillah. Review lengkap tentang akomodasi akan saya tulis tersendiri ya.




MAKAN
Kalian nggak bakalan kelaparan di kapal pesiar. Serius, makanan yang tersedia berlimpah banget. Sebagian besar makanan bisa kita dapatkan tanpa membayar biaya tambahan. Tarif kamar kapal pesiar sudah full board, termasuk makanan 3x sehari. 

Ada beberapa pilihan restoran di kapal. Windjammer, andalan kami, adalah resto casual dining dengan layanan prasmanan untuk makan pagi dan makan siang. Kalau bosan sarapan di Windjammer, bisa memilih sarapan di resto Top Hat and Tails atau Rhapsody in Blue yang lebih formal, dengan menu ala carte. Untuk makan malam, setiap orang sudah mendapatkan nomor meja tertentu, di restoran fine dining. Nomor, nama restoran, dan jam makan tertera di sea pass card. Makan malam kami di resto Top Hat and Tails tiap jam 5.30 sore. Selama empat malam kami makan 3-course fine dining sambil melihat sunset. Kebayang nggak sih mewahnya?

Yang nggak puas sama makanan 'gratisan' bisa mencoba speciality restaurant dengan menambah biaya yang nggak terlalu mahal. Misalnya Giovanni's Table untuk masakan Italia, atau Johnny Rockets untuk hamburger klasik. 


Kalau di antara tiga jam makan masih terasa lapar, ada kafe yang buka 24 jam. Cafe Promenade ini menyediakan makanan ringan seperti sandwich, cheese cake, muffin, cookies, pizza, salad buah, puding, dan juga minuman panas dan dingin seperti teh, kopi, susu dan cokelat. Selain itu ada gerai es krim dan gerai hotdog di dekat kolam renang. Atau kalau lapar tapi males keluar kamar, kita bisa pesan room service. Semua layanan room service gratis, mulai jam 5 pagi sampai tengah malam. Dimanja banget kaaaan?

Perlu diketahui, tidak semua makanan di kapal halal. Jadi untuk yang muslim, perlu menghindari daging babi dan variasinya. Jangan khawatir, semua diberi label kok, jadi mudah untuk menghindari pork, lard, ham, salami, dan pepperoni. Bagi yang ragu makan daging ayam/bebek/sapi yang tidak bersertifikat halal, bisa memilih makanan vegetarian dan seafood. Di setiap menu pasti ada pilihan vegetarian dan masakan laut. Jangan salah ya, variasi makanan vegetarian itu banyak dan enak-enak banget lho. Masakan laut juga tidak cuma ikan tangkapan hari ini, tapi ada juga salmon, udang, kerang, dan cumi-cumi. Yummy! 


Makan prasmanan di Windjammer

Makan fine dining di Top Hat and Tails

Cafe yang buka 24 jam





AKTIVITAS DI KAPAL PESIAR
Terus ngapain aja di kapal pesiar selama 5 hari? 
Banyak banget pilihannya, kami sampai nggak sempat coba semuanya. Sebenarnya untuk aktivitas ini terserah kita banget. Mau aktif bisa, mau leyeh-leyeh doang bisa, mau foto-foto doang juga boleh. Semua pilihan aktivitas sudah diinfokan di newsletter Cruise Compass yang akan kita dapatkan melalui room attendant malam hari sebelumnya. Jadi tinggal pilih jam berapa mau ngapain. Hampir semuanya bisa diikuti gratis tanpa tambahan biaya.

Untuk yang mau aktif, tersedia sarana olahraga seperti jogging track, kolam renang, gym, tenis meja, lapangan basket, sampai panjat dinding. Untuk anak-anak juga ada kolam anak, jacuzzi, mini golf, arcade (seperti timezone), in line skating, atau ice skating.

Leyeh-leyeh bisa di sauna, jacuzzi, salon dan spa, atau di deck sambil nonton film layar lebar. Selain itu ada banyak tontonan yang bisa dipilih, mulai dari show on ice, teater ala Broadway, sampai pengalaman seru dengan karakter Dream Works. Untuk aktivitas yang ramah keluarga ini akan saya tulis di postingan tersendiri ya. Pokoknya, aktivitas di kapal nggak akan ada matinya :)


Kalau nyasar, bisa cari jalan di peta digital




ITINERARY
Naik kapal pesiar bisa sampai mana saja?
Ya tergantung itinerary-nya. Untuk pemula, saya sarankan ikut cruise yang lamanya 3 atau 4 malam. Kalau naik Royal Caribbean yang berangkat dari Singapura, pilihannya bisa berlayar ke Port Klang (KL), Penang, Langkawi, dan Phuket (Thailand). Rute cruise bisa dilihat langsung di website www.royalcaribbean.com.

Ketika kapal berlabuh, kita bebas memilih mau turun dari kapal atau tetap beraktivitas di atas kapal. Ketika mau turun, kita juga bebas mau jalan-jalan sendiri atau ikut tur yang disediakan kapal. Kalau ikut tur dari Royal Caribbean, ada garansi kita nggak bakal ditinggal oleh kapal. Biasanya kapal berlabuh jam 9 pagi dan akan berangkat lagi jam 5 sore. Jadi kita punya waktu seharian untuk day trip ke kota yang disinggahi oleh kapal pesiar. Ketika turun dari kapal, cukup dengan menunjukkan sea pass card untuk dipindai. Nggak ada pemeriksaan paspor untuk penumpang kapal pesiar. Kan paspornya ditahan :)

Cruise yang kami ikuti berlabuh di dua pelabuhan: Port Klang dan Langkawi. Ketika di Port Klang, kami tidak ikut tur ke kota. Kami hanya turun dari kapal dan jalan-jalan di sekitar terminal saja. Di situ ada beberapa toko suvenir, toko kelontong, tempat penukaran uang dan juga kantin masakan Malaysia. Di Malaysia tentu transaksinya menggunakan Ringgit. Di sini kami sempatkan berfoto dengan seluruh badan kapal.

Di Langkawi kami ikut tur Royal Caribbean dengan operator lokal. Tur Langkawi Highlights ini mengunjungi Laman Padi (museum padi), Chocofee, Handicraft Centre, Museum Warisan, Museum Adat Istiadat, dan Underwater World di downtown. Sekitar jam 14.30 kami sudah balik lagi ke kapal.


Port Kelang, Malaysia
Jeti Star Cruises, Langkawi, Malaysia

Little A melihat penguin di Underwater World Langkawi
CEK OUT
Proses cek out juga semudah proses cek in, lancar dan tertib meski penumpang kapal ini ribuan jumlahnya. Kapal berlabuh di Singapura Jumat pagi. Kamis sorenya kami sudah boleh mengambil paspor. Di dalam paspor sudah disisipkan passenger card yang nantinya akan diperiksa di imigrasi. Jadwal pengambilan paspor dibagi sesuai deck stateroom kita. Jadwal ini ditulis di Cruise Compass.

Kamis malam, kita bisa meletakkan koper besar (bagasi) yang sudah diberi tag sesuai urutan cek out, mulai dari tag nomor 1 sampai 36. Setiap tag akan mendapatkan jadwal jam keluar kapal tersendiri, jadi tidak perlu rebutan. Kami mendapatkan tag nomor 2, sehingga bisa keluar kapal duluan. Bagasi akan kita dapatkan kembali di hall terminal kedatangan.

Pengambilan Paspor
Bagasi yang sudah diberi tag diletakkan di depan kamar


Bagasi di terminal kedatangan sesuai tag



BUDGET
Berapa biaya naik kapal pesiar? Nah, ini dia pertanyaan yang paling sering muncul :) Banyak orang yang ragu naik kapal pesiar karena takut biayanya kemahalan. Padahal nggak mahal-mahal banget sih, dibandingkan biaya untuk liburan ke Jepang/Australia/Eropa misalnya. Untuk perkiraannya, biaya rata-rata per orang per malam adalah US$ 100. Jadi misalnya cruise 4 malam, biaya per orangnya sekitar USD 400. Harga ini bisa naik turun sesuai tanggal keberangkatan. Di musim liburan tentu jatuhnya lebih mahal. Biaya segitu sudah termasuk pajak, port charge, tipping, akomodasi plus makanan dan hiburan di kapal. Jadi kita tinggal nambah budget untuk tiket pesawat ke Singapura aja pergi pulang.

Saran saya buat yang pengen ikutan cruise, buka-buku dulu website Royal Caribbean, pilih tanggal dan destinasi, masukkan jumlah orang, pilih-pilih kamar dan lain-lain. Setelah ketahuan jatuhnya berapa, pergi ke agen travel untuk minta harga yang lebih murah. Untuk yang baru pertama kali ikut cruise memang sebaiknya beli tiket lewat agen travel saja agar bisa berkonsultasi, tanya-tanya, dan bisa minta bantuan kalau nanti ada perubahan jadwal, pembatalan, perubahan orang yang pergi atau upgrade kamar.

Travel agen yang melayani cruise Royal Caribbean di Surabaya antara lain: Celindo, Karmel Tour, Bianglala, Wita Tour, dan Seven World. Atau bisa juga tanya-tanya di travel agen besar lainnya seperti Panorama, Bayu Buana, Dwi Daya, dan lain-lain.



Ketika saya tanya ke anak-anak, apa mau kalau suatu saat diajak cruise lagi, mereka serempak menjawab, "Mauuuuu..." Iya, Emaknya juga nggak nolak sih. Lalu saya terbayang ketika pagi-pagi buka gorden kamar nemu sunrise cantik. Saya bengong aja di kasur sambil memandang air laut dibelah kapal yang melaju perlahan. Kalau jalannya kalem gini sih nggak bikin mabuk laut, cuma mabuk keindahan aja ;)

~ The Emak

Next post: Mewahnya Akomodasi Kapal Pesiar Royal Caribbean
Next post:
10 Aktivitas Seru Untuk Keluarga di Kapal Pesiar


Senin, 03 Oktober 2016

Review Hotel Village Bugis Singapura

Review Hotel Village Bugis Singapura


Saya sudah lama pengen nginep di Hotel Village di daerah Bugis yang lokasinya super strategis ini. Alhamdulillah kesampaian juga pas liburan kali ini, meskipun enggak dapat tarif yang murah.

Karena sekolah di sekolah Islam, anak-anak mendapat ekstra libur di hari-hari Tasrik. Saya ajak anak-anak ke Singapura (lagi) karena ada voucher Jetstar $330, refund dari kesialan saya dan Si Ayah ketika jalan-jalan pacaran ke Taipei tahun lalu. Kok ndilalahnya, tanggal itu bertepatan dengan acara Formula 1 digelar di Singapura. Just my luck, harga hotel sudah tentu meroket. 


Saya memesan Hotel Village Bugis lewat website Booking dot com. Alasannya biar bisa mendapatkan pembatalan gratis. Waktu itu saya masih was-was karena sedang merebak virus Zika di negara tetangga ini. Tapi alhamdulillah, kenyataan di lapangan nggak seheboh yang diberitakan. Aktivitas di Singapura tetap normal, berjalan seperti biasa. Tarif Hotel Village semalam untuk tipe kamar keluarga (satu king bed dan satu single bed) sebesar SGD 305 atau kalau dirupiahkan Rp 2.919.541, termasuk pajak dan sarapan untuk 3 orang dewasa dan 1 anak. Hiks, lumayan mahal ya? Tapi memang ini tarif akhir pekan di peak season dan untuk kamar yang bisa dibatalkan. Tarif untuk kamar double bed biasa nggak semahal ini kok, low season mulai Rp 1,7 jutaan. Jadi untuk keluarga yang anaknya dua orang di bawah usia 12 tahun, bisa pesan kamar dengan dua double bed, tidak perlu ekstra bed. Saya pesan family room karena Big A memang sudah 14 tahun, hitungannya orang dewasa. Ouch :p

Biar dapat cashback dari pemesanan di booking.com, saya mengaktifkan akun ShopBack ID. Jadi nanti kita masih bisa dapat uang kembali sekitar 5% dari setiap pemesanan hotel. Lumayan sih, dapat kembalian Rp 191.653 untuk transaksi ini. Ikutan shopback ini cukup menguntungkan buat yang biasa belanja online, baik untuk pesan hotel, tiket pesawat, pulsa, baju-baju, grocery shopping, sampai tiket nonton bioskop. Yang tertarik ngumpulin recehan kayak The Emak, daftar Shopback pakai tautan ini ya, biar dapat bonus Rp 25.000.

Karena tarifnya nggak begitu irit, saya cuma menginap semalam di hotel ini. Yang tiga malam lainnya kami habiskan di Hotel Boss, dekat stasiun MRT Lavender, yang tarifnya lebih bersahabat.


Pintu masuk menuju resepsionis ada di Arab St. Jadi kalau kita naik MRT, turun di stasiun Bugis (jalur hijau), dan keluar dari Exit B yang menuju Raffles Hospital. Untuk urusan exit dari MRT ini jangan sampai salah ya, karena kalau nyasar harus putar jauh banget. Kalau sambil geret koper bisa nangis, hehehe. Jadi mending begitu turun dari MRT, cek peta lokal dulu, daripada nyasar. Dari Exit B kita jalan kaki menyusuri Victoria St sekitar 200m, baru belok kanan ke Arab St. Hotelnya ada di pojokan Victoria St dan Arab St.




Setelah cek out dari Hotel Boss, saya dan anak-anak jalan kaki menuju Hotel Village menyusuri North Bridge Rd. Kami sampai di lobi jam 10 pagi. Resepsionis bilang kamar kami akan siap sekitar jam 11, jadi dia menyarankan kami sarapan dulu di restoran Zam-Zam yang persis di seberang hotel. Dan kami nurut aja. Koper bisa dititipkan di hotel.

Alhamdulillah kami bisa early check in, meski tidak meminta secara khusus sebelumnya. Kami menunggu kedatangan Si Ayah yang menyusul dari Surabaya.

Kamar untuk keluarga ini luas banget. Dibandingkan kamar-kamar hotel di Singapura lainnya yang biasanya mini, kamar kami super legaaa. Big A seneng banget bisa dapat kasur sendiri setelah tiga malam harus rela tidur empet-empetan kena tendangan Little A. Dari ujung kasur ke televisi masih ada ruang untuk bermain dan makan lesehan.


Fasilitas hotel bintang ini terbilang lengkap. Ada mini bar, pembuat teh dan kopi, setrika, hair dryer, brankas, dan sandal kamar. Kamar mandinya juga luas, meski tidak ada bath tub nya. Amenities kamar mandi lengkap, termasuk sabun batangan, sabun cair, shampo, conditioner, serta pasta dan sikat gigi. Saya suka sabun dan shampo-nya, dari bahan tea tree oil. Amenities ini persis seperti yang saya dapat di hotel Rendezvous. Dua hotel ini sama-sama dari grup Far East Hospitality.

TV ada saluran untuk anak-anaknya: Cartoon Network dan Disney Junior. Tapi anak-anak tidak begitu suka CN. Mereka lebih suka bisa nonton youtube dari TV seperti di hotel Boss. Internet di kamar langsung nyambung, tapi sayangnya tidak begitu cepat. Wifinya masih kalah cepat dari hape yang saya belikan kartu telpon lokal Starhub. Ya udah, Si Ayah tethering dari hape saya yang nggak bakalan habis datanya karena beli pulsa $15 dapat bonus 100GB, hahaha.

Fasilitas lain yang cukup unik, hotel ini menyediakan smartphone untuk dipakai selama kami menginap di sini. Isinya informasi destinasi wisata dan diskonan belanja. Fasilitas ini gratis, tapi kalau ada kerusakan pada gadgetnya, bakalan ada denda yang mahal. Saya nggak berani utak-utik, hehehe.



Keunggulan hotel Village Bugis ini di lokasi, lokasi, lokasi. Memang lokasinya sangat strategis di tengah-tengah Arab Quarter/Kampong Glam. Mau makan enak, restoran halal Zam-Zam cuma sepelemparan batu dari hotel. Mau salat berjamaah, masjid Sultan tinggal jalan kaki nggak sampai 3 menit. Pemandangan Sultan Mosque yang cakep banget bisa terlihat dari jendela kamar kami di lantai 10.

Menyeberang jalan dari hotel ada Haji Lane, gang sempit yang terkenal dengan kafe dan ruko-rukonya yang cantik. Hotel ini juga hanya dua gang dari Jalan Pisang, yang ada kafe halalnya (The Lab), bakery halal (Fluff Bakery), dan restoran Hjh Maimunah, warung makan halal yang masuk daftar Michelin guide. Rekomendasi kafe-kafe trendi dan bakery yang halal di daerah Bugis ini, saya tulis di sini.

Sultan Mosque view from our room
selangkah dari hotel, langsung nemu perempatan ini
Hotel Village Bugis juga menyediakan sarapan prasmanan halal. Restoran The Landmark di lantai 5 mempunyai dapur dengan sertifikat halal dari MUIS. Sayangnya ketika kami makan di sana, pilihan menu sarapannya tidak semewah yang kami bayangkan. Pilihan makanannya termasuk di bawah standar untuk hotel sekelas bintang empat. Bahkan pilihan lauk dagingnya hanya chicken nugget. Saya kecewa berat karena memang niat pertama menginap di hotel ini adalah mencicipi sarapan halal, nggak perlu menghindari lauk daging seperti di hotel lainnya. Untuk rasa makanannya pun tidak istimewa. Si Ayah mencoba nasi goreng Singapura, saya mencoba bubur. Rasanya nggak ada rasanya, hiks. Little A juga kecewa karena tidak ada roti pratha dengan kari. Adanya roti puri. 

Sayuran untuk saladnya juga tidak sesegar salad di hotel Boss. Nilai plusnya di sini, ada berbagai macam roti dan pastry, pilihan sereal yang lebih banyak, dan ada egg station-nya. Kita bisa meminta dimasakkan telur sesuai selera. Kalau menurut saya, hidangan sarapannya tidak sebanding dengan tarif hotelnya.



A photo posted by Ade Kumalasari✈️Travel Blogger (@travelingprecils) on


Hotel Village mempunyai kolam renang dan juga gym di lantai yang sama dengan restoran untuk sarapan halal. Tapi kami tidak sempat berenang di sini. Apalagi paginya hujan dan kami harus cepat-cepat menuju Changi untuk mengejar pesawat kembali ke Surabaya.

Overall, kelebihan hotel ini ada di lokasi yang sangat strategis, fasilitas yang lengkap, serta kamar dan luas dan nyaman. Sayangnya sarapannya tidak memuaskan dan harganya juga lumayan mahal. Kalau nggak keberatan dengan tarif hotelnya, memang enak banget nginep di sini, ke mana-mana dekat tinggal jalan kaki. Saya merekomendasikan hotel ini kalau jalan-jalan dengan keluarga membawa orang tua yang tidak kuat jalan jauh.

Pilihan lain untuk hotel yang lebih murah di lokasi ini adalah Hotel Marrison, yang dekat dengan MRT Bugis exit D, atau kalau tidak keberatan tinggal di hostel, ada beberapa pilihan di area Bugis ini. Untuk sarapan halal, banyak warung yang sudah buka di pagi hari, termasuk Zam-Zam, Hjh Maimunah, Sabar Menanti (masakan Padang) dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang North Bridge Rd.



~ The Emak