Kamis, 09 Oktober 2014

Menutup Tabungan Bank dan Biaya

Menutup Tabungan Bank dan Biaya

Jika ingin menutup tabungan di bank, nasabah bisa langsung menuju customer service di kantor cabang tempat membuka rekening. Bawa semua “property” milik bank; buku tabungan, kartu ATM, Token gadget ( jika ada).



Disana nantinya kita akan disodori formulir penutupan rekening untuk diisi beserta alasannya. Proses ini memerlukan biaya admistrasi penutupan rekening yang di potong dari saldo yang

Sabtu, 04 Oktober 2014

Apakah Menabung di Bank Perlu NPWP ?

Apakah Menabung di Bank Perlu NPWP ?

Apakah membuka tabungan  di BCA harus punya NPWP? Pertanyaan ini beberapa kali masuk di kotak komentar blog ini. Sebenarnya tidak hanya di blog ini saja, pertanyaan serupa sering saya baca di website lain, termasuk kaskus.  Bukan hanya pertanyaan, termasuk di dalamnya kekecewaan. mengumpat. Protes terbuka.  Serta hal lain yang bisa di maklumi secara manusiawi.

Logika sederhana saja, kita mau

Senin, 29 September 2014

Tabungan Tanda 360 OCBC NISP

Tabungan Tanda 360 OCBC NISP

Bank NISP yang dulu dekat di kenal dengan masyarakat jawa barat sekarang sudah lantang di tingkat nasioanal. Yah paling tidak namanya makin cetar membahana sejak berubah wujud jadi OCBC NISP.
Saya pernah pernah punya rekening di OCBC Nisp. Tidak lama. Paling sekitar 2 tahunan. Itu karena di suruh kantor buat pembayaran gaji. Begitu saya pindah kerja, saya tidak menggunakannya lagi.
Bagaimana

Jumat, 26 September 2014

Saldo Minimum  Tabungan Supaya Bunga dapat Menutup Biaya Administsrasi Bulanan

Saldo Minimum Tabungan Supaya Bunga dapat Menutup Biaya Administsrasi Bulanan

Dibawah halaman artikel ini adalah table perkiraan saldo minimal tabungan supaya bunga bank dapat menutup biaya administrasi bulanan. Table tersebut sengaja saya buat supaya teman-teman  dapat menahan besaran saldo mengendap agar  potongan biaya admin per bulan tidak memangkas simpanan pokok. Yah alasan lain sih karena saya tahu kalau elu-elu pada malas menghitung sendiri. Hari gini zamannya

Senin, 15 September 2014

Review Apartemen Airbnb Paris

Review Apartemen Airbnb Paris


Selama dua minggu jalan-jalan di Eropa, tujuh malam kami habiskan di Paris. Untuk menghemat pengeluaran makan, saya memilih akomodasi yang menyediakan fasilitas dapur agar bisa memasak sendiri. Di Paris, apartemen menjadi pilihan terbaik. 

Mencari apartemen bisa melalui website booking penginapan biasanya seperti Hotelscombined. Tapi biasanya yang muncul brand seperti Citadines dan Adagio, serviced apartment atau aparthotel yang tarifnya cukup mahal. Alternatif yang lebih murah adalah mencari via airbnb. Di airbnb, yang menyewakan apartemen adalah 'orang-orang biasa' yang punya tempat kosong untuk disewa dalam jangka pendek.

Cara mencari penginapan menggunakan airbnb sudah pernah saya tulis di sini.

Dari beberapa alternatif apartemen yang masuk ke wishlist kami, Si Ayah memilih yang tarifnya paling murah (of course!), sementara saya tentu memilih yang paling cantik :)) Apartemen yang kami sewa selama 7 hari ini milik Julien, letaknya sangat strategis di dekat taman Tuileries dan hanya tujuh menit jalan kaki ke Museum Louvre.

Untuk menginap tujuh malam di Paris, kami membayar Rp 11.135.446 dengan kurs 1 Euro = Rp 16.745 (ouch!). Rata-rata tarif per malam untuk apartemen yang kami tinggali adalah Rp 1.590.778 atau EUR 95 untuk 4 orang. Atau EUR 23,75 per orang per malam.
 
Lokasi apartemen yang sangat strategis. Klik untuk memperbesar.
Pemandangan gereja ini yang terlihat begitu membuka pintu depan
Lorong menuju pintu depan
Pintu kamar apartemen yang tersembunyi
Begitu pesanan kami via airbnb disetujui tuan rumah, saya langsung melihat lokasi apartemen dengan Google Street View. Saya sempat deg-deg-an kalau apartemen tersebut tidak ada atau cuma fiktif. Paranoid banget karena baru pertama kali menggunakan airbnb. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu, karena kami sudah memilih listing yang punya beberapa review. Artinya apartemen ini benar-benar ada dan pernah disewakan ke orang.

Kami mencapai Paris dari Stasiun Gare du Nord, naik kereta Thalys dari Amsterdam. Dari stasiun, saya memutuskan untuk naik taksi karena tidak ingin menggotong koper naik tangga dan menyusuri jalan yang belum kami kenal. Alhamdulillah kami mendapat sopir taksi yang sangat ramah, orang Perancis asli. Kami beruntung naik taksi ini, meski mobilnya butut, karena Si Sopir mau sedikit bercerita dan memberi rekomendasi tempat-tempat yang wajib kami kunjungi di Paris. A nice introduction. Biaya taksi ini hanya EUR 13 untuk perjalanan sekitar setengah jam.

Saya lega begitu sopir taksi menemukan alamat apartemen ini. Senyum saya semakin cerah ketika pintu abu-abu bernomor 193 berhasil kami buka dengan memasukkan kode dari Julien. Setelah melewati lorong yang panjang, akhirnya kami sampai ke pintu kamar apartemen yang sama persis dengan foto yang diunggah di listing airbnb. Pintunya bisa dibuka dengan kunci manual yang kami ambil dari kotak surat Julien. Yay! Tuan rumah memang tidak menyambut kami, jadi perjalanan mencari apartemen ini seperti teka-teki yang bikin deg-deg-an.

Kondisi apartemen persis sama dengan foto-foto di listing. Apartemen ini satu studio di lantai dasar dan satu kamar di bawah tanah. Kami bersyukur apartemen ini ada di lantai dasar, tidak perlu menggotong koper lewat tangga karena biasanya apartemen di bangunan lama Paris tidak ada lift-nya.

Apartemen ini sederhana dan tidak cantik, seperti listing lainnya. Tapi sudah cukup memenuhi kebutuhan kami. Anak-anak tidur di sofabed di ruang atas, yang sekaligus jadi ruang makan dan dapur. Kamar mandi kecil ada di sebelah dapur. Air hangat dari pancuran berfungsi normal. Julien menyediakan handuk untuk kami berempat dan juga selimut untuk sofa bed dan kasur di bawah.

Yang membuat kami senang adalah wifinya yang langsung nyambung dengan koneksi yang cepat. Wush... wush... TV yang salurannya berbahasa Perancis semua terpaksa kami cuekin :p

Dapur mungil apartemen ini juga membantu kami menghemat anggaran makan. Semua alat tersedia: kompor, microwave, pemanas air, panci, sudip, piring, gelas, sendok, bahkan mesin pembuat kopi. Satu alat yang rusak adalah pemanggang roti, jadi kami memanggang dengan wajan. Kalo rice cooker, saya bawa sendiri yang ukuran kecil :) Bahan-bahan makanan yang ada di pantry juga bisa kami gunakan, antara lain beras, kopi, gula, garam dan pasta. Saya pun meninggalkan sesuatu untuk penghuni berikutnya: kecap manis! :D 

Hidangan yang berhasil saya siapkan di dapur sederhana ini antara lain: fish & chips, gado-gado, chicken nugget, pasta, nachos, omelet, sardin, dan nasi goreng. Tak lupa ditambah hidangan nasional kita: Indomie goreng, hahaha. Saya tidak memasak sayur, hanya membuat salad dan lalapan. Kami juga selalu makan buah, membawa apel dan pisang untuk ganjal perut di perjalanan. Pilihan tempat belanja dekat apartemen adalah Carrefour Express (50 meter) atau Monoprix (250 meter).


Open plan studio. Foto dari listing Airbnb
Dapur dengan peralatan lengkap. Foto dari listing Airbnb
Big A dan Little A langsung merasa nyaman di sofabed
Tangga menuju kamar bawah tanah yang cukup curam
Kamar dengan double bed di ruang bawah tanah
Kami cukup nyaman di sini. Hanya saja kamar bawah terasa lebih dingin. Saya sampai harus menyalakan heater, padahal ini musim panas. Saya juga sempat mencuci baju dengan mesin cuci yang ada. Karena tidak ada pengeringnya, baju-baju kami gantung di mana-mana, termasuk kami angin-anginkan di dekat heater.

Selama tujuh malam di sini kami tidak pernah berpapasan dengan tetangga. Cuma sayup-sayup mendengar suara mereka. Suasana cukup sepi. Saya suka dengan pengalaman pertama airbnb Paris ini karena bisa merasakan tinggal di daerah yang Paris banget. Rue St Honore terletak di arrondissement (distrik) 1, atau kawasan tua di Paris. Bangunan-bangunan tetangga sangat khas dan cukup enak dipandang. Jalan-jalan di sekitarnya kecil, dipenuhi dengan butik dan kafe. Meski penginapan kami sendiri tidak mewah, kami mendapat lingkungan yang cukup keren :)

Apartemen ini saya rekomendasikan untuk keluarga yang ingin penginapan murah di pusat kota. Sofabed-nya cukup nyaman untuk dua anak atau satu orang dewasa. Tapi mungkin tangga yang curam ke ruang bawah tanah cukup berbahaya untuk anak balita dan akan merepotkan untuk orang yang sudah tua. Itu saja kekurangan apartemen ini. Kalau nilai plusnya yang pasti, dari sini kami tinggal jalan kaki ke mana-mana: minimarket Carrefour (50m), taman Tuileries (100m), stasiun Metro Tuileries (100m), stasiun Metro Pyramide (200m) dan museum Louvre (250m).
 
Kalau pengen dapat voucher $25 (lumayan, kan?) dari Airbnb, daftar pakai link ini: www.airbnb.com/c/akumalasari. Baca caranya di sini.


100m dari taman Tuileries

~ The Emak


Baca juga #EuroTrip:
VISA 
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga  
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen

TRANSPORTASI 
Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa 
Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa  
Terbang Ke Eropa Dengan Emirates

ITINERARY
Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!
 
PENGINAPAN
Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  
 
Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam

 
PACKING  
Tip Packing Ke Eropa

Jumat, 12 September 2014

Review Hotel Meininger Amsterdam

Review Hotel Meininger Amsterdam


Berbeda dari hotel Novotel Brussels yang saya pilih karena lokasinya, Hotel Meininger Amsterdam City West ini saya pilih karena harganya yang relatif murah. Di Brussels, kami hanya punya waktu semalam, jadi memang harus memilih lokasi di tengah kota. Sementara di Amsterdam, kami bisa menginap dua malam, lokasi agak jauh dikit nggak papa asal harga murah :)

Ketika membayangkan jalan-jalan di Amsterdam, saya pengennya menginap di hotel pinggir kanal. Pengennya bisa sarapan dengan pemandangan sepeda berseliweran dan perahu yang menyusuri kanal. Tapi ternyata hotel-hotel di tengah kota untuk bulan Juli mihil bingiiits :D Apalagi kamar keluarga atau quadruple room yang bisa mengakomodasi dua dewasa dua anak. Dengan budget EUR 100 per malam cuma bisa dapat kamar quad hotel bintang dua di daerah red district, hahaha. Waktu itu ada sih promo Novotel Amsterdam, cuma EUR 72 per malam, tapi lokasinya juga tidak di tengah kota (perlu 20 menit naik tram), belum termasuk sarapan dan... waktu itu itinerary kami belum final, padahal promo hotel waktunya terbatas dan tidak bisa dibatalkan. Ya sudah, lewat deh.

Kalau budget dinaikkan sedikit ada beberapa pilihan hotel keluarga: Hotel Nadia EUR 138 (1 double bed + 2 single bed, bintang 3, lokasi strategis dekat museum Anne Frank, termasuk sarapan), Hostel StayOkay Zeeburg EUR 145 (private room, ensuite, termasuk sarapan), Mercure Arthur Former EUR 155 (dua kamar, tidak termasuk sarapan), Ibis Amsterdam City EUR 167 (dekat stasiun Central, dua kamar, tidak termasuk sarapan) dan Ibis Style Amsterdam City EUR 169 (kamar keluarga, dekat museum rijks, termasuk sarapan). Itu semua harga per malam untuk kamar yang cukup buat empat orang. Entah hotel di Amsterdam yang memang mahal atau saya yang miskin kurang beruntung.

Ketika mengajukan visa, kami tidak memasukkan itinerary menginap di Amsterdam. Kami hanya memasukkan pesanan hotel di Paris via airbnb dan pesanan hotel Brussels dari booking dot com yang akhirnya kami batalkan. Setelah visa di tangan, kami mulai serius mencari penginapan di Amsterdam. Saat itu kebetulan ada twit dari Claudia Kaunang yang numpang lewat di timeline saya dan merekomendasikan Hotel Meininger.

Lokasi Hotel Meininger memang tidak di tepi kanal di tengah kota, tapi cukup strategis karena ada di sebelah stasiun Sloterdijk, 5 menit naik kereta dari Stasiun Centraal Amsterdam. Setelah saya cek harganya, ternyata cocok dengan kantong kami. Meininger ini setengah hotel setengah hostel. Dia punya kamar-kamar pribadi, tapi juga menyediakan asrama yang berisi empat atau enam kasur. Tarif bermalam pun dihitung per orang. 

Saya memesan kamar Quadruple via website resmi mereka. Tarif per malam per orang dewasa adalah EUR 25,65, sementara untuk anak-anak usia 6-12 tahun EUR 12,83. Anak-anak umur 0-5 tahun gratis. Yay! Sarapan bisa ditambahkan seharga EUR 7,90 per orang untuk dewasa dan EUR 3,95 untuk anak-anak. Usia 0-5 tahun sarapan gratis. Double yay! Total yang saya bayar untuk kamar quad dua malam termasuk sarapan adalah EUR 167,75. Dengan kurs Rp 16.865 per Euro, total saya bayar IDR 2.829.134. Ketika kami datang, kami masih diminta untuk membayar city tax sebesar EUR 6,67 atau Rp 109.860. Karena lokasinya di luar kota, kami masih harus mengeluarkan uang lagi untuk transportasi lokal. Tiket dari AMS Sloterdijk ke AMS Centraal sebesar EUR 2,10 (satu arah) dan EUR 4,20 (pp). Tiket pp untuk anak-anak diskon menjadi EUR 2,50 saja. Dihitung-hitung, tarif hotel Meininger Amsterdam beserta transportasi lokalnya masih di bawah budget kami, EUR 100 per malam. 



Hotel Meininger ini mudah dicari. Keluar dari stasiun Sloterdijk, tinggal melipir ke kanan dan ikuti anak panah. Kira-kira lima menit jalan kaki. Kalau tidak ingin turun tangga, keluarlah lewat jalan belakang stasiun yang ada lift-nya menuju parkiran sepeda. Dari sana tinggal jalan terus lewat sisi belakang hotel Meininger.

Ketika kami datang, resepsionis cukup ramai dan hanya ada satu yang melayani. Tapi begitu dilayani, proses cek in cukup cepat. Kamar kami sudah tersedia di lantai 7. Kami bergegas naik lift ke lantai tujuh dan mendapati kamar kami di pojok. Sesuai yang ditawarkan di website, kami mendapat 1 double bed dan bunk bed. Precils tentu gembira melihat bunk bed, dan langsung menclok ke singgasana mereka. Kamar kami cukup luas. Kasur, bantal dan sprei tertata rapi. Tapi kok lantai kayu kamar kami rasanya nggak disapu dengan bersih, seperti ada remah-remah dan lengketnya. Kalau kamar mandinya bersih dan luas. Ada pancuran, tapi tanpa bak mandi. Handuk, sabun dan shampo disediakan. Di dekat pintu depan ada lemari baju yang bisa muat baju berkoper-koper, tapi tidak kami gunakan, takut ada yang ketinggalan :)) Di kamar juga disediakan meja dengan empat bangku yang bisa untuk makan.

Meininger juga menyediakan wifi gratis. Sayangnya sinyal wifi tidak sampai di kamar kami. Sinyal cuma bisa ditangkap kalau kami melipir ke selasar, depan pintu. Jadi kalau mau ngetwit kerja dengan internet, saya harus turun ke bawah. Televisi ada untuk hiburan, tapi hanya menayangkan siaran berbahasa Belanda, haha.



Begitu kami sampai di kamar, rasanya lega sekali. Bagaimana tidak, hari ini kami melintasi tiga negara: Belgia, Jerman dan akhirnya Belanda. Tapi rasa lega langsung diikuti oleh rasa lapar. Sementara hotel Meininger ini jauh dari mana-mana. Warung terdekat ada di stasiun Sloterdijk, itu pun pilihannya terbatas. Ketika mendarat di Stasiun Centraal, kami tidak sempat beli makan apa-apa karena pengennya cepat beristirahat di hotel. Akhirnya... rice cooker to the rescue! Untungnya saya sudah bawa beras sedikit (1kg) untuk jaga-jaga kejadian seperti ini. Saya masak nasi di kamar mandi, takut alarm kebakaran nyala kena asap :p Hotel budget Meininger ini memang nggak ada mini bar-nya, tanpa kulkas dan tanpa pemasak air.

Sebenarnya, kami bisa saja masak di dapur umum, fasilitas yang tersedia di lantai bawah, dekat resepsionis. Tapi malasnya minta ampun, sudah capek banget. Untuk lauk, saya cukup menghangatkan rendang kalengan yang dibawa dari Indonesia, langsung tuang ke dalam rice cooker ketika nasi sudah matang. Karena nggak punya piring, kami makan langsung dari kalengnya, haha. Tak lupa senjata andalan sambal sachet. Rasanya uenak banget, syedaaap! Mungkin karena kami udah kelaparan.

Penyelamat kelaparan :p
Dapur umum, mesin cuci dan pengering
Untungnya pagi hari kami tidak perlu ribet lagi memasak. Saya memang memilih membeli paket sarapan di sini. Menu sarapannya berbagai macam roti dengan banyak pilihan olesan dan daging asap, berbagai macam sereal, salad buah dan sayuran dengan banyak pilihan saus, macam-macam keju dan telur rebus. Tersedia juga kue-kue tradisional Belanda, dengan bumbu rempah-rempah dari Nusantara. Pilihan minuman hangatnya teh, kopi atau cokelat, dan minuman dinginnya jus jeruk, air mineral atau susu segar. Sebenarnya susu untuk dituang ke sereal sih, tapi terserah kita kan ya. Lucunya, di depan dispenser air ada larangan mengisi air mineral ke botol. Yang ingin isi ulang air botolan sila memakai air keran di dapur, yang juga sudah layak minum :)) Ada larangan lagi yang khas hostel: "Tamu dilarang membawa makanan ke luar selain untuk sarapan. Kalau ingin membeli bekal makan siang, sila hubungi kami." Hihihi, mungkin ada yang nakal menyelundupkan makanan biar irit ya? Kami sih nggak sampai begitu. Kami cuma ambil beberapa apel dan jeruk, memang masih jatah untuk sarapan kan? ;)

Yang saya ingat, rotinya enak-enak, ada roti gandum utuh dan sordough. Olesan favorit saya: cream cheese. Yummy banget. Favorit Big A: peanut butter dan butter. Favorit Little A: wild berry. Favorit Si Ayah: sambal ABC bawa dari rumah :D Kejunya aneh-aneh, saya coba semua dan tidak ada yang suka. Pilihan daging asapnya: ayam, daging sapi dan salami (yang ini ada pork-nya). Yang nggak makan daging tanpa sertifikat halal, pilihannya ada telur rebus yang bisa diiris-iris kecil untuk jadi sandwich, dicampur dengan cream cheese atau olesan lainnya. Atau... bawa aja lauk dari Indonesia: abon atau dendeng. Pengalaman kami di bandara CDG Prancis, tidak ada pemeriksaan sama sekali untuk barang bawaan :)




Di malam kedua, kami menggunakan fasilitas dapur untuk memanggang sosis yang kami beli di Cologne, Jerman. Makannya tetap dengan nasi dan sambal. Fasilitas lain yang saya gunakan adalah mesin cuci. Karena packing light, kami perlu mencuci baju di perjalanan. Selama dua minggu EuroTrip, saya mencuci baju dua kali: di Meininger Amsterdam dan di apartemen Paris. Sebenarnya di Meininger ini ada fasilitas mesin pengering. Tapi sayangnya sedang rusak ketika kami menginap di sana. Terpaksa baju-baju kami gantung di kamar mandi dan beberapa yang susah kering kami keringkan dengan hair dryer. Fyuh!

Dengan plus minusnya, Hotel Meininger Amsterdam City West bisa jadi pilihan akomodasi murah ketika jalan-jalan di Amsterdam. Terutama untuk yang masuk Belanda dari bandara Schiphol. Kereta dari Schiphol airport ke Centraal station melewati Sloterdijk, satu stasiun sebelum Centraal. Meininger juga punya banyak cabang, antara lain di Brussels dan kota-kota besar di Jerman.

~ The Emak

Baca juga:
Review Novotel Off Grand Place Brussels 
Review Apartemen Airbnb Paris

#EuroTrip 
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga   
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen
Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa 
Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa 
Terbang Ke Eropa Dengan Emirates
Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!

Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb   
Tip Packing Ke Eropa

Kamis, 11 September 2014

1 Oktober 2014 , Biaya Transfer Antar Bank Naik

1 Oktober 2014 , Biaya Transfer Antar Bank Naik

Kabar kurang bagus nih bagi teman-teman nasabah,  mulai 1 Oktober 2014, di berlakukan tarif baru  interkoneksi antar bank. Pada tarif baru, ada kenaikan biaya  antara Rp 1000 hingga Rp 2500.

Kenaikan biaya interkoneksi  berlaku pada jaringan ATM Bersama, Jaringan ATM Prima , Alto dan Link. 

Jadi gambaran tarif baru yang berlaku mulai 1 Oktober 2014, seperti tabel dibawah ;





Item