Jumat, 25 April 2014

Review Tune Hotels Downtown Penang

Review Tune Hotels Downtown Penang

Di depan Tune Hotels Downtown Penang
Tune hotels memang murah sih, tapi...

Setelah mendapat tiket murah dari Surabaya ke Penang, saya mulai cari-cari hotel. Karena menginap dua malam, saya memutuskan untuk menginap semalam di kota (Georgetown) dan semalam lagi di tepi pantai Batu Ferringhi, 45 menit naik bis dari kota.

Ada beberapa pilihan akomodasi murah di Georgetown. Tapi karena saya punya kredit (poin) setelah membatalkan pesanan Tune Hotels di Danga Bay Johor Bahru, mau tak mau saya menggunakan poin tersebut untuk memesan Tune hotel di Penang. Ya daripada keluar uang lagi kan. Ada dua pilihan sebenarnya, Tune Downtown di Jalan Burma atau Armenian St Heritage Hotel yang dikelola oleh Tune. Sayangnya tarif Heritage Hotel di Armenian St ini lebih mahal. Wajar sih, karena lokasinya sangat strategis di tengah-tengah heritage site kota Georgetown. Karena nggak mau keluar uang lagi, saya pesan kamar quad Tune Downtown Penang via website mereka. Pilihan yang sedikit saya sesali sebenarnya.

Tarif Tune hotels memang lumayan murah, dibanding hotel-hotel lainnya. Untuk family room atau quad room saya membayar RM 179,80 atau setara dengan Rp 630.000. Kamar quad ini sebenarnya dua kamar yang dihubungkan oleh pintu penghubung, two connecting rooms. Satu kamar adalah kamar dengan queen bed, satunya lagi kamar dengan dua single bed. Kamar mandi ada di masing-masing kamar, jadinya kami dapat dua kamar mandi. Precils bakal seneng dapat kamar sendiri, dan Emaknya apalagi, bisa berduaan dengan Si Ayah. Itu rencananya.

Enam ratus ribu dapat dua kamar hitungannya lumayan murah kan? Tarif untuk quad room sudah termasuk AC 24 jam. Yup, jangan terkecoh, biasanya harga AC belum termasuk kalau kita pesan dari website Tune, untuk kamar selain Quad. Si Ayah geleng-geleng kepala, "AC harus bayar lagi?" Ho oh, kecuali udah hepi dengan kipas angin aja, gratis :p Selain AC, handuk dan sabun juga harus bayar, RM 6. Saya sih sudah siap-siap handuk dan sabun dari rumah. Internet juga harus bayar, RM 12 untuk koneksi 24 jam. Yang ini saya harus belikan untuk Si Ayah biar orangnya bisa tersenyum kembali. Apa lagi yang harus bayar di Tune hotel? Nitip tas! Ini juga harus bayar, masing-masing RM 2, dan harus dibawa sendiri ke ruang penyimpanan. Saking apa-apa bayar, Big A sampai nanya, "Do we have to pay for the water, Mom?" ketika akan mandi. Untungnya yang satu ini gratis :D


Proses cek in mulus dan cepat. Sayangnya waktu kami mendapati kamar kami di lantai tujuh, bau asap rokok terasa menyengat sekali. Haduh, kami paling tidak tahan oleh bau asap rokok. Kamar sempit nggak masalah, handuk dan sabun bawa sendiri nggak masalah, nggak ada TV nggak masalah. Tapi bau asap rokok? Lagipula, bukannya ini non-smoking hotel? Ada tanda larangan merokok dimana-mana. Saya bergegas ke lobi untuk meminta ganti kamar. Nggak mungkin lah kami bisa bernapas di kamar seperti itu. Sebelnya, petugas nggak merasa bersalah atau merasa bahwa bau asap rokok itu masalah besar. Lha piye? Mereka mau membersihkan kamar, katanya. Si Ayah ngeyel minta ganti kamar, daripada bengek kambuh, kan?

Gara-gara kamar bau asap rokok ini, Si Ayah jadi cranky (siapa yang enggak, coba?). Apalagi... kami kelaparan! Di dekat Tune sebenarnya ada foodcourt, tapi baru buka malam hari. Di sebelahnya lagi ada warung, tapi... nggak mau jual ke kami karena semua masakan ada kecap babinya. Haduh! Kami harus berjalan sekitar 200m dalam keadaan lapar dan haus dan kesal, sampai akhirnya bertemu warung pinggir jalan yang buka, dan halal :) Emosi surut seiring perut kami terisi tom yam, ayam kicap, nasi goreng cili padi dan bihun goreng. Bahkan Little A mendapat apel gratis dan Si Ayah diberi lauk ikan gratis. Haha, mungkin kasihan sama kami yang tampangnya kelaparan banget. Lebih murah warungnya, lebih ramah orangnya?

Pulang dari makan di warung pinggir jalan, kamar kami yang baru di lantai sembilan sudah siap. Syukurlah yang ini tidak bau asap rokok lagi. Kamar beranjang dobel ada jendela yang bisa dibuka. Pemandangan dari kamar lumayanlah, menghadap kota dan gunung. Kami bahkan bisa mengintip TV layar lebar yang dipasang di pinggir jalan. Di kamar, jelas nggak ada TV-nya :))

Meskipun terasa sempit seperti kamar kos (11-12 meter persegi), kamar hotel ini cukup nyaman. Asal pilih yang berjendela ya. Mungkin saya bakalan sesak napas kalau hanya dapat kamar sempit tanpa jendela. Malamnya kami bisa tidur nyenyak di ranjang Tune yang cukup nyaman. Pancuran air panas di kamar mandinya juga bekerja dengan baik. AC nggak ada masalah, meski pertamanya kami nggak bisa mematikan kipas angin gara-gara baterai remote habis. Big A yang pintar mengatasi masalah seperti ini. Kalau mau minta air minum dingin (atau panas), tersedia isi ulang di lobi. Di sebelah hotel ini juga ada toko 7-eleven untuk kebutuhan kecil-kecil dan mendadak.

Kamar double bed, setelah dipakai sbg trampolin oleh Little A
Little A is happy, Si Ayah is cranky :p
Kamar mandi, di sebelah kanan adalah pintu hubung kamar satunya
view dari lantai 9
Meskipun namanya Penang Downtown, lokasi hotel ini tidak terlalu di tengah kota. Untuk berburu kuliner, street art dan ke museum, kita bisa menggunakan bis gratis Rapid Penang CAT. Halte terdekat dengan Tune hotel jaraknya sekitar 300 meter, di jalan Transfer. Jalur bis gratis dengan 19 halte bisa diunduh di sini.

Dari airport ke hotel, kami menggunakan taksi bandara (limo), dengan tarif RM 44,70. Dari hotel ke foodcourt di Gurney Drive, kami juga menggunakan taksi tanpa argo, habisnya 2x RM 18. Bisa ditawar sih, tapi kami kurang ahli soal itu. Untuk ke daerah Batu Ferringhi, kami naik bis jalur 101 dari halte 200m dari hotel, masih di Jalan Burma. Tarif bis untuk berempat RM 8.10 dengan lama perjalanan sekitar satu jam karena kondisi jalan yang ramai.

Hotel Tune ini hanya saya sarankan kalau tidak ada pilihan lain di Georgetown, karena lokasinya yang kurang bagus, servisnya yang dibawah standar dan terutama karena 'kejutan' asap rokok di kamar. The Tante, ketika bulan madu, pernah menginap di 1926 Heritage Hotel, masih di Jalan Burma juga. Hotel ini cukup murah, sarapannya lumayan dan bahkan ada kolam renangnya. Kalau waktu liburan terbatas, sebaiknya pilih penginapan yang dekat (bisa jalan kaki) dengan salah satu atraksi wisata atau pilihan kuliner. Misalnya kalau mau melihat-lihat street art, mending menginap di Heritage Hotel di Armenian St atau penginapan lain di Lebuh Chulia. Ada yang punya rekomendasi penginapan murah untuk keluarga di Georgetown?

Halte bus gratis terdekat (300m) dari Tune Hotel, di Jl. Transfer
Halte di Jalan Burma (200m dari hotel) untuk bus menuju pantai Batu Ferringhi

~ The Emak

Baca juga:
Penang With Kids: Itinerary & Budget
Menjelajah Penang: Seni, Sejarah, Kuliner & Pantai 
Holiday Inn Resort Penang [Review Penginapan] 
Mencicipi Kuliner Penang 
Made In Penang: Seru-Seruan di Museum Interaktif 

Selasa, 22 April 2014

Penang With Kids: Itinerary & Budget

Penang With Kids: Itinerary & Budget

Salah satu street art di Penang
Kami jalan-jalan ke Penang (dibaca Pineng), Malaysia alasannya cuma satu: ada penerbangan langsung dari Juanda Surabaya, dengan Air Asia. Selain itu, Penang sebagai pulau terpisah dari mainland Malaysia, mestinya gampang dijelajahi. Pilihan destinasi wisatanya pun komplet: ada wisata kota (seni, sejarah), bukit, kuliner dan pantai.

The Emak berhasil mendapatkan tiket murah nol rupiah SUB - PEN untuk berempat. Tiket promo nol rupiah bukan berarti gak bayar sama sekali ya, kita tetap harus bayar pajak dan surcharge. Kami habis sekitar Rp 2 juta untuk tiket pergi pulang berempat, atau Rp 500 ribu pp per orang. Harga normal Air Asia untuk penerbangan langsung Surabaya - Penang sekitar Rp 750.000 sekali jalan. Lumayan banget kan hematnya?

Tiket sudah di tangan sejak Oktober. Saya nyambi-nyambi membuat itinerary sambil merancang budget dan berburu penginapan. Idealnya, kami akan menginap 1 malam di kota Georgetown dan 1 malam di hotel pinggir pantai di Batu Ferringhi. Dengan begitu kami bisa menikmati semua jenis wisata yang ditawarkan Penang.

Berikut destinasi wisata ramah anak-anak yang bisa dikunjungi di Penang:
- Street art di George Town
- Kuliner
- Museum interaktif Made In Penang
- Benteng Cornwallis
- Bukit Bendera (Penang Hill)
- Kuil Kek Lok Si
- Pantai Tanjung Bungah & Batu Ferringhi
- Penang Butterfly Farm

Karena waktu kami terbatas, hanya tiga hari dua malam, jelas tidak bisa memilih semuanya. Ketika saya sudah menyusun itinerary dengan rapi, e ternyata Air Asia mengubah jadwal semena-mena. Tadinya kami terbang Jumat malam dan pulang Minggu malam. Jadwal penerbangan diganti menjadi Jumat pagi dan Minggu siang. Untungnya, jadwal kami bisa dimajukan ke hari Jumat yang bertepatan dengan libur paskah. Kalau nggak, pasti Si Ayah dan Precils bermuka masam karena tidak bisa bolos cuti, bisa-bisa gagal rencana liburan hemat ini.

Pergeseran jadwal ke Easter Long Weekend berpengaruh ke harga penginapan yang saya pesan. Untuk penginapan di kota, saya memang memilih Tune Hotels Downtown Penang karena punya kredit (poin) dari pembatalan ketika akan menginap di Johor Bahru. Sayang banget kalau nggak terpakai, bisa hangus. Untuk hotel tepi pantai, tadinya saya mengincar Hard Rock Hotel. Sejak menginap di kid suite hotel Hard Rock Bali, Little A pengen banget mencoba hotel Hard Rock lainnya. Di Penang, kolam renang HRH ini memang keren banget. Pikir saya, gak papa deh meski tarifnya sedikit mahal, 1,4 - 1,6 juta per malam. Sayangnya, untuk tanggal tersebut, Hard Rock mengharuskan tamu menginap dua malam. Aduh, rencana bermewah-mewah tidak direstui :p

The Emak yang pinter ini segera mencari alternatif tempat menginap lain. Ada beberapa pilihan hotel tepi pantai Batu Ferringhi, antara lain: Bayview Beach Resort (pas ada promo), Parkroyal Penang Resort, dan Holiday Inn Resort. Saya ingat punya poin dari IHG Rewards, keanggotaan hotel dari grup Intercontinental, Crowne Plaza dan tentunya Holiday Inn. Untuk menginap satu malam di Holiday Inn Penang, perlu menukar 20.000 poin. Sedangkan saya baru punya 16.000 ribu poin. Sebenarnya kekurangannya bisa dibayar pake uang, $40. Lumayan juga daripada bayar penuh. Tapi akhirnya saya berakhir mendapat ekstra 4000 poin dari menukar poin kartu kredit Si Ayah. Hehehe, emak-emak banget. Alhasil, berhasil nginep di Holiday Inn Resort gratis!

Konter teksi (limo) di bandara Penang
This is our LIMO :D :D
Biaya liburan yang cukup besar setelah penerbangan dan akomodasi adalah transportasi lokal. Di Penang, ada bis gratis yang bisa digunakan untuk keliling kota. Bis ini berhenti di 19 halte yang dekat dengan atraksi wisata. Kami mengandalkan bis ini untuk jalan-jalan di kota. Dari dan ke bandara, kami menggunakan taksi. Di bandara, saya memesan taksi dari konter taksi resmi bandara. Hanya ada satu taksi bandara yang diberi nama Limo. Jangan membayangkan limusin mewah ya. Setelah membayar RM 44,70 kami keluar menuju pangkalan taksi bandara. Ada beberapa mobil taksi putih berjejer-jejer dalam antrean. Giliran kami tiba... yak... limo kami mungkin usianya lebih tua dari saya. Big A rolled her eyes. Little A melongo. Saya tidak bisa berhenti tertawa, just our luck :D

Untungnya taksi yang membawa kami kembali ke bandara, dari hotel Holiday Inn adalah taksi eksekutif warna biru. Tentu saja sangat nyaman dan tarifnya lebih mahal. Sementara untuk perjalanan dari kota George Town menuju pantai Batu Ferringhi, kami naik bis berbayar.

Anggaran lain tinggal untuk makan, biaya masuk atraksi wisata dan suvenir. Anggaran makan tidak perlu dikhawatirkan karena harga makanan di Penang cukup murah, RM 4-6 per porsi atau sekitar Rp 15 - 25 ribu, mirip dengan di Indonesia. 

Berikut anggaran yang saya susun untuk berlibur ke Penang 3D/2N.

ITEM IDR MYR -
Pesawat SUB-PEN pp 4 pax  1,996,000
Airport tax 4x 200.000  800,000
Taxi airport to Tunes hotel 40
Tune hotel Family Room 1 night 179.8
Lunch Day 1 50
Free Bus GeorgeTtown 0
Dinner Day 1 50
Brekky Day 2 40
Bus Komtar to Penang Hill 12
Penang Hill tram 70
Lunch Day 2 50
Bus from Penang Hill to Batu Ferringhi 20
Holiday Inn Resort  -   0
Dinner Day 2 50
Souvenir 50
Breakfast Day 3 40
Taxi to airport 70
Lunch at Air Asia  150,000
Parkir Juanda  60,000
Sub total MYR 721.8
TOTAL IDR  3,006,000  2,526,300  5,532,300

Ternyata... kami tidak bisa jalan-jalan sesuai itinerary yang sudah disusun rapi. Rencana hari pertama keliling kota berburu street art gagal gara-gara diberi kamar berbau asap rokok yang menyengat oleh Tune Hotels. Duh, mood rusak dan Si Ayah jadi cranky. I tell you what, a cranky husband is worse than cranky kids :p Jadwal berburu street art kami alihkan esok harinya. Kami terpaksa gagal ke Penang Hill di hari kedua. Itinerary kami ganti dengan mengunjungi Museum Made In Penang yang ternyata cukup menarik dan seru (meski mahal). Alhamdulillah, liburan kami berakhir manis dengan menikmati senja yang indah di tepi pantai Batu Ferringhi.

Bis Gratis/Free Shuttle Bus/Bas Percuma
Komtar
Senja di Batu Ferringhi

Total pengeluaran kami selama perjalanan ke Penang 3H/2M ini tidak beda jauh dengan yang dianggarkan. Pengen tahu rinciannya? Boleh kok, syaratnya:

1. Like Facebook atau follow Twitter (@travelingprecil) kami, 
2. Tulis komentar di bawah tulisan ini atau kirim email ke travelingprecils at gmail dot com, berisi akun FB/twitter dan alamat emailmu.

~ The Emak

Catatan: Kurs April 2014
MYR 1 = IDR 3.500

Baca Juga:
Review Tune Hotels Downtown Penang  
Menjelajah Penang: Seni, Sejarah, Kuliner & Pantai
Review Holiday Inn Resort Penang
Mencicipi Kuliner Penang 
Made In Penang: Seru-Seruan di Museum Interaktif  

Minggu, 20 April 2014

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Suasana cek in di Terminal 2 Juanda Airport
Home airport baru kami, bandara Juanda Surabaya terminal 2 mulai beroperasi 14 Februari 2014, tepat ketika Gunung Kelud meletus. Waktu itu, bandara yang baru saja dibuka, terpaksa ditutup kembali. Seluruh penerbangan dibatalkan, termasuk penerbangan kami ke Johor Bahru.

Setelah mengganti jadwal terbang, kami pun berkesempatan mencoba bandara baru ini. Saya dengan pedenya bilang ke Si Ayah bahwa terminal 2 letaknya di sebelah terminal 1. Mobil kami pun melenggang ke terminal 1 dan rencananya kami akan parkir inap di sana. Ternyata oh ternyata, letak terminal 2 ini jauh banget dari terminal 1. Dan karena ini Indonesia, tidak ada sky train atau moda transport cepat apapun yang menghubungan terminal 1 dan 2. Perlu setengah jam dalam kondisi jalan ramai. Saya uring-uringan karena kondisi jalan menuju bandara Juanda terminal 2 ini jelek banget, jalan kampung, tanpa petunjuk arah. 


"Jalan ini lurus, belok kiri, trus belok kiri lagi. Itu lho, bekas bandara Juanda lama, puspenerbal." Begitu kira-kira kalau kita tanya jalan ke orang, dikiranya semua orang tahu letak bandara lama yang sekarang menjadi bandara baru setelah direnovasi.

Saya menyayangkan minimnya informasi bandara baru ini. Bahkan di website resminya, tidak ada keterangan lokasi. Ketika mencari tahu tentang parkir inap pun, saya tidak menemukan info apa-apa. Akun twitter resmi mereka pun tidak merespon ketika ditanya. Meh!

Minimal, kalau info di website belum beres, petunjuk jalan di lapangan sudah harus ada. Saya tidak menemukan satu papan petunjuk pun, dari terminal 1 ke terminal 2. Satu-satunya 'clue' bahwa kita menuju jalan yang benar adalah gerbang besar Pusat Penerbangan TNI AL (puspenerbal). 

Berikut peta dari bandara Juanda terminal 1 dan 2. Kapan ya, mereka akan membuat sky train?

Dari T1 ke T2: tujuh km, setengah jam.

Begitu melihat gerbang T2, saya mulai lega. Tampak dari luar memang cukup bagus. Nggak kalah dengan bandara di Sydney. Masuk ke gerbang parkir otomatis, kami mengambil tiket. Tidak ada petugas yang bisa ditanyai apakah bisa parkir menginap, letaknya di mana dan berapa biayanya. Baiklah, kami nekat saja, cari parkir biasa dan langsung masuk untuk cek in.

Gedung bandara baru terasa luas dan lebih lega. Di luar gedung, meski ada tanda tidak boleh merokok, beberapa orang tetap merokok. Ya gimana ya, memang sudah tradisi warisan leluhur? :p Kami juga melihat ada fasilitas air siap minum, fountain persis yang kami temui di Australia dan Singapura. Big A senyum-senyum tidak percaya. "Is it really safe to drink?" Padahal biasanya dia semangat minum dari pancuran :D
 
Dekorasi toko-toko yang ada di luar konter cek in tampak baru dan cemerlang. Kami paling suka dengan toko Bon Bon, dengan mas-mas bercelemek pink. Gorjes! Tempat cek in juga luas dan nyaman. Setelah cek in, kami naik ke atas menuju imigrasi dan ruang tunggu. Sebelum imigrasi, ada pemeriksaan keamanan, dipisah antara laki-laki dan perempuan. Saya tidak masalah dengan pemisahan ini, karena memang perempuan akan diperiksa petugas perempuan kalau perlu. Hanya saja karena precils dua-duanya perempuan, saya jadi lebih repot, harus saya yang bawa anak-anak. Solusinya, tas serahkan semua ke Si Ayah, biar saya melenggang badan aja, bareng dengan anak-anak tentunya.

Pemeriksaan imigrasi lancar, hanya ada dua konter, tapi memang antrean pas tidak banyak. Sampai kami ke sana akhir April, baru beberapa toko yang buka setelah imigrasi. Duty Free belum buka, penukaran uang juga belum ada. Hanya ada starbucks, burger kings, hokben dan beberapa tempat makan lainnya.


T2 Juanda ini dibuka untuk mengurangi beban T1 yang sudah penuh banget. Terminal 1 tetap beroperasi melayani penerbangan domestik, sementara Terminal 2 melayani penerbangan domestik untuk airline tertentu dan semua penerbangan internasional.

Berikut daftar maskapai di Juanda Airport.
Terminal 1:
Domestik: Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Kaltstar, Trigana, Sriwijaya, Express Air.

Terminal 2:
Domestik: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air
Internasional: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air, Lion Air, Jetstar/Valuair, Silk Air, Singapore Airlines, Cathay Pacific, Royal Brunei Airlines, Saudia, Eva Air, China Airlines.

Yang saya senangi di T2 ini, semua pesawat dilengkapi garbarata alias belalai gajah, jadi tidak perlu naik turun tangga, atau bahkan harus naik bis ke landasan karena parkirnya jauh. Fasilitas seperti ini sudah sepantasnya, karena Juanda ini termasuk airport yang pajaknya paling mahal, Rp 75.000 untuk domestik dan Rp 200.000 untuk penerbangan internasional. Jadi, jangan seneng dulu kalau dapat tiket murah ke LN dari bandara Juanda, masih harus bayar 200 ribu, hehehe.

Pulangnya, ada travelator yang membantu kita berjalan menuju imigrasi. Travelator ini sangat membantu untuk orang-orang tua dan anak-anak (dan Emak-emak yang males :p). Layanan imigrasi sekarang juga lebih cepat, lebih banyak konter yang dibuka. Selepas imigrasi, pemeriksaan custom/cukai juga cepat. Setelah menyerahkan kartu kedatangan, berisi deklarasi barang-barang yang kita bawa, seluruh tas penumpang tinggal dilewatkan ke pemeriksaan X-Ray. 

Surprise, toilet (baru) di T2 Juanda ini lebih bagus dari bandara Senai dan Penang. Hore! Di dekat pintu keluar, sudah ada layanan pemesanan taksi dengan argo. Bagus lah, memang kayaknya bandaranya jadi lebih baik. Tinggal asap rokoknya itu lho... Nggak tau deh bagaimana mengendalikan 'tradisi' yang satu ini.

travelator
imigrasi
pemesanan taksi
Alhamdulillah, mobil kami masih ada di tempat parkir, setelah dua hari ditinggal. Biaya parkir baru kami ketahui setelah kami melewati loket parkir. Untuk 44 jam, kami membayar Rp 60.000. Sedangkan pengalaman kami yang kedua, masuk Jumat pagi jam 8 dan keluar Minggu sore jam 4, bayar Rp 75.000. Coba deh hitung sendiri berapa tarif per jam atau per harinya :)) Kami tidak begitu peduli, yang penting kami tahu bahwa parkir menginap di T2 Juanda memang bisa, cukup gampang, nyaman dan aman. Tarif parkir inap lebih murah daripada kalau naik taksi pp ke rumah. Tentu saja, kalau dibandingkan tarif parkir di Sydney airport, Juanda murah banget. Di Sydney, Rp 75.000 (AUD 7) cuma bisa untuk parkir setengah JAM :p

We love Surabaya!


~ The Emak
 

Jumat, 04 April 2014

TabunganKu Yang Paling Bagus Dapat ATM

TabunganKu Yang Paling Bagus Dapat ATM

Saya bagi dalam 3 kelompok; TabunganKu yang paling bagus, tabunganku yang cukup bagus, serta yang biasa-biasa saja. Tentang kenapa saya bagi dalam tiga kelompok itu, silahkan lanjut aja bacanya.

Sebenarnya saya telah tulis produk TabunganKu setiap bank pada halaman posting utama dari produk simpanan harian. Tapi kemudian saya  perlu merekap semuanya dalam satu halaman   untuk memudahkan calon

Sabtu, 29 Maret 2014

Tabungan Anak Dari 10 Bank dan Apa Keuntungannya

Tabungan Anak Dari 10 Bank dan Apa Keuntungannya

Waktu saya ingin menulis tema ini,  merangkum tabungan anak dari beberapa bank di indonesia sebagai pertimbangan bagi para ibu sebelum menentukan pilihan tabungan anak dari bank  mana yang bagus, ternyata  ada yang melintas di benak saya, bahkan jadi pertanyaan mendasar;

Pertanyaan Begini :

Apakah tujuan ibu ingin membuat tabungan anak?
Saya cukup terganggu dengan pertanyaan di diatas  karena

Kamis, 20 Maret 2014

Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan

Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan

Miniatur Angkor Wat, Kamboja
Si Ayah sudah main lego sejak kecil. Koleksi legonya sejak dua puluh tahun yang lalu masih tersimpan rapi dan kerap kami mainkan lagi bersama koleksi lego precils yang baru. Ketika seumuran dengan Big A sekarang, Si Ayah diajak orang tuanya mengunjungi Legoland di Eropa. Gimana nggak bikin ngiri, coba? :D Makanya The Emak kekeuh mau ngajak Precils ke Legoland Malaysia, lagian dekat banget kan?

Di Legoland Malaysia, mungkin Si Ayah bernostalgia, asyik sekali mengabadikan miniatur lego dengan kamera mirrorless-nya. Sering, kami sudah beranjak ke bangunan berikutnya, Si Ayah masih asyik di belakang. Tapi hasilnya luar biasa. Berikut galeri hasil jepretan Si Ayah, mengabadikan keping-keping lego yang disusun menjadi bentuk yang menakjubkan.  

Yang mana favoritmu? Enjoy!

Miniatur lego di lobi hotel Legoland
I am your father!
Barongsai
Forbidden City, Tiongkok
Taj Mahal, India
Sultan Abdul Samad building, KL
Downtown KL
Downtown KL
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei
Wat Arun temple, Thailand
You know this one :)
Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 

Kamis, 13 Maret 2014

Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel!

Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel!


Kami sebagai keluarga pecinta Lego, langsung sorak-sorak bergembira begitu mendengar kabar Legoland buka di Malaysia. Langsung cepet-cepet masukin ke bucketlist. The Emak dengan sigap mendapatkan tiket pesawat dari Surabaya ke Johor Bahru. Kami tambah senang ketika mendekati hari H, Legoland Water Park juga telah dibuka. Sudah kebayang bakal dobel asyiknya!

Tiket
Tiket ke Legoland memang tidak murah, apalagi untuk pengunjung internasional dari Indonesia. Saya sarankan langsung beli tiket combo: theme park dan water park. Kedua taman yang berdekatan ini bisa dijelajahi dalam satu hari. Kami memesan tiket online di website Legoland agar mendapat diskon 20%. Maksimal dibeli tujuh hari sebelum tanggal kunjungan. Tiket untuk dewasa RM 140 (Rp 500.000), sementara tiket untuk anak-anak (2-11 tahun) RM 112 (Rp 400.000). Warga senior di atas 60 tahun juga mendapat diskon, sama dengan tarif untuk anak-anak. Setelah membeli online dengan kartu kredit, tiket bisa langsung dicetak di rumah dan barcode-nya bisa langsung digunakan masuk ke Legoland, tanpa harus menukar atau antre lagi di loket.

Kalau kita menginap di Hotel Legoland, yang letaknya persis di samping theme park ini, kita bisa mendapatkan tiket combo dua hari dengan hanya membayar tarif untuk satu hari. Lumayan, diskonnya sampai 50% dan bisa main lagi kalau belum puas di hari sebelumnya :)


Setelah menginap di emperan bandara Changi dan melewati dua pintu imigrasi, kami sampai di Hotel Legoland jam 11 siang. Hati semangat melihat warna-warni lego, tapi badan udah terasa remuk. Kami istirahat sebentar di hotel, beres-beres dan mandi-mandi. Bersyukur banget bisa cek in awal (thank you, Legoland Hotel!). Si Ayah bahkan sempat mencuri tidur siang. Jam dua belas, tepat ketika matahari sedang terik-teriknya, kami siap jalan-jalan ke Legoland.

Penting diketahui, Legoland itu panas banget! Saya sudah sering membaca di blog para traveler kalau Legoland itu panas, tapi tetap tidak menduga bisa sepanas ini. Sumpah, panas banget! Pohon-pohon yang ditanam tidak mampu meredam panas atau menjadi peneduh, karena daun mereka sendiri banyak yang gosong. Sunblock is essential. Pakai topi lebar dan payung kalau perlu. Juga bawa banyak air minum.

Ada apa di Legoland? 
Atraksi utamanya adalah Miniland, berupa bangunan-bangunan terkenal di Asia yang disusun dari keping-keping lego. Selain itu, Legoland mempunyai beberapa wahana yang dibagi per area: Lego City, Land of Adventure, Imagination, Lego Kingdoms dan Lego Technic. Tidak ketinggalan, beberapa fasilitas seperti kafe dan restoran, toko lego dan suvenir dan surau.

Kali ini, saya membebaskan The Precils untuk menentukan rute dan wahana apa saja yang ingin mereka coba. Masing-masing saya beri peta, untuk didiskusikan. Ada beberapa wahana yang tidak bisa dicoba Little A karena tingginya kurang. Big A yang memilihkan, sebaiknya kami ke area mana. Dengan begini, kerja saya lebih enteng. Big A dan Little A juga lebih senang karena diberi kepercayaan. Memang kami tidak mencoba semua wahana, tapi yang penting anak-anak senang, kan?





Miniland
Saya dan Si Ayah sudah cukup bahagia melihat bangunan-bangunan keren di Miniland. Paling banyak memang miniatur bangunan di Malaysia, termasuk Kuala Lumpur, Putrajaya, Johor Bahru, KLIA dan port Tanjung Pelepas. Baru kemudian ada satu bangunan atau kawasan dari negara-negara lain, seperti daerah Boat Quay di Singapura, Angkor Wat Cambodia, Hoi An Vietnam, Masjid Brunei dan Wat Arun Thailand. Indonesia diwakili oleh miniatur Pura Tanah Lot.   
Yang belum sempat wisata keliling ASEAN bisa foto-foto narsis di sini. Saya yang belum begitu tertarik mengunjungi KL, tidak menyia-nyiakan kesempatan berfoto di depan Menara Petronas (palsu), hahaha.

Dari luar ASEAN, saya hanya menemukan Kota Terlarang Tiongkok dan Taj Mahal India. Tentu saya cepat-cepat menyeret Si Ayah untuk foto berdua saja di depan Taj Mahal ini. Nggak papa-lah foto di depan miniaturnya dulu, hehe.

Meskipun cuma miniatur, bangunan-bangunan ini dibuat dengan saksama. Saya kagum, karena detilnya begitu terlihat. Mereka juga tidak cuma meniru bangunannya saja, tapi bisa menampilkan suasana yang ada di kawasan itu. Misalnya miniatur sudut kota di Vietnam ditampilkan dengan aktifitas orang memancing. Mereka juga memasang rekaman kebisingan di kawasan itu. Karya-karya miniatur ini patut diacungi jempol. Si Ayah sampai punya stok foto makro yang banyak banget. Gallery-nya bisa dilihat di sini.


Restoran dan Kafe
Meski jalannya tidak jauh, cuaca terik membuat kami cepat lapar dan haus. Jangan khawatir, di tiap kawasan ada restoran atau kafenya dengan berbagai macam pilihan. Karena ini di Malaysia, semua makanannya halal :)
Kami makan di Market Restaurant yang ada di area Lego City. Dari Legoland Hotel, kami mendapat voucher makan sebesar RM 50, alhamdulillah. Harga makanan di resto ini RM 25 untuk dewasa dan RM 15 untuk anak-anak. Pilihannya banyak, kami memesan nasi ayam, fish & chips dan spaghetti. Rasa makanannya sih biasa saja, nggak istimewa. Sebenarnya, bisa saja kita cari makan di luar. Persis di depan Legoland ada Mall of Medini. Di sana ada beberapa restoran termasuk KFC. Tiket Legoland bisa dipakai keluar masuk seharian pada tanggal yang sama. Harganya jatuhnya bisa lebih murah daripada makan di dalam. Untuk makan malam, kami makan nasi ayam di salah satu restorannya dan habis RM 50 berempat. Rasanya lebih enak dan porsinya lebih besar :) Tapi di resto di dalam sini, kita juga dapat hiburan band yang nyanyi live di meja kita. Ketika melihat ada penyanyi yang sedang beraksi di meja lain, Big A ketakutan dan pengen segera menyelesaikan makanannya. Dia nggak pengen dengar orang nyanyi, padahal Emaknya sudah siap-siap request lagu cover "Let It Go", hehehe.

Selain di market restaurant, kita juga bisa makan di resto atau kafe lain di tiap area. Menu dan harganya bisa cek langsung di website Legoland.



Wahana
Tinggi Little A belum mencapai 100 cm, sehingga tidak punya banyak pilihan permainan. Salah satu yang mencuri hatinya adalah wahana Driving School. Little A awalnya masih ragu mengemudikan mobilnya. Tapi begitu mulai mengerti cara kerjanya, dia seneng banget dan mulai ngebut, melewati precil-precil lainnya, hahaha. Para orang tua yang menyemangati dari balik pagar tidak kalah ributnya. Macam balapan Formula 1 saja :D

Selain Driving School, kami juga senang mencoba menjadi pemadam kebakaran. Di wahana ini, empat keluarga akan berlomba menyetir mobil bomba (fire engine) mereka, memadamkan api (pura-pura) dengan air dan mengembalikan mobil ke garasi. Wah, lumayan menguras keringat. Kami cukup puas jadi juara dua. 



Meski tinggi Big A mencukupi untuk mencoba seluruh permainan, dia tidak mau melakukannya. Saya bujuk-bujuk sedikit biar tidak rugi sudah bayar tiket mahal-mahal, tapi sepertinya tidak mempan :p Big A lebih semangat mencarikan wahana untuk adiknya. The Precils dan ayahnya sempat naik pesawat terbang yang menurut saya cuma segitu aja, sama sekali nggak menantang.

Sementara, Little A Si Princess senang bisa mencoba naik poni di Lego Kingdoms, meskipun cuma jalan memutar dan jungkat-jungkit sedikit. Wahana yang lumayan menantang setara roller coaster adalah The Dragon di Lego Kingdoms, Project X di Lego Technic dan Dino Island di Land of Adventure. Sayangnya, yang terakhir ini sedang dalam perbaikan ketika kami ke sana.


Di Lego Academy, kita bisa belajar membuat robot. Setiap sesi workshop gratis ini sekitar 1 jam. Sebenarnya Si Ayah pengen banget ikut ini, tapi waktunya nggak cukup. Sudah sore dan kami belum ke waterpark. Kalau memang pengin ikut workshop ini, sebaiknya cek jadwal dan mendaftar sejak pagi biar dapat tempat dan bisa menyesuaikan waktu untuk main di tempat lain.

Setelah lumayan capek berkeliling, kami istirahat sambil window shopping di toko-toko yang ada di sini: The Big Shop dan The Brick Shop. Setelah itu kami sholat di surau yang cukup bersih dan nyaman. Surau dipisah untuk laki-laki dan perempuan. Setelah lumayan segar, kami melanjutkan petualang di Waterpark.


Waterpark
Waterpark Legoland letaknya persis di sebelah theme park-nya, dengan gate terpisah. Tiket waterpark juga bisa dibeli terpisah, tapi jauh lebih murah kalau beli tiket combo digabung dengan tiket theme park.

Area waterpark tidak begitu besar, namun cukup segar dilihat, dengan desain warna-warna cerah. Begitu melihat air, kami pengen cepet-cepet nyemplung. Kami cepat-cepat ganti baju renang dan menyimpan semua barang di loker. Sewa loker tarifnya RM 20. Saya sudah tidak peduli foto-foto atau update status lagi. Saatnya bersenang-senang!

Ada dua belas wahana di waterpark. Yang paling menyenangkan adalah Build-A-Raft River. Semacam lazy river gitu lah kalau di waterbom. Bedanya, di sini kita bisa membangun rakit dari ban dengan keping-keping lego raksasa yang ikut berenang di sungai. Saya sih pengennya leyeh-leyeh saja, nggak sempat membangun-bangun. Keping-keping dari karet itu saya lempar-lemparkan ke Big A yang membuat dia merengut :D Tidak puas hanya satu putaran, kami mencoba lazy river berkali-kali, dengan ban berbeda-beda. Yang saya senang di sini, ada jaket pelampung kecil yang bisa dipakai Little A. Semua fasilitas di sini sudah termasuk di tiket masuk, tidak perlu membayar apa-apa lagi. Ban pelampung dan life jacket tersedia banyak.

Sayangnya, ketika kami ke sini, wahana Joaker Soaker yang ada ember tumpahnya sedang diperbaiki. Alhasil, Little A hanya bisa bermain di kolam dan seluncuran kecil di Duplo Splash Safari. Bosan dengan seluncuran mini, kami beralih ke kolam ombak. The precils betah banget di sini, sementara saya bosan karena ombaknya kecil banget. Kami iseng-iseng mencoba seluncuran Red Rush, yang bisa dipakai bareng-bareng berempat dengan ban. Sebenarnya batas tinggi minimalnya 102 cm. Untungnya penjaga tetap mengizinkan Little A untuk ikut. Tidak terlalu menantang, tapi lumayanlah. 

Seperti biasa, saya membujuk Big A untuk mencoba seluncuran lain. Tapi karena adiknya belum boleh, Big A juga tidak mau. Ya sudahlah, asal mereka senang aja. Kami teruskan bermain-main air sampai waterpark tutup jam enam sore.


Ruang bilas penuh sesak jam enam sore. Ada saluran mampet yang membuat air meluber ke lantai. Di dalam ruang bilas juga tidak ada keset yang membuat lantainya licin banget. Setelah sukses berganti baju, saya sempatkan menengok kios foto, siapa tahu ada foto keluarga yang cakep pas kami meluncur. Ternyata, saudara-saudara, harga fotonya mahal banget, per paket RM 150 atau lebih dari Rp 500 ribu. Entah saya yang salah lihat atau gimana, tapi kalau harus beli foto seharga Rp 500 ribu, saya masih nggak rela.

Mending uangnya dibelikan Lego, ya kan? Esok harinya sebelum mengejar pesawat di Senai airport, kami sempatkan belanja di bazar Lego di depan gerbang. Lumayan untuk oleh-oleh. Kenangan di waterpark, biar kami ingat di dalam hati saja :)

Kami mendapat pengalaman liburan yang menyenangkan di Legoland. Kami masih mau ke sini lagi kalau sepupu-sepupu Precils udah siap diajak main. Semoga nanti pohon-pohonnya lebih rindang, dan Little A jauh lebih tinggi.

Bye for now.


~ The Emak


Note:
Kurs per April 2014
MYR 1 = IDR 3.570

Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Galeri: Foto-foto Miniatur dari Lego