Minggu, 20 April 2014

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Suasana cek in di Terminal 2 Juanda Airport
Home airport baru kami, bandara Juanda Surabaya terminal 2 mulai beroperasi 14 Februari 2014, tepat ketika Gunung Kelud meletus. Waktu itu, bandara yang baru saja dibuka, terpaksa ditutup kembali. Seluruh penerbangan dibatalkan, termasuk penerbangan kami ke Johor Bahru.

Setelah mengganti jadwal terbang, kami pun berkesempatan mencoba bandara baru ini. Saya dengan pedenya bilang ke Si Ayah bahwa terminal 2 letaknya di sebelah terminal 1. Mobil kami pun melenggang ke terminal 1 dan rencananya kami akan parkir inap di sana. Ternyata oh ternyata, letak terminal 2 ini jauh banget dari terminal 1. Dan karena ini Indonesia, tidak ada sky train atau moda transport cepat apapun yang menghubungan terminal 1 dan 2. Perlu setengah jam dalam kondisi jalan ramai. Saya uring-uringan karena kondisi jalan menuju bandara Juanda terminal 2 ini jelek banget, jalan kampung, tanpa petunjuk arah. 


"Jalan ini lurus, belok kiri, trus belok kiri lagi. Itu lho, bekas bandara Juanda lama, puspenerbal." Begitu kira-kira kalau kita tanya jalan ke orang, dikiranya semua orang tahu letak bandara lama yang sekarang menjadi bandara baru setelah direnovasi.

Saya menyayangkan minimnya informasi bandara baru ini. Bahkan di website resminya, tidak ada keterangan lokasi. Ketika mencari tahu tentang parkir inap pun, saya tidak menemukan info apa-apa. Akun twitter resmi mereka pun tidak merespon ketika ditanya. Meh!

Minimal, kalau info di website belum beres, petunjuk jalan di lapangan sudah harus ada. Saya tidak menemukan satu papan petunjuk pun, dari terminal 1 ke terminal 2. Satu-satunya 'clue' bahwa kita menuju jalan yang benar adalah gerbang besar Pusat Penerbangan TNI AL (puspenerbal). 

Berikut peta dari bandara Juanda terminal 1 dan 2. Kapan ya, mereka akan membuat sky train?

Dari T1 ke T2: tujuh km, setengah jam.

Begitu melihat gerbang T2, saya mulai lega. Tampak dari luar memang cukup bagus. Nggak kalah dengan bandara di Sydney. Masuk ke gerbang parkir otomatis, kami mengambil tiket. Tidak ada petugas yang bisa ditanyai apakah bisa parkir menginap, letaknya di mana dan berapa biayanya. Baiklah, kami nekat saja, cari parkir biasa dan langsung masuk untuk cek in.

Gedung bandara baru terasa luas dan lebih lega. Di luar gedung, meski ada tanda tidak boleh merokok, beberapa orang tetap merokok. Ya gimana ya, memang sudah tradisi warisan leluhur? :p Kami juga melihat ada fasilitas air siap minum, fountain persis yang kami temui di Australia dan Singapura. Big A senyum-senyum tidak percaya. "Is it really safe to drink?" Padahal biasanya dia semangat minum dari pancuran :D
 
Dekorasi toko-toko yang ada di luar konter cek in tampak baru dan cemerlang. Kami paling suka dengan toko Bon Bon, dengan mas-mas bercelemek pink. Gorjes! Tempat cek in juga luas dan nyaman. Setelah cek in, kami naik ke atas menuju imigrasi dan ruang tunggu. Sebelum imigrasi, ada pemeriksaan keamanan, dipisah antara laki-laki dan perempuan. Saya tidak masalah dengan pemisahan ini, karena memang perempuan akan diperiksa petugas perempuan kalau perlu. Hanya saja karena precils dua-duanya perempuan, saya jadi lebih repot, harus saya yang bawa anak-anak. Solusinya, tas serahkan semua ke Si Ayah, biar saya melenggang badan aja, bareng dengan anak-anak tentunya.

Pemeriksaan imigrasi lancar, hanya ada dua konter, tapi memang antrean pas tidak banyak. Sampai kami ke sana akhir April, baru beberapa toko yang buka setelah imigrasi. Duty Free belum buka, penukaran uang juga belum ada. Hanya ada starbucks, burger kings, hokben dan beberapa tempat makan lainnya.


T2 Juanda ini dibuka untuk mengurangi beban T1 yang sudah penuh banget. Terminal 1 tetap beroperasi melayani penerbangan domestik, sementara Terminal 2 melayani penerbangan domestik untuk airline tertentu dan semua penerbangan internasional.

Berikut daftar maskapai di Juanda Airport.
Terminal 1:
Domestik: Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Kaltstar, Trigana, Sriwijaya, Express Air.

Terminal 2:
Domestik: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air
Internasional: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air, Lion Air, Jetstar/Valuair, Silk Air, Singapore Airlines, Cathay Pacific, Royal Brunei Airlines, Saudia, Eva Air, China Airlines.

Yang saya senangi di T2 ini, semua pesawat dilengkapi garbarata alias belalai gajah, jadi tidak perlu naik turun tangga, atau bahkan harus naik bis ke landasan karena parkirnya jauh. Fasilitas seperti ini sudah sepantasnya, karena Juanda ini termasuk airport yang pajaknya paling mahal, Rp 75.000 untuk domestik dan Rp 200.000 untuk penerbangan internasional. Jadi, jangan seneng dulu kalau dapat tiket murah ke LN dari bandara Juanda, masih harus bayar 200 ribu, hehehe.

Pulangnya, ada travelator yang membantu kita berjalan menuju imigrasi. Travelator ini sangat membantu untuk orang-orang tua dan anak-anak (dan Emak-emak yang males :p). Layanan imigrasi sekarang juga lebih cepat, lebih banyak konter yang dibuka. Selepas imigrasi, pemeriksaan custom/cukai juga cepat. Setelah menyerahkan kartu kedatangan, berisi deklarasi barang-barang yang kita bawa, seluruh tas penumpang tinggal dilewatkan ke pemeriksaan X-Ray. 

Surprise, toilet (baru) di T2 Juanda ini lebih bagus dari bandara Senai dan Penang. Hore! Di dekat pintu keluar, sudah ada layanan pemesanan taksi dengan argo. Bagus lah, memang kayaknya bandaranya jadi lebih baik. Tinggal asap rokoknya itu lho... Nggak tau deh bagaimana mengendalikan 'tradisi' yang satu ini.

travelator
imigrasi
pemesanan taksi
Alhamdulillah, mobil kami masih ada di tempat parkir, setelah dua hari ditinggal. Biaya parkir baru kami ketahui setelah kami melewati loket parkir. Untuk 44 jam, kami membayar Rp 60.000. Sedangkan pengalaman kami yang kedua, masuk Jumat pagi jam 8 dan keluar Minggu sore jam 4, bayar Rp 75.000. Coba deh hitung sendiri berapa tarif per jam atau per harinya :)) Kami tidak begitu peduli, yang penting kami tahu bahwa parkir menginap di T2 Juanda memang bisa, cukup gampang, nyaman dan aman. Tarif parkir inap lebih murah daripada kalau naik taksi pp ke rumah. Tentu saja, kalau dibandingkan tarif parkir di Sydney airport, Juanda murah banget. Di Sydney, Rp 75.000 (AUD 7) cuma bisa untuk parkir setengah JAM :p

We love Surabaya!


~ The Emak
 

Jumat, 04 April 2014

TabunganKu Yang Paling Bagus Dapat ATM

TabunganKu Yang Paling Bagus Dapat ATM

Saya bagi dalam 3 kelompok; TabunganKu yang paling bagus, tabunganku yang cukup bagus, serta yang biasa-biasa saja. Tentang kenapa saya bagi dalam tiga kelompok itu, silahkan lanjut aja bacanya.

Sebenarnya saya telah tulis produk TabunganKu setiap bank pada halaman posting utama dari produk simpanan harian. Tapi kemudian saya  perlu merekap semuanya dalam satu halaman   untuk memudahkan calon

Sabtu, 29 Maret 2014

Tabungan Anak Dari 10 Bank dan Apa Keuntungannya

Tabungan Anak Dari 10 Bank dan Apa Keuntungannya

Waktu saya ingin menulis tema ini,  merangkum tabungan anak dari beberapa bank di indonesia sebagai pertimbangan bagi para ibu sebelum menentukan pilihan tabungan anak dari bank  mana yang bagus, ternyata  ada yang melintas di benak saya, bahkan jadi pertanyaan mendasar;

Pertanyaan Begini :

Apakah tujuan ibu ingin membuat tabungan anak?
Saya cukup terganggu dengan pertanyaan di diatas  karena

Kamis, 20 Maret 2014

Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan

Miniatur Dari Lego, Kepingan Yang Menakjubkan

Miniatur Angkor Wat, Kamboja
Si Ayah sudah main lego sejak kecil. Koleksi legonya sejak dua puluh tahun yang lalu masih tersimpan rapi dan kerap kami mainkan lagi bersama koleksi lego precils yang baru. Ketika seumuran dengan Big A sekarang, Si Ayah diajak orang tuanya mengunjungi Legoland di Eropa. Gimana nggak bikin ngiri, coba? :D Makanya The Emak kekeuh mau ngajak Precils ke Legoland Malaysia, lagian dekat banget kan?

Di Legoland Malaysia, mungkin Si Ayah bernostalgia, asyik sekali mengabadikan miniatur lego dengan kamera mirrorless-nya. Sering, kami sudah beranjak ke bangunan berikutnya, Si Ayah masih asyik di belakang. Tapi hasilnya luar biasa. Berikut galeri hasil jepretan Si Ayah, mengabadikan keping-keping lego yang disusun menjadi bentuk yang menakjubkan.  

Yang mana favoritmu? Enjoy!

Miniatur lego di lobi hotel Legoland
I am your father!
Barongsai
Forbidden City, Tiongkok
Taj Mahal, India
Sultan Abdul Samad building, KL
Downtown KL
Downtown KL
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei
Wat Arun temple, Thailand
You know this one :)
Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 

Kamis, 13 Maret 2014

Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel!

Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel!


Kami sebagai keluarga pecinta Lego, langsung sorak-sorak bergembira begitu mendengar kabar Legoland buka di Malaysia. Langsung cepet-cepet masukin ke bucketlist. The Emak dengan sigap mendapatkan tiket pesawat dari Surabaya ke Johor Bahru. Kami tambah senang ketika mendekati hari H, Legoland Water Park juga telah dibuka. Sudah kebayang bakal dobel asyiknya!

Tiket
Tiket ke Legoland memang tidak murah, apalagi untuk pengunjung internasional dari Indonesia. Saya sarankan langsung beli tiket combo: theme park dan water park. Kedua taman yang berdekatan ini bisa dijelajahi dalam satu hari. Kami memesan tiket online di website Legoland agar mendapat diskon 20%. Maksimal dibeli tujuh hari sebelum tanggal kunjungan. Tiket untuk dewasa RM 140 (Rp 500.000), sementara tiket untuk anak-anak (2-11 tahun) RM 112 (Rp 400.000). Warga senior di atas 60 tahun juga mendapat diskon, sama dengan tarif untuk anak-anak. Setelah membeli online dengan kartu kredit, tiket bisa langsung dicetak di rumah dan barcode-nya bisa langsung digunakan masuk ke Legoland, tanpa harus menukar atau antre lagi di loket.

Kalau kita menginap di Hotel Legoland, yang letaknya persis di samping theme park ini, kita bisa mendapatkan tiket combo dua hari dengan hanya membayar tarif untuk satu hari. Lumayan, diskonnya sampai 50% dan bisa main lagi kalau belum puas di hari sebelumnya :)


Setelah menginap di emperan bandara Changi dan melewati dua pintu imigrasi, kami sampai di Hotel Legoland jam 11 siang. Hati semangat melihat warna-warni lego, tapi badan udah terasa remuk. Kami istirahat sebentar di hotel, beres-beres dan mandi-mandi. Bersyukur banget bisa cek in awal (thank you, Legoland Hotel!). Si Ayah bahkan sempat mencuri tidur siang. Jam dua belas, tepat ketika matahari sedang terik-teriknya, kami siap jalan-jalan ke Legoland.

Penting diketahui, Legoland itu panas banget! Saya sudah sering membaca di blog para traveler kalau Legoland itu panas, tapi tetap tidak menduga bisa sepanas ini. Sumpah, panas banget! Pohon-pohon yang ditanam tidak mampu meredam panas atau menjadi peneduh, karena daun mereka sendiri banyak yang gosong. Sunblock is essential. Pakai topi lebar dan payung kalau perlu. Juga bawa banyak air minum.

Ada apa di Legoland? 
Atraksi utamanya adalah Miniland, berupa bangunan-bangunan terkenal di Asia yang disusun dari keping-keping lego. Selain itu, Legoland mempunyai beberapa wahana yang dibagi per area: Lego City, Land of Adventure, Imagination, Lego Kingdoms dan Lego Technic. Tidak ketinggalan, beberapa fasilitas seperti kafe dan restoran, toko lego dan suvenir dan surau.

Kali ini, saya membebaskan The Precils untuk menentukan rute dan wahana apa saja yang ingin mereka coba. Masing-masing saya beri peta, untuk didiskusikan. Ada beberapa wahana yang tidak bisa dicoba Little A karena tingginya kurang. Big A yang memilihkan, sebaiknya kami ke area mana. Dengan begini, kerja saya lebih enteng. Big A dan Little A juga lebih senang karena diberi kepercayaan. Memang kami tidak mencoba semua wahana, tapi yang penting anak-anak senang, kan?





Miniland
Saya dan Si Ayah sudah cukup bahagia melihat bangunan-bangunan keren di Miniland. Paling banyak memang miniatur bangunan di Malaysia, termasuk Kuala Lumpur, Putrajaya, Johor Bahru, KLIA dan port Tanjung Pelepas. Baru kemudian ada satu bangunan atau kawasan dari negara-negara lain, seperti daerah Boat Quay di Singapura, Angkor Wat Cambodia, Hoi An Vietnam, Masjid Brunei dan Wat Arun Thailand. Indonesia diwakili oleh miniatur Pura Tanah Lot.   
Yang belum sempat wisata keliling ASEAN bisa foto-foto narsis di sini. Saya yang belum begitu tertarik mengunjungi KL, tidak menyia-nyiakan kesempatan berfoto di depan Menara Petronas (palsu), hahaha.

Dari luar ASEAN, saya hanya menemukan Kota Terlarang Tiongkok dan Taj Mahal India. Tentu saya cepat-cepat menyeret Si Ayah untuk foto berdua saja di depan Taj Mahal ini. Nggak papa-lah foto di depan miniaturnya dulu, hehe.

Meskipun cuma miniatur, bangunan-bangunan ini dibuat dengan saksama. Saya kagum, karena detilnya begitu terlihat. Mereka juga tidak cuma meniru bangunannya saja, tapi bisa menampilkan suasana yang ada di kawasan itu. Misalnya miniatur sudut kota di Vietnam ditampilkan dengan aktifitas orang memancing. Mereka juga memasang rekaman kebisingan di kawasan itu. Karya-karya miniatur ini patut diacungi jempol. Si Ayah sampai punya stok foto makro yang banyak banget. Gallery-nya bisa dilihat di sini.


Restoran dan Kafe
Meski jalannya tidak jauh, cuaca terik membuat kami cepat lapar dan haus. Jangan khawatir, di tiap kawasan ada restoran atau kafenya dengan berbagai macam pilihan. Karena ini di Malaysia, semua makanannya halal :)
Kami makan di Market Restaurant yang ada di area Lego City. Dari Legoland Hotel, kami mendapat voucher makan sebesar RM 50, alhamdulillah. Harga makanan di resto ini RM 25 untuk dewasa dan RM 15 untuk anak-anak. Pilihannya banyak, kami memesan nasi ayam, fish & chips dan spaghetti. Rasa makanannya sih biasa saja, nggak istimewa. Sebenarnya, bisa saja kita cari makan di luar. Persis di depan Legoland ada Mall of Medini. Di sana ada beberapa restoran termasuk KFC. Tiket Legoland bisa dipakai keluar masuk seharian pada tanggal yang sama. Harganya jatuhnya bisa lebih murah daripada makan di dalam. Untuk makan malam, kami makan nasi ayam di salah satu restorannya dan habis RM 50 berempat. Rasanya lebih enak dan porsinya lebih besar :) Tapi di resto di dalam sini, kita juga dapat hiburan band yang nyanyi live di meja kita. Ketika melihat ada penyanyi yang sedang beraksi di meja lain, Big A ketakutan dan pengen segera menyelesaikan makanannya. Dia nggak pengen dengar orang nyanyi, padahal Emaknya sudah siap-siap request lagu cover "Let It Go", hehehe.

Selain di market restaurant, kita juga bisa makan di resto atau kafe lain di tiap area. Menu dan harganya bisa cek langsung di website Legoland.



Wahana
Tinggi Little A belum mencapai 100 cm, sehingga tidak punya banyak pilihan permainan. Salah satu yang mencuri hatinya adalah wahana Driving School. Little A awalnya masih ragu mengemudikan mobilnya. Tapi begitu mulai mengerti cara kerjanya, dia seneng banget dan mulai ngebut, melewati precil-precil lainnya, hahaha. Para orang tua yang menyemangati dari balik pagar tidak kalah ributnya. Macam balapan Formula 1 saja :D

Selain Driving School, kami juga senang mencoba menjadi pemadam kebakaran. Di wahana ini, empat keluarga akan berlomba menyetir mobil bomba (fire engine) mereka, memadamkan api (pura-pura) dengan air dan mengembalikan mobil ke garasi. Wah, lumayan menguras keringat. Kami cukup puas jadi juara dua. 



Meski tinggi Big A mencukupi untuk mencoba seluruh permainan, dia tidak mau melakukannya. Saya bujuk-bujuk sedikit biar tidak rugi sudah bayar tiket mahal-mahal, tapi sepertinya tidak mempan :p Big A lebih semangat mencarikan wahana untuk adiknya. The Precils dan ayahnya sempat naik pesawat terbang yang menurut saya cuma segitu aja, sama sekali nggak menantang.

Sementara, Little A Si Princess senang bisa mencoba naik poni di Lego Kingdoms, meskipun cuma jalan memutar dan jungkat-jungkit sedikit. Wahana yang lumayan menantang setara roller coaster adalah The Dragon di Lego Kingdoms, Project X di Lego Technic dan Dino Island di Land of Adventure. Sayangnya, yang terakhir ini sedang dalam perbaikan ketika kami ke sana.


Di Lego Academy, kita bisa belajar membuat robot. Setiap sesi workshop gratis ini sekitar 1 jam. Sebenarnya Si Ayah pengen banget ikut ini, tapi waktunya nggak cukup. Sudah sore dan kami belum ke waterpark. Kalau memang pengin ikut workshop ini, sebaiknya cek jadwal dan mendaftar sejak pagi biar dapat tempat dan bisa menyesuaikan waktu untuk main di tempat lain.

Setelah lumayan capek berkeliling, kami istirahat sambil window shopping di toko-toko yang ada di sini: The Big Shop dan The Brick Shop. Setelah itu kami sholat di surau yang cukup bersih dan nyaman. Surau dipisah untuk laki-laki dan perempuan. Setelah lumayan segar, kami melanjutkan petualang di Waterpark.


Waterpark
Waterpark Legoland letaknya persis di sebelah theme park-nya, dengan gate terpisah. Tiket waterpark juga bisa dibeli terpisah, tapi jauh lebih murah kalau beli tiket combo digabung dengan tiket theme park.

Area waterpark tidak begitu besar, namun cukup segar dilihat, dengan desain warna-warna cerah. Begitu melihat air, kami pengen cepet-cepet nyemplung. Kami cepat-cepat ganti baju renang dan menyimpan semua barang di loker. Sewa loker tarifnya RM 20. Saya sudah tidak peduli foto-foto atau update status lagi. Saatnya bersenang-senang!

Ada dua belas wahana di waterpark. Yang paling menyenangkan adalah Build-A-Raft River. Semacam lazy river gitu lah kalau di waterbom. Bedanya, di sini kita bisa membangun rakit dari ban dengan keping-keping lego raksasa yang ikut berenang di sungai. Saya sih pengennya leyeh-leyeh saja, nggak sempat membangun-bangun. Keping-keping dari karet itu saya lempar-lemparkan ke Big A yang membuat dia merengut :D Tidak puas hanya satu putaran, kami mencoba lazy river berkali-kali, dengan ban berbeda-beda. Yang saya senang di sini, ada jaket pelampung kecil yang bisa dipakai Little A. Semua fasilitas di sini sudah termasuk di tiket masuk, tidak perlu membayar apa-apa lagi. Ban pelampung dan life jacket tersedia banyak.

Sayangnya, ketika kami ke sini, wahana Joaker Soaker yang ada ember tumpahnya sedang diperbaiki. Alhasil, Little A hanya bisa bermain di kolam dan seluncuran kecil di Duplo Splash Safari. Bosan dengan seluncuran mini, kami beralih ke kolam ombak. The precils betah banget di sini, sementara saya bosan karena ombaknya kecil banget. Kami iseng-iseng mencoba seluncuran Red Rush, yang bisa dipakai bareng-bareng berempat dengan ban. Sebenarnya batas tinggi minimalnya 102 cm. Untungnya penjaga tetap mengizinkan Little A untuk ikut. Tidak terlalu menantang, tapi lumayanlah. 

Seperti biasa, saya membujuk Big A untuk mencoba seluncuran lain. Tapi karena adiknya belum boleh, Big A juga tidak mau. Ya sudahlah, asal mereka senang aja. Kami teruskan bermain-main air sampai waterpark tutup jam enam sore.


Ruang bilas penuh sesak jam enam sore. Ada saluran mampet yang membuat air meluber ke lantai. Di dalam ruang bilas juga tidak ada keset yang membuat lantainya licin banget. Setelah sukses berganti baju, saya sempatkan menengok kios foto, siapa tahu ada foto keluarga yang cakep pas kami meluncur. Ternyata, saudara-saudara, harga fotonya mahal banget, per paket RM 150 atau lebih dari Rp 500 ribu. Entah saya yang salah lihat atau gimana, tapi kalau harus beli foto seharga Rp 500 ribu, saya masih nggak rela.

Mending uangnya dibelikan Lego, ya kan? Esok harinya sebelum mengejar pesawat di Senai airport, kami sempatkan belanja di bazar Lego di depan gerbang. Lumayan untuk oleh-oleh. Kenangan di waterpark, biar kami ingat di dalam hati saja :)

Kami mendapat pengalaman liburan yang menyenangkan di Legoland. Kami masih mau ke sini lagi kalau sepupu-sepupu Precils udah siap diajak main. Semoga nanti pohon-pohonnya lebih rindang, dan Little A jauh lebih tinggi.

Bye for now.


~ The Emak


Note:
Kurs per April 2014
MYR 1 = IDR 3.570

Baca juga:
Johor Bahru With Kids: Itinerary & Budget
Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai? 
Review Hotel Legoland
Galeri: Foto-foto Miniatur dari Lego

Selasa, 04 Maret 2014

Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai?

Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai?


Tadinya, untuk liburan ke Legoland, kami akan terbang langsung dari bandara Juanda Surabaya ke Senai Airport, Johor Bahru, dengan Air Asia. Apalagi The Emak sudah sukses mendapatkan tiket 0 rupiah setahun sebelumnya *bangga mode on*. Tapi ternyata jadwal keberangkatan kami bertepatan dengan meletusnya Gunung Kelud. Hujan abu vulkanik membuat bandar Juanda ditutup dan semua penerbangan dibatalkan. Saya terpaksa mengatur ulang rencana jalan-jalan ke Legoland. Kali ini kami akan terbang ke Changi Airport, Singapura.

Bentar, sebelum lanjut, di mana sih Johor Bahru ini? Coba kita ingat pelajaran geografi, atau... yang lebih gampang sih buka Google Map aja :) Johor Bahru adalah kota paling selatan di semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Singapura, hanya dipisahkan oleh selat Johor. Legoland terletak 35 km dari kota (JB Sentral), bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan taksi.



Turis Indonesia punya dua pilihan: ke Legoland via Senai Airport atau Changi Airport. Dari bandara Senai menuju Legoland cuma perlu 35 menit via tol, dengan taksi. Sementara dari bandara Changi, perlu sekitar 2-3 jam, tergantung traffic, dengan naik bus, taksi atau shuttle. Sementara kalau transit di Kuala Lumpur, lebih lama lagi, perlu 4 jam jalan darat, atau 50 menit naik pesawat ke Senai.

Dari Indonesia, hanya Jakarta, Surabaya dan Bandung yang punya penerbangan langsung ke Johor Bahru, dilayani Air Asia. Sementara kota lain seperti Jogja, Solo atau Semarang, hanya bisa ke Johor via Singapore.



Menginap di Bandara Changi
Saya dapat tiket murah Tiger Air Mandala untuk rute SUB - SIN, berangkat Jumat jam 9.45 malam. Sengaja saya pilih jadwal ini agar Si Ayah dan Precils tidak perlu bolos cuti sekolah. Dengan perjalanan sekitar 2 jam, kami akan sampai di Changi pukul satu dini hari. Lha terus, tidur di mana? Ya tidur di Changi lah.

Big A ketakutan mendengar rencana saya tidur di bandara Changi. 
"Are we allowed to sleep in the airport?" tanya Big A.
"Well, actually, no," jawab saya. "But, no worries, Changi is the best airport in the world. It should be easy to find somewhere comfy to sleep."

Ibu Mertua saya pun mengira kami akan menginap semalam di hotel di Changi. No, Mom, nginep di emperan Changi, bukan hotel :D Rugi banget kan cek in jam 1 dan harus cek out lagi jam 7 pagi. Apalagi tarif akomodasi apapun di Singapura tidak murah.

Saya mulai bergerilya mencari-cari blog pengalaman orang-orang gila yang pernah tidur di Changi. Rata-rata mereka ini dapat penerbangan tengah malam atau transit. Sebenarnya kalau kita punya tiket lanjutan penerbangan, gampang saja istirahat di dalam area transit. Lantai di dalam bandara sebelum pemeriksaan imigrasi berkarpet semua. Jadi tinggal cari spot yang enak dan gelar tiker, hehe. Masih menurut beberapa blog, kira-kira jam 3 pagi akan ada petugas bandara yang ronda patroli memeriksa paspor dan tiket. Bagi yang tidak punya tiket lanjutan akan diusir keluar lewat loket imigrasi terdekat.

Big A takut diperiksa, apalagi diusir. Jadi kami langsung ke loket imigrasi begitu turun dari pesawat di terminal 2. Setelah paspor dicap, saya cari-cari tempat strategis untuk tidur. Mata saya menemukan sofa warna-warni di depan konter lost & found, setelah ban berjalan pengambilan bagasi. Di situ juga sudah ada teman seperjuangan yang mencoba meliuk-liukkan tubuh biar bisa tidur nyenyak :p Akhirnya kami memilih beristirahat di sofa yang ada pembatasnya itu. Tentu pembatas ini dibuat agar pengunjung susah tidur. Tega bener deh.

Little A beruntung, dengan badannya yang mini, dia bisa rebahan dengan nyaman di sofa. Tidur pulas sampai pagi. Sementara saya, Big A dan Si Ayah berjuang keras untuk bisa tidur. Saya sudah membawa peralatan perang: bantal, pashmina dan sarung bali untuk selimut dan tutup muka. Jangan lupa pakai jaket tebal dan kaos kaki karena AC di Changi dingin banget.

Saya perhatikan kanan kiri, posisi yang paling enak (dan paling canggih) adalah meletakkan kepala dan separuh badan di sofa, dengan kaki terjulur di troli koper. Kami yang masih amatir, berhasil juga tidur di bandara sampai jam enam pagi. Ada toilet di dekat kami yang bisa digunakan untuk cuci muka, sikat gigi dan minum. Mandi? Kemarin kan sudah :D

Jam setengah tujuh kami keluar melewati custom dan menuju Mc Donalds untuk sarapan. Jam segitu Mc D sudah ramai banget. Saya pernah baca di blog Takdos kalau dia menyarankan kita tidur di sofa Mc D. Itu kalau kebagian tempat ya. Memang sofanya cukup nyaman untuk tidur, tanpa pembatas. Kita cuma perlu beli sesuatu di restonya. Pagi itu kami melihat dua pasang backpacker yang masih tidur pulas di sofa, nggak peduli sekitarnya yang sibuk. Mc D memang bisa jadi alternatif untuk tidur. Tapi kalau nggak dapat tempat di sini, kita bakalan susah cari tempat lain untuk tidur karena lantainya tidak berkarpet, dan bangku-bangku yang tersedia cuma bangku plastik dan terpisah, seperti bangku di ruang tunggu di Indonesia.

Little A, sleeps like a boss
Sofa di Mc D Terminal 2
Free Shuttle Bus Changi - Johor Bahru
Saya baru tahu dari forum Tripadvisor, kalau naik Tiger Air (dan kabarnya Jetstar juga), kita bisa dapat free transfer alias bus gratis dari Changi ke Johor, atau arah sebaliknya. Kita tinggal mencetak voucher atau kupon yang bisa diunduh dari website, diisi identitas kita, sertakan boarding pass Tiger Air, dan serahkan ke sopir bus. Penumpang maskapai lain juga boleh naik bus Transtar dengan rute TS1 ini, tarifnya SGD 7 untuk dewasa dan SGD 3,5 untuk anak-anak. Bus ini ada di Bay 9, di luar Terminal 2 dekat counter Singapore Stopover SQ. Cek jadwal dan rute bus di sini.

Saya rasa bus TS1 ini pilihan transportasi terbaik dari bandara Changi ke Johor Bahru, paling tidak repot dan paling murah (apalagi kalau bisa gratis). Alternatif lain untuk yang berangkat dari kota:

1. Naik MRT/bus ke Singapore Flyers (dekat MRT Promenade). Ada WTS Travel yang melayani shuttle langsung ke Legoland. Tarif SGD 20 per orang. 
Harus booking terlebih dahulu di sini.

2. Naik MRT/bus ke Queen St Bus Terminal (dekat MRT Bugis), lanjut naik bus SBS 170 atau bus express CW2 atau taksi ke JB Sentral.

3. Naik MRT ke Kranji, lalu naik bus SBS 160 atau 170, atau CW1 ke JB Sentral.

Kalau memang ke Legoland-nya sekalian dengan liburan ke Singapore, misalnya ke Universal Studio, Tune hotel Johor Bahru menyediakan shuttle dari hotel mereka di Danga Bay ke Universal Studio. Keuntungan naik taksi, limo atau shuttle: kita tidak perlu turun dari kendaraan untuk pemeriksaan imigrasi. Stempel paspor bisa kita dapatkan lewat loket seperti loket bayar parkir di Indonesia. Karena itu harganya jauh lebih mahal daripada bus :)

Wajah-wajah zombie menunggu bus

Dua check point
Kami naik bus pertama TS 1 yang berangkat jam 8.15 pagi. Jadwal bus ada tiap jam setelah itu. Bus menjemput penumpang di terminal 3 dan terminal 1, kemudian lanjut menuju Woodlands cek point. Dari Singapura, kami melewati dua kali cek point: satu di Woodlands, sebelum jembatan Selat Johor, untuk stempel keluar dari Singapura, dan satu lagi di CIQ (Custom, Immigration & Quarantine) JB Sentral untuk stempel masuk Malaysia. 

Bus yang kami tumpangi nyaman dan sepi penumpang. Tapi perlu waktu sekitar satu jam untuk sampai di perbatasan. Di Woodlands, kami harus turun dan membawa semua tas, dan masuk ke gedung imigrasi yang dalamnya seperti pemeriksaan paspor di bandara. Kami harus cepat-cepat di sini karena bus hanya menunggu sekitar 15 menit. Begitu paspor selesai distempel, kami bergegas turun dari gedung dan mencari bus yang tadi kami tumpangi. 

Big A senyum-senyum ketika bus melaju melewati perbatasan. "Bentar lagi sampai Malaysia," bisik saya. Ketika anak-anak seumuran dia senang mengoleksi aksesoris atau stationery, Big A pengennya mengoleksi negara. Malaysia adalah negara kelima yang dia koleksi kunjungi. 

Nggak sampai sepuluh menit kami sudah diturunkan oleh bus di gedung imigrasi Johor Bahru. Kami ikuti arus orang-orang yang naik ke gedung dan antre untuk diperiksa paspornya. Antrean cukup panjang, tapi bergerak cepat. Saya harus selalu menggendong Little A ketika paspornya diperiksa, agar petugas bisa mencocokkan foto dan wajah aslinya.


menuju cek point Johor Bahru
Pemeriksaan Imigresen

Taksi dari JB Sentral ke Legoland
Lolos dari pemeriksaan imigrasi, kami kembali ikuti arus orang-orang yang keluar dari gedung besar ini. Saya menemukan tanda pangkalan taksi dan bus. Sebelumnya, kami perlu menukar uang dan membeli air minum dulu karena haus banget, belum minum dalam dua jam perjalanan panjang dari Changi airport ke JB sentral. Di depan pintu keluar, banyak orang menawarkan taksi, mirip-mirip di stasiun Gubeng lah :D Kami terus saja berjalan dan menemukan pangkalan taksi resmi. Saya memesan dari situ dan membayar RM 35 untuk sampai ke Legoland. Just our luck, kami kebagian taksi butut. Untung sopirnya baik, romantis pula. Namanya Pak Cik Zul dan nama pacarnya Yati. Kok kami bisa tahu? Karena dia pasang Zul lope Yati di dashboard-nya, hahaha.

Perjalanan dari JB Sentral menuju Legoland cuma perlu 30 menit lewat highway. Si Ayah tanya, orang-orang yang nawarin taksi di pintu keluar tadi siapa? Kata Zul, mereka sopir taksi gelap dan suka 'memeras' penumpang. Saya juga beberapa kali membaca pengalaman tidak mengenakkan dengan taksi Malaysia di blog-blog traveling. Memang lebih baik pesan taksi resmi dari konter.

Di tikungan terakhir sebelum Legoland, kami bisa melihat hotel Lego dengan warna-warna cerah, tampak seperti bangunan yang terbuat dari potongan Lego. Mata Big A dan Little A membelalak, mereka memekik gembira, lupa capeknya tidur di bandara dan dua setengah jam menuju ke sini.

Pangkalan Teksi
Pak Cik Zul

Dari Legoland ke Senai Airport
Kalau naik pesawat langsung menuju Senai Airport, urusannya lebih mudah. Selain cukup lewat satu pintu imigrasi, menuju Legoland juga lebih cepat, hanya sekitar 30-40 menit dengan taksi.

Kami pulang kembali ke Surabaya dengan Air Asia dari Senai airport, Johor Bahru. Jadwal penerbangan kami Minggu jam 2.40 sore. Kami memesan taksi lewat concierge hotel Legoland, dan berangkat ke bandara jam 12.30.Kali ini, taksi menggunakan meter/argo. Pak sopir taksinya ceriwis sekali dan punya cerita macam-macam. Katanya, taksi merah (seperti yang kami tumpangi dari JB Sentral) dilarang 'ngetem' di Legoland, karena mereka tidak mau memakai argo dan sering menipu penumpang. Di Legoland hanya ada taksi eksekutif warna biru. Meski tarifnya premium, taksi ini tertib menggunakan argo dan tidak meminta ongkos tambahan. Kalau tidak memesan taksi dari hotel, ada pangkalan taksi biru di depan Mal of Medini, persis di sebelah Legoland Theme Park. Tarif taksi biru dari Legoland, sampai ke bandara Senai RM 90, termasuk bayar tol dua ringgit. Jalan tol yang kami lalui lancar jaya, nyaris nggak ada mobil lain. 

Kalau mau mampir belanja, JPO (Johor Premium Outlet) letaknya lima menit sebelum bandara. Kata Pak sopir taksi ini, dia bersedia melipir sebentar, sekedar foto-foto di depan JPO untuk update status facebook, hahaha. Makasih Pak Cik, lain kali saja.

Senai airport, Johor Bahru
Air Asia di Senai airport, Johor Bahru
Kalau boleh memilih, untuk ke Legoland, saya lebih senang direct flight ke Senai airport. Asalkan harga tiketnya murah ya. Kalau pengen akomodasi yang murah juga, bisa menginap di Tune hotel Danga Bay, sekalian naik shuttle mereka ke Legoland, RM 15 pp per orang. Shuttle Tune hotel ini akan mengantar kita di pagi hari, jam 9.30 dan menjemput di sore hari setelah Legoland tutup. Kalau terpaksa lewat Changi, sebaiknya menginap dua malam di JB biar nggak capek-capek banget. Atau, alternatifnya, jalan-jalan Legoland digabung dengan jalan-jalan ke Singapore, tidak cuma weekend getaway aja.

~ The Emak 

Catatan:
Kurs Maret 2014
SGD 1 = IDR 9434
MYR 1 = IDR 3712

Baca juga:  
Johor Bahru With Kids: Itineray & Budget
Review Hotel Legoland 
Legoland Themepark & Waterpark, Asyiknya Dobel! 
Galeri: Foto-foto Miniatur dari Lego