Sabtu, 13 Oktober 2018

Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga

Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga

 Taman dan pepohonan di Surga  Allah berfirman Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga
1. Taman dan pepohonan di Surga

Allah berfirman:

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.” (QS. Al Waqi’ah:27-30).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya di dalam nirwana terdapat pohon, apabila seseorang yang berkendaraan lewat dibawah naungannya selama seratus tahun, ia tidak sanggup menempuhnya.” (HR. Bukhori&Muslim).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada pohon di nirwana melainkan tangkainya terbuat dari emas.” (QS. HR. Tirmidzi:2525).

2. Buah-buahan di Surga

Allah berfirman:

“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. Al Waqi’ah:32-33).

“Buah-buahannya dekat.” (QS. Al Haqqoh:23).
Ibnu Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: “Apabila penghuni nirwana ingin mengambil buah-buahan surga, maka buah tersebut turun mendekat sehingga diapun mengambil apa saja yang ia suka.” Baro’ bin Azib rodhiyallahu anhuma berkata: “Mereka memetik buah dengan tidur.” (Hadil Arwah karya Ibnul Qoyyim:230-231).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya pernah dinampakkan nirwana kepadaku, akupun melihat keindahan dan keelokan di dalamnya, kemudian saya mengulurkan tanganku untuk memetik setangkai buah anggur semoga saya sanggup membawanya ke hadapan kalian, namun ada sesuatu yang menghalangiku darinya, kalau seandainya saya sanggup membawanya kepada kalian pasti buah tersebut cukup dimakan semua yang ada di antara langit dan bumi, serta tidak kurang.” (HR. Ahmad:352-353)

3. Sungai-sungai di Surga

Allah Ta’ala berfirman:

“Perumpamaan nirwana yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khomr yang enak bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka mendapat di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka.” (QS. Muhammad:15).
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: “Sungai-sungai tersebut mengalir di bawah kamar-kamar mereka, istana-istana mereka dan kebun-kebun mereka.” (Hadil Arwah:236).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Al Kautsar yakni sungai di nirwana kedua tepinya tebuat dari emas, alirannya diatas mutiara dan permata Yaqut, tanahnya lebih harum dari minyak kesturi, airnya lebih bagus daripada madu dan lebih putih daripada salju.” (HR. Tirmidzi:3361).
Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga

Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga

 Taman dan pepohonan di Surga  Allah berfirman Dunia Islam : Taman, Pepohonan, Buah-Buahan & Sungai-Sungai Di Surga
1. Taman dan pepohonan di Surga

Allah berfirman:

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.” (QS. Al Waqi’ah:27-30).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya di dalam nirwana terdapat pohon, apabila seseorang yang berkendaraan lewat dibawah naungannya selama seratus tahun, ia tidak sanggup menempuhnya.” (HR. Bukhori&Muslim).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada pohon di nirwana melainkan tangkainya terbuat dari emas.” (QS. HR. Tirmidzi:2525).

2. Buah-buahan di Surga

Allah berfirman:

“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. Al Waqi’ah:32-33).

“Buah-buahannya dekat.” (QS. Al Haqqoh:23).
Ibnu Abbas rodhiyallahu anhuma berkata: “Apabila penghuni nirwana ingin mengambil buah-buahan surga, maka buah tersebut turun mendekat sehingga diapun mengambil apa saja yang ia suka.” Baro’ bin Azib rodhiyallahu anhuma berkata: “Mereka memetik buah dengan tidur.” (Hadil Arwah karya Ibnul Qoyyim:230-231).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya pernah dinampakkan nirwana kepadaku, akupun melihat keindahan dan keelokan di dalamnya, kemudian saya mengulurkan tanganku untuk memetik setangkai buah anggur semoga saya sanggup membawanya ke hadapan kalian, namun ada sesuatu yang menghalangiku darinya, kalau seandainya saya sanggup membawanya kepada kalian pasti buah tersebut cukup dimakan semua yang ada di antara langit dan bumi, serta tidak kurang.” (HR. Ahmad:352-353)

3. Sungai-sungai di Surga

Allah Ta’ala berfirman:

“Perumpamaan nirwana yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khomr yang enak bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka mendapat di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka.” (QS. Muhammad:15).
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata: “Sungai-sungai tersebut mengalir di bawah kamar-kamar mereka, istana-istana mereka dan kebun-kebun mereka.” (Hadil Arwah:236).

Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Al Kautsar yakni sungai di nirwana kedua tepinya tebuat dari emas, alirannya diatas mutiara dan permata Yaqut, tanahnya lebih harum dari minyak kesturi, airnya lebih bagus daripada madu dan lebih putih daripada salju.” (HR. Tirmidzi:3361).

Senin, 08 Oktober 2018

Dunia Islam : Dongeng Seorang Arab Badui Yang Dijamin Masuk Surga

Dunia Islam : Dongeng Seorang Arab Badui Yang Dijamin Masuk Surga

Suatu hari Rasulullah Muhammad SAW sedang tawaf di Kakbah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya
Karim!”

Rasulullah SAW menggandakan zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu berhenti di satu sudut Kakbah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu berasa dirinya di perolok-olokkan, kemudian menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki yang sangat ganteng dan gagah yang belum pernah di lihatnya.

Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, sebab saya ini orang badui? Kalaulah bukan sebab ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum kemudian berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

“Belum,” jawab orang itu.

“Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badui itu.

Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah saya inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Melihat Nabi di hadapannya, beliau tercengang, menyerupai tidak percaya kepada dirinya kemudian berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.

Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik badan orang Arab badui itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat menyerupai itu. Perbuatan menyerupai itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus saya bukan untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa gosip bangga bagi orang yang beriman dan membawa gosip menyeramkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa gosip dari langit, kemudian berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam memberikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, biar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.”

Setelah memberikan gosip itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Allah, bila Allah akan menciptakan perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan menciptakan perhitungan denganNya.”

Orang Arab badui berkata lagi, “Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”

Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.

Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam memberikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, bekerjsama sebab tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.”

Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar gosip itu dan menangis sebab tidak berdaya menahan rasa terharu.
Dunia Islam : Dongeng Seorang Arab Badui Yang Dijamin Masuk Surga

Dunia Islam : Dongeng Seorang Arab Badui Yang Dijamin Masuk Surga

Suatu hari Rasulullah Muhammad SAW sedang tawaf di Kakbah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya
Karim!”

Rasulullah SAW menggandakan zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu berhenti di satu sudut Kakbah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu berasa dirinya di perolok-olokkan, kemudian menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki yang sangat ganteng dan gagah yang belum pernah di lihatnya.

Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, sebab saya ini orang badui? Kalaulah bukan sebab ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum kemudian berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

“Belum,” jawab orang itu.

“Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badui itu.

Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah saya inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Melihat Nabi di hadapannya, beliau tercengang, menyerupai tidak percaya kepada dirinya kemudian berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.

Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik badan orang Arab badui itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat menyerupai itu. Perbuatan menyerupai itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus saya bukan untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa gosip bangga bagi orang yang beriman dan membawa gosip menyeramkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa gosip dari langit, kemudian berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam memberikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, biar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.”

Setelah memberikan gosip itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Allah, bila Allah akan menciptakan perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan menciptakan perhitungan denganNya.”

Orang Arab badui berkata lagi, “Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”

Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.

Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam memberikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, bekerjsama sebab tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.”

Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar gosip itu dan menangis sebab tidak berdaya menahan rasa terharu.

Minggu, 07 Oktober 2018

7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

AMAL JARIYAH ialah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melaksanakan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

Dari Abu Hurairah membuktikan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang berman­faat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala sehabis orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar­luaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, menyerupai diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini ialah me­nulis buku yang berkhasiat dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya hingga kepada orang renta yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang sanggup memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid sebab Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Orang yang membangun masjid tersebut akan mendapatkan pahala menyerupai pahala orang yang beribadah di mas­jid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan higienis ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di kawasan yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia menerima pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaat­kannya semakin banyak ia mendapatkan pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur kemudian diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan mem­berinya pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara nrimo akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Hasyr ayat 18 :

“Wahai orang-orang beriman, Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (AKHIRAT), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan .
7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

AMAL JARIYAH ialah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melaksanakan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

Dari Abu Hurairah membuktikan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang berman­faat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala sehabis orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar­luaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, menyerupai diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini ialah me­nulis buku yang berkhasiat dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya hingga kepada orang renta yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang sanggup memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid sebab Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Orang yang membangun masjid tersebut akan mendapatkan pahala menyerupai pahala orang yang beribadah di mas­jid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan higienis ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di kawasan yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia menerima pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaat­kannya semakin banyak ia mendapatkan pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur kemudian diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan mem­berinya pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara nrimo akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Hasyr ayat 18 :

“Wahai orang-orang beriman, Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (AKHIRAT), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan .
7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

7 Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir

AMAL JARIYAH ialah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melaksanakan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

Dari Abu Hurairah membuktikan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang berman­faat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala sehabis orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar­luaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, menyerupai diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini ialah me­nulis buku yang berkhasiat dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya hingga kepada orang renta yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang sanggup memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid sebab Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Orang yang membangun masjid tersebut akan mendapatkan pahala menyerupai pahala orang yang beribadah di mas­jid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan higienis ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di kawasan yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia menerima pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaat­kannya semakin banyak ia mendapatkan pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur kemudian diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan mem­berinya pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).

7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara nrimo akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Hasyr ayat 18 :

“Wahai orang-orang beriman, Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (AKHIRAT), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kau kerjakan .

Rabu, 26 September 2018

Wanita Penghuni Syurga

Wanita Penghuni Syurga


Muncul pertanyaan di benak kita, apa yang menjadikan kebanyakan perempuan menjadi penduduk neraka? Dalam sebuah cerita saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melaksanakan shalat gerhana, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.Ketika dia melihat neraka dia bersabda kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, “ … dan saya melihat neraka maka tidak pernah saya melihat pemandangan menyerupai ini sama sekali, saya melihat kebanyakan penduduknya yakni kaum wanita. Shahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) pasti dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan wacana perempuan penduduk neraka, dia bersabda, “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka lantaran sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seperti menyerupai punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Bagi para muslimah atau umumnya perempuan saat membaca atau mendengar hadist-hadist di atas sontak naik darah dan tidak bisa mendapatkan sepenuhnya. Minimal akan berhujjah bekerjsama perempuan bisa berbuat demikian lantaran ada penyebabnya, bukan tiba-tiba ingin berlaku demikian. Siapapun kalau ditanya tentu saja tidak ada yang ingin masuk neraka apalagi diklaim akan masuk neraka. Naudzubillah mindzalik!

Memang, berlayar mengarungi bahterah rumah tangga itu tidak semudah yang dibayangkan. Seorang muslimah tepatnya seorang istri, tidak saja harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup tapi juga mutlak diperlukan mental baja dan administrasi yang baik dalam mengelola gelombang kehidupan beserta segala pernak pernik yang menyertainya. Ketika urusan rumah tangga tidak pernah ada habisnya, bawah umur rewel dan kondisi fisik sedang tidak fit, kemudian suami pulang kerja minta dilayani tanpa mau perduli dengan kondisi kita, biasanya, dalam kondisi menyerupai ini tidak banyak perempuan yang tetap bisa mengendalikan kesabarannya. Manusiawi bukan? Belum tentu!Justru dalam situasi menyerupai inilah keimanan dan kesabaran kita akan teruji. Apakah kita masih bisa mengeluarkan kata-kata manis sekaligus rona muka penuh dengan senyum ketulusan? Sulit memang! Tapi sulit bukan berarti tidak bisa!

Jika kita cermati hadist diatas secara seksama, maka akan kita dapati beberapa lantaran mengapa perempuan bisa menjadi penduduk minoritas di surga, di antaranya :

Pertama, kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami. Sebuah fenomena yang sering kita saksikan, seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya dalam waktu yang panjang hanya lantaran satu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal seharusnya seorang istri selalu bersyukur terhadap apa-apa yang diberikan suaminya, lantaran Allah SWT tidak akan melihat istri yang menyerupai ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,“Allah tidak akan melihat kepada perempuan yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr).

Kedua, durhaka terhadap suami. Durhaka yang sering dilakukan seorang istri yakni durhaka dalam ucapan dan perbuatan. Wujud durhaka dalam ucapan di antaranya saat seorang istri membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i. Sedangkan durhaka dalam perbuatan diantaranya bersikap garang atau menampakkan muka yang masam saat memenuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau ke luar rumah tanpa izin suami, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, atau sebaliknya enggan berdandan dan mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu.

Jika demikian keadaannya maka sungguh merugi wanita-wanita yang kufur dan durhaka terhadap suaminya. Mereka lebih menentukan jalan ke neraka daripada nirwana lantaran mengikuti hawa nafsu belaka.

Jalan ke nirwana memang tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan melalui rintangan-rintangan yang berat dan terjal. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini Allah menjanjikan nirwana bagi orang-orang yang sabar menempuhnya.

Sementara, jalan menuju ke neraka penuh dengan keindahan yang menarik hati dan setiap insan sangat tertarik untuk melaluinya. Tetapi, sadarlah bahwa di ujung jalan ini, neraka telah menyambut dengan bermacam-macam siksa-Nya.

Lalu, bagaimana caranya biar para perempuan atau para istri tidak terperosok ke dalam neraka

Jangan pesimis, masih banyak cara dan tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri bila kita ingin menjadi penduduk minoritas di surga.

Masih ingat kan, saat rasulullah bersabda dalam sebuah hadist shahih jami’, “Perempuan apabila shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu nirwana mana saja yang dia kehendaki.”

Mengacu dari hadist di atas, mari kita berlomba menegakkan sholat dengan lebih khusu’, memperbayak sholat-sholat sunah lantaran sholat yang benar dan khusu’ bisa membentengi diri kita dari perbuatan yang munkar. Selain puasa/shaum wajib di bulan romadhon, latihlah diri untuk terbiasa melaksanakan shaum sunah. Hiasilah diri dengan sabar dalam ketaatan dengan suami dan banyak-banyaklah beristigfar lantaran istigfar bisa meruntuhkan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari.