Minggu, 20 April 2014

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Parkir Inap di Bandara Juanda Surabaya

Suasana cek in di Terminal 2 Juanda Airport
Home airport baru kami, bandara Juanda Surabaya terminal 2 mulai beroperasi 14 Februari 2014, tepat ketika Gunung Kelud meletus. Waktu itu, bandara yang baru saja dibuka, terpaksa ditutup kembali. Seluruh penerbangan dibatalkan, termasuk penerbangan kami ke Johor Bahru.

Setelah mengganti jadwal terbang, kami pun berkesempatan mencoba bandara baru ini. Saya dengan pedenya bilang ke Si Ayah bahwa terminal 2 letaknya di sebelah terminal 1. Mobil kami pun melenggang ke terminal 1 dan rencananya kami akan parkir inap di sana. Ternyata oh ternyata, letak terminal 2 ini jauh banget dari terminal 1. Dan karena ini Indonesia, tidak ada sky train atau moda transport cepat apapun yang menghubungan terminal 1 dan 2. Perlu setengah jam dalam kondisi jalan ramai. Saya uring-uringan karena kondisi jalan menuju bandara Juanda terminal 2 ini jelek banget, jalan kampung, tanpa petunjuk arah. 


"Jalan ini lurus, belok kiri, trus belok kiri lagi. Itu lho, bekas bandara Juanda lama, puspenerbal." Begitu kira-kira kalau kita tanya jalan ke orang, dikiranya semua orang tahu letak bandara lama yang sekarang menjadi bandara baru setelah direnovasi.

Saya menyayangkan minimnya informasi bandara baru ini. Bahkan di website resminya, tidak ada keterangan lokasi. Ketika mencari tahu tentang parkir inap pun, saya tidak menemukan info apa-apa. Akun twitter resmi mereka pun tidak merespon ketika ditanya. Meh!

Minimal, kalau info di website belum beres, petunjuk jalan di lapangan sudah harus ada. Saya tidak menemukan satu papan petunjuk pun, dari terminal 1 ke terminal 2. Satu-satunya 'clue' bahwa kita menuju jalan yang benar adalah gerbang besar Pusat Penerbangan TNI AL (puspenerbal). 

Berikut peta dari bandara Juanda terminal 1 dan 2. Kapan ya, mereka akan membuat sky train?

Dari T1 ke T2: tujuh km, setengah jam.

Begitu melihat gerbang T2, saya mulai lega. Tampak dari luar memang cukup bagus. Nggak kalah dengan bandara di Sydney. Masuk ke gerbang parkir otomatis, kami mengambil tiket. Tidak ada petugas yang bisa ditanyai apakah bisa parkir menginap, letaknya di mana dan berapa biayanya. Baiklah, kami nekat saja, cari parkir biasa dan langsung masuk untuk cek in.

Gedung bandara baru terasa luas dan lebih lega. Di luar gedung, meski ada tanda tidak boleh merokok, beberapa orang tetap merokok. Ya gimana ya, memang sudah tradisi warisan leluhur? :p Kami juga melihat ada fasilitas air siap minum, fountain persis yang kami temui di Australia dan Singapura. Big A senyum-senyum tidak percaya. "Is it really safe to drink?" Padahal biasanya dia semangat minum dari pancuran :D
 
Dekorasi toko-toko yang ada di luar konter cek in tampak baru dan cemerlang. Kami paling suka dengan toko Bon Bon, dengan mas-mas bercelemek pink. Gorjes! Tempat cek in juga luas dan nyaman. Setelah cek in, kami naik ke atas menuju imigrasi dan ruang tunggu. Sebelum imigrasi, ada pemeriksaan keamanan, dipisah antara laki-laki dan perempuan. Saya tidak masalah dengan pemisahan ini, karena memang perempuan akan diperiksa petugas perempuan kalau perlu. Hanya saja karena precils dua-duanya perempuan, saya jadi lebih repot, harus saya yang bawa anak-anak. Solusinya, tas serahkan semua ke Si Ayah, biar saya melenggang badan aja, bareng dengan anak-anak tentunya.

Pemeriksaan imigrasi lancar, hanya ada dua konter, tapi memang antrean pas tidak banyak. Sampai kami ke sana akhir April, baru beberapa toko yang buka setelah imigrasi. Duty Free belum buka, penukaran uang juga belum ada. Hanya ada starbucks, burger kings, hokben dan beberapa tempat makan lainnya.


T2 Juanda ini dibuka untuk mengurangi beban T1 yang sudah penuh banget. Terminal 1 tetap beroperasi melayani penerbangan domestik, sementara Terminal 2 melayani penerbangan domestik untuk airline tertentu dan semua penerbangan internasional.

Berikut daftar maskapai di Juanda Airport.
Terminal 1:
Domestik: Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Kaltstar, Trigana, Sriwijaya, Express Air.

Terminal 2:
Domestik: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air
Internasional: Garuda Indonesia, Air Asia, Mandala Tiger Air, Lion Air, Jetstar/Valuair, Silk Air, Singapore Airlines, Cathay Pacific, Royal Brunei Airlines, Saudia, Eva Air, China Airlines.

Yang saya senangi di T2 ini, semua pesawat dilengkapi garbarata alias belalai gajah, jadi tidak perlu naik turun tangga, atau bahkan harus naik bis ke landasan karena parkirnya jauh. Fasilitas seperti ini sudah sepantasnya, karena Juanda ini termasuk airport yang pajaknya paling mahal, Rp 75.000 untuk domestik dan Rp 200.000 untuk penerbangan internasional. Jadi, jangan seneng dulu kalau dapat tiket murah ke LN dari bandara Juanda, masih harus bayar 200 ribu, hehehe.

Pulangnya, ada travelator yang membantu kita berjalan menuju imigrasi. Travelator ini sangat membantu untuk orang-orang tua dan anak-anak (dan Emak-emak yang males :p). Layanan imigrasi sekarang juga lebih cepat, lebih banyak konter yang dibuka. Selepas imigrasi, pemeriksaan custom/cukai juga cepat. Setelah menyerahkan kartu kedatangan, berisi deklarasi barang-barang yang kita bawa, seluruh tas penumpang tinggal dilewatkan ke pemeriksaan X-Ray. 

Surprise, toilet (baru) di T2 Juanda ini lebih bagus dari bandara Senai dan Penang. Hore! Di dekat pintu keluar, sudah ada layanan pemesanan taksi dengan argo. Bagus lah, memang kayaknya bandaranya jadi lebih baik. Tinggal asap rokoknya itu lho... Nggak tau deh bagaimana mengendalikan 'tradisi' yang satu ini.

travelator
imigrasi
pemesanan taksi
Alhamdulillah, mobil kami masih ada di tempat parkir, setelah dua hari ditinggal. Biaya parkir baru kami ketahui setelah kami melewati loket parkir. Untuk 44 jam, kami membayar Rp 60.000. Sedangkan pengalaman kami yang kedua, masuk Jumat pagi jam 8 dan keluar Minggu sore jam 4, bayar Rp 75.000. Coba deh hitung sendiri berapa tarif per jam atau per harinya :)) Kami tidak begitu peduli, yang penting kami tahu bahwa parkir menginap di T2 Juanda memang bisa, cukup gampang, nyaman dan aman. Tarif parkir inap lebih murah daripada kalau naik taksi pp ke rumah. Tentu saja, kalau dibandingkan tarif parkir di Sydney airport, Juanda murah banget. Di Sydney, Rp 75.000 (AUD 7) cuma bisa untuk parkir setengah JAM :p

We love Surabaya!


~ The Emak
 

Selasa, 31 Desember 2013

Staycation in Surabaya: Hotel 88 Embong Kenongo

Staycation in Surabaya: Hotel 88 Embong Kenongo

Cabang Hotel 88 di Embong Kenongo, Surabaya
Untuk menghindari berisik suara terompet, kembang api swadaya dan knalpot brong di malam tahun baru, kami memutuskan staycation di hotel (murah) di Surabaya.

Sebenarnya rencana staycation ini tidak sengaja. Ketika saya cek akun Agoda, ternyata poin saya bakal hangus per 31 Desember 2013 kalau tidak digunakan. Sayang banget kan poin-poin yang didapat dari bantu teman-teman backpacker yang belum punya kartu kredit untuk booking hotel ini hilang begitu saja. Iseng-iseng saya cari hotel yang bisa ditukar dengan 12,500 poin Agoda, dan ketemu hotel ini. Saya pesan dua bulan sebelumnya tanpa membuat rencana malam tahun baru sama sekali. Kalaupun nanti nggak jadi ya gakpapa, toh nggak rugi apa-apa.

Hotel ini relatif baru, salah satu cabang Hotel 88 yang banyak saya lihat di Singapore. Review-nya bagus. Lokasinya oke, di jalan Embong Kenongo 17, dekat dan bisa jalan kaki ke Plaza Surabaya (Delta), Monumen Kapal Selam, Pasar Bunga Kayoon, TIC (Tourism Information Centre), Perpustakaan Kota dan Es Krim Zangrandi. Yang nggak mau jalan kaki, taksi Blue Bird mangkal di depan hotel. Rate standar hotel ini sekitar 350 ribu, sudah termasuk sarapan. Kami dapatnya gratis pakai poin Agoda, jadi ya lumayan, pake banget :p



Enaknya pesan hotel di Indonesia, gak perlu pusing dengan aturan maksimal berapa orang per kamar. Asal muat dan mau empet-empetan aja, monggo, dipersilahkan, haha. Ketika cek in, saya hanya diminta menunjukkan KTP, tanpa ditanya berapa orang yang ikut menginap. Kamar superior kami terletak di lantai dua, untuk non-smoking room. Kamarnya mini banget sih, cuma 17 meter persegi, dengan satu king bed tanpa jendela. Tapi apalah artinya jendela kalau di kamar ada sambungan wifi yang cepat dan gratis. 

Fasilitas kamar ini standar, ada TV kabel, meja kerja, toilet dengan shower terpisah. Air minum botolan, handuk, sabun, shampo, sikat gigi dan sandal hotel juga disediakan. Tapi di kamar tidak ada mini bar (kulkas) dan alat pembuat teh/kopi. Nggak masalah sih, karena di tiap lantai ada dispenser air panas dan dingin. Di lobi juga disediakan teh dan kopi panas setiap saat. Bahkan di malam tahun baru ini ada bonus camilan kacang rebus, ubi dan singkong rebus dan wedang ronde, meski rasa wedangnya tidak karu-karuan :))

Seminggu sebelum malam tahun baru, saya baru tahu kalau di Surabaya diadakan Car Free Night di beberapa ruas jalan. Salah satunya adalah Jalan Jenderal Sudirman yang cuma 50 meter dari hotel ini. Wah, kebetulan banget. Karena anak-anak tidak mau keluar dan memilih menonton film di kamar, saya punya kesempatan pacaran dengan Si Ayah, menengok keramaian di CFN malam tahun baru. 

CFN-nya ramai, dan berisik tentu saja. Tapi saya sudah pakai senjata noise-cancelling earphone. Di sepanjang Jl Sudirman, sampai tugu bambu runcing, berjajar gerai makanan, promosi produk dan komunitas. Di titik-titik tertentu ada atraksi dari berbagai komunitas: capoeira, sepeda lipat, cosplay, ular tangga raksasa, atraksi ular raksasa (beneran). Warga Surabaya tumblek blek di sini, semakin malam semakin ramai saja. Setelah berhasil membelikan nasi kuning untuk makan malam Precils, kami menikmati last supper kami, berupa lontong kikil, sambil menonton sirkus sepeda motor yang ahli menjungkirbalikkan tunggangan mereka. Haha, cara melewatkan tahun baru yang aneh.

Breakfast station di lantai 2

Meski harus berdempetan berempat tidur di satu ranjang, untungnya, kamar hotel kami lumayan kedap suara, jadi kami bisa tidur nyenyak tanpa terganggu kemeriahan pesta jalanan tahun baru di luar sana. 

Pagi harinya, sarapan disediakan mulai jam enam, di lantai dua dan lantai tiga. Saya senang sekali dengan pemisahan ini, karena bisa sarapan dengan nyaman tanpa terganggu asap rokok. Pilihan menu sarapan sederhana: bubur ayam, nasi goreng, pecel dan roti panggang dengan selai. Minumnya ada teh, kopi dan jus jeruk. Pilihan buah hanya ada semangka. Untuk pencuci mulut disediakan singkong rebus dengan gula merah. Saya mencoba bubur ayam dan rasanya lumayan enak.

Karena tempat terbatas, kami tidak bisa berlama-lama di area sarapan ini. Begitu piring atau gelas kami kosong, pelayan dengan cepat mengambilnya. Bahasa halusnya tentu saja ingin mengusir kami karena memang harus bergantian dengan tamu lain. Untung kamar kami dekat dengan area sarapan ini, jadi bisa ambil ini itu dan dimakan di kamar.

Happy New Year 2014!
Mobil tamu bisa parkir gratis di hotel ini. Kalau tempat parkir di depan hotel habis, bisa parkir di pinggir jalan sekitarnya, keamanan dijamin pihak hotel 12 jam. Layanan cek out hotel ini secepat kilat. Saya cukup menyerahkan kartu kunci dan beres sudah karena sudah dibayar oleh Agoda. Little A cukup senang tinggal di sini, meski dia lebih senang lagi kalau hotelnya ada jendelanya. Big A juga senang karena wifinya bisa untuk streaming YouTube tanpa jeda. Si Ayah senang karena bisa numpang mengerjakan PR. The Emak ikut senang karena semua senang. Setelah meninggalkan hotel ini jam 11.30 siang, Little A langsung bertanya, "Kapan kita ke hotel gratis lagi, Mommy?"

Keluarga The Precils mengucapkan Selamat tahun baru 2014. Semoga semua destinasi impian bisa tercapai tahun ini. Cheers.

 ~ The Emak

Baca juga: 
Staycation Surabaya: Hotel Swiss Belinn Manyar