Minggu, 21 Oktober 2018

Kisah Sidik Jari Dalam Kubur

Kisah Sidik Jari Dalam Kubur


 KISAH NYATA YANG TERJADI DI MESIRKisah Sidik Jari Dalam KuburSaya mengerti jikalau anda m Kisah Sidik Jari Dalam Kubur
KISAH NYATA YANG TERJADI DI MESIR

Saya mengerti jikalau anda menganggap judul kisah ini cukup mengherankan, tetapi insiden yang diceritakan bekerjsama lebih mengherankan lagi. Kisah ini perihal perasaan yang t
elah mati dan qalbu yang tidak sedikit pun mengingat hal-hal ghaib yang patut diimani. Ini yaitu kisah kasatmata yang terjadi beberapa tahun yang kemudian di Mesir, tepatnya di kota Kairo.

Adalah sejumlah pria muda bersaudara yang mempunyai kekerabatan yang harmonis, hanya saja orang renta mereka tidak mendidik mereka dalam nuansa religius menyayangi agama dan taat kepada Allah. Dia tidak mengarahkan mereka untuk mempelajari agama ini, sebaliknya pendidikan dan pelatihan yang diberikannya hanya berbau bahan belaka, makanan dan minuman yang enak, pakaian yang bagus, sekolah elit, dan rumah mewah; sayang tanpa simpul agama yang menghubungkan mereka dengan Allah Ta’ala.

Ayah mereka mempunyai sejumlah properti berupa banyak sekali bangunan dan berbidang tanah yang luas, serta sejumlah kendaraan beroda empat pribadi. Termasuk bangunan indah miliknya sebuah vila di bibir pantai sungai Nil. Ini semua belum termasuk sejumlah uang yang tersimpan dalam rekening banknya.

Kepastian itu pun datang, sang ayah dipagut sakaratul maut. Ketika gejala kematiannya semakin jelas, mereka, anak-anaknya itupun .berkumpul di sekelilingnya. Laki-laki kaya raya yang sekarat itu berwasiat kepada mereka semoga saling mengasihi dan jangan hingga terjadi pertikaian diantara mereka. Anak-anaknya pun berjanji kepada sang ayah yang terbaring tak berdaya. Tidak berselang berapa lama, pria kaya raya itu pun meninggalkan segala kejayaannya di dunia ini, kematian menyudahi segala kenikmatan dunia yang bekerjsama tiada seberapa.

Anak-anaknya pun segera menye­lenggarakan kewajiban terhadap mayat ayah mereka, memandikan, mengafani, menyalatkan, dan kesudahannya menguburkannya. Selesai mengubur mayat sang ayah, mereka keluar dari kuburannya. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka minta izin kepada saudara serta kerabatnya yang lain untuk turun kembali ke ruang makam untuk meyakinkan bahwa mayat sang ayah telah dibaringkan menghadap kiblat. Mereka pun mengizinkannya.

Perlu diketahui bahwa pemakaman di Mesir yaitu ruang bawah tanah, di situlah mayat dikebumikan. Cara menyerupai ini terkenal di kalangan keluarga-­keluarga kaya di Mesir.

Lima belas menit berlalu, tetapi saudara mereka yang turun tersebut belum juga kembali, padahal satu atau dua menit saja harusnya sudah selesai. Mereka pun menjadi gelisah, hingga salah seorang memutuskan untuk menilik ke bawah.

Begitu hingga dibawan beliau mendapat hal yang sangat mengejutkan. Dia menemukan saudaranya itu telah tewas di samping mayat ayah mereka. Keanehan ini tidak hanya hingga di situ, alasannya yaitu beliau menemukan saudaranya yang tewas tersebut ternyata telah membuka bab atas kafan mayat ayah mereka dan mengeluarkan tangannya dari bungkusan kafan. Jari mayat tersebut dilumuri tinta. Setelah mengamati lebih teliti pahamlah beliau apa yang terjadi, saudaranya itu ternyata hendak membubuhkan cap jempol ayah mereka di selembar kertas yang berisi kesepakatan bahwa sang ayah telah menjual vila di pinggir sungai Nil kepadanya, tetapi sebelum niat culasnya itu kesampaian, beliau tewas di samping mayat ayah mereka. Malaikat maut telah mengambil nyawanya. La haula wala quata illa billahil ‘aliyil azhim.

Demikianlah qalbu-qalbu yang telah mati, pada ketika yang seharusnya orang yang masih hidup mengambil pelajaran dari mayat yang gres diantarnya semoga sanggup mempersiapkan diri lebih baik untuk menghadapi jikalau hari ini tiba kepadanya, ternyata sebagian kita yang masih hidup ini telah mati hatinya sebelum kematian menjemput, tidak mengambil pelajaran dan ibroh dari orang-orang yang meninggal sebelum dirinya…

Ya Allah anugerahkanlah kepada kami husnul khatimah..

Sumber: Diceritakan oleh Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi, Majalah Qiblati, Edisi 11 Tahun VII, Hal.78-79